ONS lalu punya anak, itu sudah biasa.
Salah kamar, dan saling berbagi kehangatan, lalu akhirnya hamil, itu juga sudah biasa.
Menjadi istri, dikhianati lalu memilih pergi saat hamil, itu juga sudah sering terjadi.
Lalu, kisah ini bagaimana? Hampir mirip tapi banyak memiliki perbedaan. Ayesha, dia sama sekali tidak menyukai pria itu. Malah bisa dikatakan dia begitu membencinya.
Namun kejeniusan si pria membuatnya terobsesi sehingga menginginkan benihnya.
Ayesha berhasil mendapatkan yang dia mau. Bocah kecil nan pintar lahir dari perutnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya resah. Anak itu terlalu mirip dengan si pria. Bahkan si anak yang cerdas itu tahu bahwa ada pria dewasa yang mirip dengan dirinya.
" Mom, apa dia Daddy ku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Itu Ayahku? 32
Teeeeeeet
" Hallo Tuan Muda, nama saya Tomi. Saya diminta oleh Tuan Ryder untuk datang kemari."
Gael mengerutkan alisnya. Tomi, itu adalah nama yang baru didengarnya. Memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi, Gael tentu tidak langsung percaya dengan ucapan tamu tak diundangnya itu.
Ia berlari masuk ke kamar untuk mengambil ponselnya dan menghubungi Ryder. Ia mengonfirmasi perihal kedatangan pria yang bernama Tomi.
" Oh Boy, i'm so sorry nggak ngabarin kamu. Jangan takut, itu adalah orang ku. Dia pengurus rumah ku, dia akan menemani mu di rumah selama Mommy kamu kerja."
" Aku bukan anak kecil yang harus diawasi."
" Aku tahu itu, tapi aku yakin kamu membutuhkan sesuatu yang harus menggunakan orang dewasa nantinya. Jadi gunakanlah Tomi dengan baik, mengerti. See you soon boy, ada yang harus Daddy kerjakan."
Gael menggelengkan kepalanya perlahan. Padahal dia jelas-jelas memanggil Ryder dengan sebutan uncle, tapi pria itu terang-terangan memintanya untuk dipanggil daddy. Dari apa yang baru saja Ryder katakan, itu adalah permintaan panggilan daddy secara terselubung.
" Terserah dia aja lah. Nah, silakan masuk Pak Tomi."
" Panggil saya Tomi saja Tuan Muda."
" Aah tidak, kata Mommy aku harus bersikap sopan terhadap orang yang lebih tua. Ehmm aku panggilnya paman aja ya. Nah silakan masuk Paman Tom."
Tomi tersenyum simpul, anak kecil di depannya ini, dia merasa begitu istimewa. Anak yang cerdas dan cukup berani untuk anak seusianya. Dan hanya melihat sekelebatan mata, Tomi suah bisa langung tahu tentang siapa anak tersebut.
Meskipun ia sedikit terkejut, pasalnya sang tuan tidak pernah dekat dengan perempuan manapun. Selama dia menjadi pengurus rumah bertahun-tahun, Ryder juga tidak pernah sekalipun membawa pulang wanita ke rumah.
Tapi apapun itu entah mengapa Tomi merasa senang. Ya dia senang atas kehidupan Ryder yang mungkin saja sudah mulai berubah.
" Ada yang bisa saya bantu Tuan Muda?" tanya Tomi, sudah lewat dari 2 jam dia hanya duduk tanpa melakukan apapun. Ia hanya melihat Gael yang sedari tadi bolak-balik keluar masuk dari sebuah ruangan kecil. Dilihatnya lebih tajam, Tomi menilai ruangan itu sejenis tempat melakukan percobaan. hanya saja barang-barang yang ada si sana masih sedikit dan pastinya sederhana.
" Apa yang sedang Anda buat Tuan Muda? Apa perlu bantuan saya, sepertinya Tuan Muda sedang gelisah akan sesuatu?"
Gael masih diam, Tomi mengetahui ekspresi wajah Gael yang terlihat kebingungan. Ia tahu bahwa bocah itu sedang kebingungan. Tomi dengan senyum tulusnya mengajak Gael untuk duduk.
Dimata Tomi, Gael seperti seekor landak. Ia akan menunjukkan duri-durinya ketika di dekati oleh makhluk lain. Tomi menyadari sudah banyak yang dilalui oleh bocah kecil itu selama itu, dan baginya itu sungguh hebat.
" Tuan Muda, Anda bisa percaya kepada saya. Kata Tuan Ryder, Anda boleh meminta apapun kepada saya. Apa yang Anda inginkan silakan katakan, sebisa mungkin saya akan membantu Anda."
Gael melihat Tomi secara seksama, matanya menyelami mata Tomi. Ia mencari tahu apakah ucapan pria di depannya itu tulus atau tidak. Dan, Gael seketika menghembuskan nafasnya lega, ia merasa melihat sorot mata Tomi sama dengan sorot mata Grey.
" Paman, kalau begitu apakah saya bisa mendapatkan barang-barang ini?"
Tomi tersenyum, ia senang melihat Gael berbicara demikian. Tapi seketika senyum Tomi berubah menjadi aneh ketika melihat apa yang Gael inginkan.
" I-ini apa tidak salah Tuan Muda?"
" Nggak, bener kok. Aku emang lagi butuh itu Paman. Udah beberapa hari nyari itu tapi bingung gimana dapetinnya. Dan mungkin ini jalan yang Tuhan kasih ke aku karena ada Paman di sini."
" Aah ya, baik. Saya akan carikan untuk Tuan Muda."
Sebenarnya Tomi amat sangat kebingungan saat ini. Dia tidak tahu bahwa yang diinginkan oleh Gael adalah bahan-bahan kimia.
Tomi yang tidak berani memutuskannya sendiri pada akhirnya mau tidak mau menghubungi Tuannya.
Dan sebuah tanggapan yang tidak pernah dia duga sebelumnya, Ryder tertawa. Dan Ryder meminta Tomi untuk mencarikan apa yang dibutuhkan oleh Gael.
" Apa benar ini tidak apa-apa Tuan Ryder?"
" Tentu, kamu tenang aja. Aku dulu seusia Gael juga gitu kok. Kamu awasi aja dia, nanti aku atau ibunya akan cek apa yang lagi dikerjain sama anak itu."
" Ba-baik Tuan Ryder."
Ryder masih terkekeh geli. Ia bisa membayangkan bagaimana wajah Tomi saat ini. Tapi keberadaan Tomi pasti sangat membuatnya percaya bahwa Gael akan aman.
Tap tap tap
Sebuah langkah kaki mulai mendekat. Terdengar sedikit terburu-buru, tapi Ryder seolah-olah tidak mendengar. Dia memilih sibuk dengan ponsel nya.
" Hai Kak, udah nunggu lama ya? Maaf ya, aku ada ketahan sama klien tadi. Aah iya udah pesen makan belum?"
Ryder masih diam, tapi dia tersenyum simpul. Bagi Luna itu adalah senyuman yang Ryder diperuntukkan bagi dirinya, padahal jelas bukan. Saat ini Ryder tersenyum karena matanya fokus ke layar ponselnya.
Ada sesuatu yang lebih menarik disana tentunya ketimbang yang di sini. Tapi Ryder segera menutup ponselnya itu dan menelungkupkannya di atas meja.
" Aah udah dateng. Kamu pesen aja apa yang mau kamu pesen. Tapi untuk siang ini maaf ya, aku nggak bisa ikut makan. Jadi makananku, aku bungkus aja."
" Ooh gitu Kak. Ya udah Kak nggak apa, Kak Ry mau datang ke sini aja aku udah seneng banget. Next time lagi kita pasti bisa bakalan bisa makan siang atau mungkin makan malam bareng."
Ryder hanya mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Dia sebenarnya sangat enggan, tapi demi keberhasilan rencana mau tidak mau ya dia harus melakukannya.
Seorang waiters datang sambil membawa dua buah paper bag yang berisi pesanan Ryder. Luna sedikit ingin tahu, pasalnya untuk dimakan sendiri, pesanan Ryder itu terlalu banyak.
" Itu Kak Ry makan sendiri semuanya. Apa nggak kebanyakan?"
" Ooh ini, buat kucing ku. Kucingku agak galak kalau laper. Makanya aku beliin sekalian biar anteng. Ya udah kalau gitu, kamu lanjut makan aja. Makanan kamu aku yang bayar sekalian. Aku pergi dulu."
" Oke Kak, thanks ya."
Ryder berjalan menjauh, meninggalkan Luna yang tengah menikmati makanannya dengan perasaan senang. Ya, dia sangat senang sekali. Ajakan makan siang yang sedikit takut ia ungkapkan kepada Ryder ternyata langsung disetujui.
Tentu saja Luna tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. " Gimana, apa dapet gambarnya?"
" Dapet dong Bos, nggak lama lagi bakalan nampang kok di media online. Tunggu aja."
" Siip, kalau udah beneran nampang baru aku bayar kamu."
Luna sangat puas, itulah rencana yang ia siapkan. Dia menyewa wartawan lepas untuk mengambil gambar. Hanya saja dia tidak tahu bahwa cara seperti itu tentu bukan apa-apa bagi Ryder.
TBC