HATI-HATI DALAM MEMILIH BACAAN!
Serena dan Yuan terjebak di satu malam panas yang membuat mereka menyesali semuanya. Yuan yang memiliki kekasih dibuat bingung antara tanggung jawab dengan Serena atau memilih kekasihnya.
Semuanya menjadi rumit karen Yuan yang candu dengan tubuh Serena tidak bisa berhenti memaksa wanita itu untuk melakukannya. Yuan yang egois tidak ingin memutuskan pacarnya bahkan dia berkata tidak akan pernah merusak pacarnya.
Ketika ia mulai sadar bahwa rasa cintanya telah beralih kepada Serena, semuanya semakin rumit karena kekasih Yuan tidak ingin di lepaskan dan mengancam akan mengakhiri hidupnya jika Yuan meninggalkannya.
Kehadiran Johan di antara Yuan dan Serena juga membuat mereka semakin renggang.
Pernikahan Yuan dan Maudy tiba-tiba dipercepat karena wanita itu menjebak Yuan yang sudah menolaknya mentah-mentah padahal hubungan mereka tengah baik-baik saja pada saat itu.
Serena yang mendengar itu pun memilih untuk pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AICE PARK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kota Sebelah
Serena perlahan membuka matanya, beberapa bagian badannya rasanya sangat sakit sehingga ia sedikit mengaduh dan mencoba menggerakkan tangannya.
Pergerakan Serena membuat Johan sadar dari tidurnya, lelaki itu langsung tersenyum ketika melihat Serena mulai sadarkan diri.
Dengan cekatan Johan membantu Serena untuk menyamankan posisinya, yang dibantu hanya mengikuti arahan Johan saja.
"Kenapa wajahmu begitu pucat?" tanya Serena kepada Johan.
"Tanyakan pada dirimu juga, kenapa wajahmu pucat? Dan kenapa kau hampir tega meninggalkan aku dan Dedek?" ucap Johan, ingin sekali ia marah kepada Serena yang hampir saja meninggalkan mereka.
Serena hanya tersenyum tipis dan meraih pipi Johan, dielusnya pipi sang lelaki yang terlihat begitu mengkhawatirkannya.
"Maaf, aku juga tidak tahu kenapa ini semua terjadi padaku? Semua rasa sakit ini mungkin adalah karma ku karena telah menyakiti wanita-"
"Shtt!" Johan menyela perkataan Serena dengan menempelkan jarinya pada bibir sang wanita.
"Jangan terlalu banyak omong, perhatikan kesehatanmu dulu. Aku tidak ingin terjadi hal buruk lagi kepadamu!" ucap Johan.
Krukk!
Seketika suara perut keroncongan Johan mengalihkan perhatian Serena, wanita itu menatap Johan yang hanya nyengir saja.
"Jangan bilang kamu belum makan, hm?" tanya Serena.
"Bagaimana aku bisa makan jika melihat keadaanmu seperti ini. Aku tidak memikirkan hal yang lainnya, jadi aku sampai lupa makan!" jelas Johan.
Serena seketika ingat kejadian dimana ia tidak diberitahu oleh Yuan saat lelaki itu pulang ke rumah orangtuanya untuk membicarakan pernikahannya dengan Maudy. Bahkan ia hanya dikabari sehari setelah ia menghilang dari apartemen yang baru saja mereka tempati, setelah itu lelaki itu menghilang tanpa kabar dan dalam beberapa hari kemudian munculah undangan pernikahan antara Maudy dan Yuan. Padahal Yuan sudah menegaskan kepada Serena bahwa ia akan menolak pernikahan itu.
Mengingat hal itu membuat Serena melamun dan berfikir apakah sebenarnya Yuan menganggap ia penting dan mencintainya sedalam cinta pria yang ada di hadapannya saat ini? Jika iya mengapa segala bentuk penghargaan dan juga upaya yang Yuan lakukan tidak sebanding dengan Johan? Bahkan Johan melupakan hal-hal lainnya demi Serena, sedangkan Yuan tidak ingat sama sekali untuk sekedar mengabarinya.
"Serena?" di tengah lamunanya Serena tersadar karena panggilan dari Johan.
"Jangan terlalu banyak pikiran, aku takut kamu akan tertekan dan malah berdampak buruk bagi kesehatanmu!" ucap Johan sembari memeluk kepala Serena.
"Aww!" pekik Johan.
Tangan yang baru saja mendonorkan darah untuk Serena tidak sengaja tersenggol badan wanita itu.
"Kenapa tanganmu?" tanya Serena dengan panik karena baru sadar lengan Johan diperban.
"Tidak ada apa-apa!" Johan menampilkan senyum meyakinkan kepada Serena.
Wanita itu tidak mungkin akan percaya saja, ia menatap Johan dengan ketus dan mengintimidasi agar lelaki itu mau jujur.
Johan yang ditatap seperti itu pun menghela nafas dan kembali mengelus kepala Serena dengan lembut.
"Tidak ada golongan darah yang cocok denganmu di rumah sakit ini, beruntung golongan darahku cocok denganmu jadi aku tidak mau membuatmu menunggu lebih lama dan ya begitulah, aku mendonorkan darahku!" jelas Johan.
Serena semakin terharu, ia menatap Johan dengan mata yang berkaca-kaca. Pengorbanan waktu, harta, dan sekarang hal yang berkaitan dengan nyawanya. Semua Johan berikan tanpa mengharap imbalan apapun dan tanpa membebani Serena.
Wanita itu merasa sangat tidak pantas dicintai oleh lelaki seperti Johan, dan lelaki seperti Johan harus mendapatkan wanita yang sejajar dengannya.
"Terimakasih!" ucap Serena yang memecahkan tangisannya.
"Tolong jangan menangis, ini tidak seberapa. Aku mencintaimu Serena, semua hal akan aku perjuangkan sampai titik darah penghabisan jika kau dalam bahaya. Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi begitu saja! Jadi tolong jangan menangis, aku tidak rela air matamu mengalir!" ucap Johan, ia kembali memeluk wanitanya yang tengah menangis.
Merekapun saling mencurahkan isi hati yang penuh kekacauan akibat kejadian yang meninpa Serena.
Setelah melakukan sesi curhat-curhatan merekapun mendiskusikan nama untuk bayi perempuan mereka.
"Althea, berarti penyembuh dan menggambarkan kekuatan dalam membawa kebaikan. Dia yang akan menyembuhkan segala lukamu selama ini Serena, di saat kau terpuruk yang kau ingat dan yang akan memberimu semangat untuk bangkit lagi adalah anak kita!" ucap Johan kepada Serena sembari mengelus pipi bulat bayi perempuan yang berada di pelukan Serena.
"Althea, Papa Johan yang memberimu nama. Kau suka kan?" ucap Serena kepada anaknya yang terlelap dalam pelukannya.
Johan yang mendengar sebutan 'Papa' dari Serena untuk pertama kalinya merasakan banyak kupu-kupu beterbangan di perutnya, rasa yang belakangan ini ia rasakan ketika Serena perlahan mulai membuat pergerakan-pergerakan berbahaya dan tidak aman untuk hati mungilnya.
"Papa?" lirih Johan sembari memegang dadanya.
"Iya, Papa Johan!" ucap Serena tanpa mengalihkan pandangannya dari Althea.
Johan tersenyum senang, akhirnya salah satu kata yang ia ingin dengar dari bibir Serena terdengar olehnya dengan jelas.
*******
"Kenapa harus di kota sebelah? Aku masih kerja Maudy. Mengambil cuti beberapa hari akan mengurangi tabungan kita untuk kelahiran anakku!" ucap Yuan kepada Maudy yang tengah menatapnya dengan jengkel.
"Ngga mau tau, aku ngga pernah bisa honeymoon sama kamu. Masa gini aja kamu ngga bisa ngabulin?" protes Maudy.
Yuan menghela nafasnya, ia tidak menyangka akan serumit ini melayani mood orang hamil. Bahkan sebelumnya Maudy memintainya hal-hal yang menyusahkan, seperti membeli rujak pada tengah malam, memetik mangga tetangga pada tengah malam, dan memakan jagung bakar di atas jembatan.
Untuk yang kali ini tidak begitu susah, namun hal ini akan membuat Yuan mengeluarkan sejumlah uang lebih banyak dari pada biasanya. Bukan pelit kepada Istri, namun ia takut biaya untuk persalinan tidak mencukupi.
"Baiklah, siap-siap!" putus Yuan sebelum akhirnya ia membantu Maudy untuk mengemasi baju dan bersiap-siap.
*******
"Akhirnya besok kita boleh pulang kata Dokter!" ucap Johan kepada Serena setelah menemui Dokter di ruangannya.
"Bagaimana kata Dokter?" tanya Serena.
"Kamu boleh pulang karena sudah membaik, tapi harus tetap jaga kesehatan. Beberapa hari lagi kamu juga harus mulai senam dan latihan kagel!" jelas Johan.
Serena hanya mengangguk, ia juga sudah tidak sabar pulang karena rasanya sumpek berada di kamar rumah sakit terus. Meskipun berada di kamar VIP sekalipun ia tak betah dan ingin menghabiskan waktu bersama Althea.
"Aku bakalan mulai pekerjakan pembantu, bukan untuk mengasuh Althea tapi untuk membersihkan rumah, membantumu memasak, dan hal-hal lainnya jika perlu. Waktu mu hanya untuk mengasuh Althea dan bersamanya!" tegas Johan di pertengahan perkataanya setelah melihat wajah ingin protes Serena.
"Ok deh, aku ngikut aja."
Johan pun mendekati Serena dan mengelus kepalanya, saat ini Althea sedang tidur di ruangan bayi sehingga hanya ada mereka berdua di sana.
Merekapun berbincang-bincang, mulai dari rencana hendak membelikan baju-baju dan perlengkapan lainnya untuk Althea, dan merancang rumah untuk Althea.
Dalam hati Serena bertanya-tanya kenapa Johan sangat bersemangat padahal Althea bukan putrinya, dan bahkan Johan tidak pernah mengajaknya menikah atau sekedar berpacaran. Namun wanita itu segera menepis segala pertanyaan dalam hatinya. Serena sadar diri bahwa ia hanyalah wanita hina dan tidak pantas untuk Johan, ia harus membatasi dirinya agar tidak jatuh cinta kepada Johan. Segala perhatian lelaki itu ia berikan hanya karena kasihan kepadanya.
*******
Yuan menggandeng tangan Istrinya, saat ini mereka berjalan di depan rumah sakit yang menjadi tujuan Maudy untuk melakukan pemeriksaan bulanan anaknya.
Maudy sengaja kali ini memilih di luar kota karena ingin berjalan-jalan bersama Yuan dan juga ingin mengulang banyak sekali kenangan di kota ini yang ingin ia ingat.
Dulu Yuan pernah mengajaknya kesini untuk sekedar menghabiskan waktu pada akhir minggu, saat itu cinta mereka baru mekar-mekarnya sehingga segala hal kecil rasanya begitu romantis.
Ketika mereka sampai di resepsionis Yuan mulai mengkonfirmasi reservasi yang ia lakukan secara online sebelumnya. Sedangkan Maudy menatap sekitar sembari mengelus perutnya.
"Sayang, itu Johan!" pekik Maudy ketika melihat Johan tengah menggendong bayi dengan tangan lainnya memegang tas.
Yuan yang mendengar pekikan Maudy pun menoleh ke arah Johan yang semakin dekat ke arah mereka.
Tampaknya Johan tidak melihat mereka sama sekali tapi mereka bisa melihat dengan jelas wajah bayi yang ada di pelukan Johan.
"Hah masa dia udah punya anak? Tapi wajahnya beneran mirip sama Johan!" ucap Maudy yang semakin syok.
Perlahan Johan semakin jauh, lelaki itu belok ke sebuah lorong menuju kamar para VIP bersama bayi di gendongannya.
"Jadi selama ini dia ngga ke kantor karena punya anak?" Maudy terus bertanya-tanya, sedangkan Yuan memandang intens lorong yang dilewati Johan.
"Siapa Ibunya?" gumam Yuan.
"Silahkan Bapak, bisa pergi ke ruangan yang tertera pada kartu ini. Lewat lorong sebelah sana!" ucap resepsionis menunjukkan lorong yang berlawanan arah dengan yang dilewati Johan tadi.
"Baik, terimakasih!" ucap Yuan sebelum menggandeng Maudy untuk pergi ke ruangan yang sudah di tentukan.
"Kamu ngga penasaran Sayang, itu anak siapa?" kepo Maudy.
"Bukan urusan kita, lagian dia atasan kita. Mungkin dia menghamili wanitanya dan belum siap menikah!" ucap Yuan dengan entengnya, padahal dalam hatinya ia bertanya-tanya siapa pasangan Johan yang melahirkan anak itu.
"Ya tapi kan tetep kepo, Sayang!" ucap Maudy.
Yuan menatap Maudy tak suka, ia menghentikan langkahnya dan memegang pundak sang Istri.
"Fokus saja dengan apa yang kau inginkan sekarang. Harusnya kamu ngga usah terlalu ngurusin hidup orang yang sudah memberi tunjangan hamil untuk anakmu, tanpa dia kita sudah kesusahan untuk mendapatkan biaya untuk bayi ini!" ucap Yuan.
Maudy terdiam, memang ia mendapatkan tunjangan atas kehamilannya dan diberi istirahat selama empat bulan terakhir sebelum persalinan. Benefit ini baru saja dibuat oleh perusahaan, sehingga Maudy dan Yuan merasa beruntung karena mendapatkannya. Padahal jarang sekali kantor perusahaan yang memberikan tunjangan dan cuti seperti ini.
Merekapun masuk ke ruangan Dokter yang akan memeriksa Maudy. Pemeriksaan dimulai, Yuan pun menunggu Maudy di sampingnya sembari memantau alat yang bisa menampakkan bayinya.
*******
"Sudah semua, ayo?" ajak Serena ketika ia melihat Johan baru saja masuk ke ruangannya, tadi lelaki itu mengambil Althea dari ruangan bayi sembari di dampingi Suster.
"Di luar ada Maudy dan Yuan, mereka sedang di sini. Apa kamu tidak papa?" tanya Johan to the point, ia ingin melihat reaksi Serena ketika mendengar nama Yuan.
Tentu Serena terkejut dan cemas, ekspresinya tidak bisa disembunyikan dari Johan. Bahkan ia langsung mengambil anaknya dari gendongan Johan.
"Aku tidak mau, anakku tidak boleh diambil!" ucap Serena, ia hampir menangis sekarang.
Johan langsung memeluk Serena, ia mengira Serena bereaksi cemburu karena Yuan datang bersama Maudy.
"Tidak akan, aku tidak akan membiarkan mereka mengambil anak kita. Lagipula Maudy hamil!" ucap Johan.
*******
Serena sedang berada di dalam mobil bersama dengan Johan dan Althea, menatap sepasang Suami Istri yang baru saja keluar dari rumah sakit tempatnya bersalin. Mereka tampak bahagia dan tertawa bersama sembari mengelus perut besar sang wanita.
"Kita harus pindah dari kota ini!" ucap Serena dengan cemas setelah melihat Yuan dan Maudy.
"Aku rasa ngga perlu, mereka cuma periksa kandungan aja. Kata asistenku Yuan ambil cuti tiga hari untuk menemani Istrinya periksa kehamilan!" jelas Johan, ia mencoba untuk menenangkan Serena.
Serena memeluk erat Althea, melihat kebahagiaan terpancar di wajah Maudy rasanya ia iri sekali.
Ketika ia hamil dan rasa ingin mengakhiri hidup selalu menghantuinya, Ayah dari bayi yang ia kandung tidak berada di sisinya. Ia selalu kesusahan dengan segala rintangan yang ia alami, mulai dari morning sickness sampai pendarahan terjadi juga.
Beruntung Johan berada disampingnya, lelaki itu menyelamatkannya dari kem****n tidak hanya sekali namun berkali-kali. Johan adalah pahlawan bagi Serena, ia selalu mendampinginya hingga di titik ini.
Rasa depresi Serena yang dulu ada perlahan terkikis karena bantuan Johan, lelaki itu selalu mendampinginya ke psikiater dan selalu membahagiakan Serena hingga sekarang wanita itu sudah nampak lebih bahagia dan tidak stress.
"Ayo pulang?" ajak Johan yang mendapatkan anggukan dari Serena.
Yuan yang sedang menghibur Maudy seketika menoleh ketika sebuah mobil baru saja melewati mereka. Tampak Johan di dalamnya menyetir mobil dengan seorang wanita yang sedikit tidak asing di matanya sedang menggendong bayi, namun sayang wajah wanita itu tidak terlalu jelas.
"Itu Johan sama Istrinya?" spontan Maudy.
"Mungkin?" acuh Yuan yang langsung berlalu meninggalkan Maudy, tiba-tiba pikirannya kemana-mana dan ia teringat akan Serena.
Jika Serena hamil mungkin sekarang anaknya masih di kandungan atau bahkan sudah lahir, karena ia ingat terakhir kali sebelum Serena meninggalkannya mereka masih berc***a. Selama melakukannya Yuan tidak pernah menggunakan pengaman, dan ia rasa Serena tidak menggunakan kontrasepsi apapun karena wanita itu malu untuk pergi ke dokter maupun membeli obat di apotik.
"Apa yang ku pikirkan? Sekarang fokus ke Maudy saja, Maudy yang akan melahirkan beberapa bulan lagi. Ia yang meninggalkan aku, jadi bukan urusanku lagi!" batin Yuan.
"Udah pesen ojol?" tanya Maudy menghampiri Suaminya yang tampak frustasi.
"Udah."
Merekapun pergi ke hotel untuk beristirahat di sana, selama beberapa hari di luar kota mungkin mereka akan menginap di hotel.
Katika sampai di hotel Maudy langsung membersihkan dirinya, sedangkan Yuan membuka ponselnya dan melihat-lihat sosial media. Ia membuka Instagram milik Serena yang sudah tidak aktif lama.
Tiba-tiba notifikasi SMS mengagetkan Yuan, pesan itu dari perusahaan. Dengan segera lelaki itu membukanya.
Betapa terkejutnya Yuan ketika mendapatkan bonus dadakan dari kantor berupa biaya persalinan untuk Maudy.
"Hah, beneran?" pekik Yuan. Maudy yang baru saja keluar dari kamar mandi pun mendekati Suaminya yang terkejut.
"Ada apa sayang?" tanya Maudy.
"Kamu dapat biaya persalinan dari kantor, mereka yang menanggungnya gratis!" ucap Yuan dengan semangat.
"Hah benarkah? Terimakasih Johan!" pekik Maudy dan langsung memeluk Yuan.
"Kita benar-benar beruntung, tadi keterangannya hal ini juga baru dilakukan pertama kali di kantor!" ucap Yuan.
"Wahh anak kita beneran membawa untung!" ucap Maudy dengan senang.
"Berarti kita bisa puas-puasin disini tanpa nahan buat beli makanan atau apapun kan?" Maudy mengeluarkan puppy eyes nya.
"Iya lakukan sepuasmu!" ucap Yuan yang langsung menc**m Maudy, Istrinya saat ini hanya menggunakan bathrobe dan ia tidak tahan god***nya.
Apalagi sedari tadi Maudy sengaja mengelus atau memegang-megangi area tubuhnya seperti sengaja menggodanya. Lelaki itu tidak akan melepaskan Maudy dari kungkungannya.
Bersambung