JANGAN BOOM LIKE 🙏🏻
Di tengah kehancuran yang ditinggalkan oleh amukan Liora Ravenscroft, putri bungsu dari Grand Duke Dimitri Ravenscroft, ruangan berantakan dan pelayan-pelayan yang ketakutan menggambarkan betapa dahsyatnya kemarahan Liora. Namun, ketika ia terbangun di tengah kekacauan tersebut, ia menemukan dirinya dalam keadaan bingung dan tak ingat apa pun, termasuk identitas dirinya.
Liora yang dulunya dikenal sebagai wanita dengan temperamental yang sangat buruk, kini terkejut saat menyadari perubahan pada dirinya, termasuk wajahnya yang kini berbeda dan fakta bahwa ia telah meracuni kekasih Putra Mahkota. Dengan mengandalkan pelayan bernama Saina untuk mengungkap semua informasi yang hilang, Liora mulai menggali kembali ingatannya yang tersembunyi dan mencari tahu alasan di balik amukannya yang mengakibatkan hukuman skors.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosalyn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KISAH FINNIAN
...30...
Hari semakin larut, Liora telah terlelap dalam mimpinya sejak tadi. Gadis cantik itu terbaring di atas ranjangnya, dengan pencahayaan yang minim karena semua lampu telah dimatikan. Saina, yang baru saja memastikan bahwa Nona Muda sudah tertidur, akhirnya keluar dari kamar tersebut.
Namun, yang tidak diketahui Saina adalah bahwa Liora saat ini sedang berada dalam mimpi yang terasa sangat nyata. Ruangan yang ia lihat tampak luas dan tak berbatas, tanpa dinding, hanya dilapisi oleh kehampaan.
Liora mendapati dirinya berada di sana, bingung. Pandangannya menyapu sekeliling, berharap menemukan tanda-tanda kehidupan, tetapi yang ia dapatkan hanyalah keheningan.
"Di mana ini?" gumam Liora, bertanya-tanya.
Ia mulai melangkah, menelusuri ruangan tanpa batas itu. Matanya terus memindai sekeliling, berharap menemukan seseorang, namun sia-sia. Tidak ada siapa pun di sana.
"Apakah ini mimpi? Tapi, mimpi ini terasa begitu nyata!" monolog Liora sambil mencubit kecil lengannya. "St... Au!" desisnya ketika merasakan sakit akibat cubitan tersebut.
Kebingungannya semakin menjadi-jadi. Rasa sakit? Itu berarti ini bukan sekadar mimpi. Jadi, di mana sebenarnya ia sekarang? Pikiran Liora terus dipenuhi pertanyaan tanpa jawaban. Di tengah rasa bingungnya, sebuah suara mulai terdengar.
"Mengapa kau bisa menembus alam bawah sadar ku?" tanya sebuah suara lembut, penuh pesona.
Suara itu jelas milik seorang perempuan. Liora segera menoleh ke arah suara tersebut, dan betapa terkejutnya ia saat melihat sosok wanita dewasa yang tampak persis seperti Finnian kecil.
"Finnian, kau kah itu?" Liora tanpa sadar memanggil nama Finnian dan mendekati elf dewasa yang berdiri di hadapannya.
Elf itu mengerutkan kening, tampak bingung. Ekspresinya menunjukkan bahwa ia tidak mengerti mengapa orang asing di depannya mengetahui namanya.
"Siapa kau?" tanya Finnian tajam, penuh kewaspadaan.
"Aku Liora. Aku yang membawamu dari tempat perdagangan budak," jawab Liora, memilih untuk mundur sedikit setelah melihat reaksi waspada Finnian.
Tatapan Finnian menipis. Setelah mendengar kata-kata "tempat penjualan budak," ia tampak termenung sejenak, seolah mencoba mengingat sesuatu yang terpendam jauh dalam pikirannya, tetapi tak sepenuhnya bisa diingat.
"Mengapa aku bisa berada di tempat perdagangan budak?" tanya Finnian, masih mempertahankan sikap waspada.
"Karena seorang pria membawamu ke sana. Dia mengaku bahwa kau adalah satu-satunya guru yang ia miliki," jawab Liora dengan tenang.
Ekspresi Finnian mendadak mengeras. Wajahnya memerah, menahan amarah yang mulai menggelegak di dalam dirinya. Perlahan, ia mulai mengingat ingatan-ingatan lama yang membuatnya hibernasi hingga saat ini. Jari-jemarinya menggenggam begitu erat hingga memutih karena tekanan.
"Bajingan itu! Sekarang aku mengingatnya..." ucap Finnian, kali ini dengan suara yang lebih pelan.
Liora mendekatinya dengan hati-hati, namun tetap menjaga jarak. Ia tahu Finnian pasti masih merasa waspada dan risih.
"Apakah kau mengingat semuanya sekarang?" tanya Liora, ingin memastikan dengan lembut.
Finnian menatap Liora dengan pandangan sendu. "Aku mengingatnya... Semua kenangan buruk itu," jawabnya dengan suara lirih.
Dan di sinilah semuanya bermula, saat Finnian...
Finnian tinggal di lingkungan elf yang indah dan tenang, namun kehidupan di tempat yang tertutup itu lama-kelamaan membuatnya merasa bosan.
Meskipun lingkungan elf dipenuhi keindahan alam yang melimpah, dengan hutan lebat, air terjun yang menyejukkan, dan bunga-bunga ajaib yang hanya bisa tumbuh di sana, Finnian merindukan sesuatu yang lebih. Ia menginginkan pemandangan baru, dunia luar yang belum pernah ia jelajahi.
Suatu hari, keinginan itu terlalu kuat untuk ditahan. Finnian memutuskan untuk pergi bermain di hutan perbatasan antara dunia elf dan dunia manusia.
Ia tahu betul, sebagai keturunan langsung Ratu Elf, bahwa ia tidak boleh keluar dari lingkungan elf tanpa izin. Namun, rasa penasarannya mengalahkan logika dan aturan.
Saat ia menyelinap keluar, Finnian merasa bebas, seolah-olah segala beban tanggung jawabnya lenyap. Langkahnya ringan saat ia menembus pepohonan besar di hutan perbatasan itu.
Namun di tengah kesenangannya bermain di antara dedaunan dan bunga liar, Finnian tiba-tiba melihat sesuatu yang tak terduga, seorang pria tergeletak tak berdaya di tanah, terluka parah.
Pria itu tampan, meski wajahnya dipenuhi kotoran dan darah. Finnian tertegun. Ia tahu bahwa ia tidak boleh terlibat dengan manusia, terutama yang tidak dikenal.
Namun, ada sesuatu pada pria itu yang membuatnya berhenti. Mata pria itu, meski lelah dan penuh rasa sakit, memancarkan daya tarik yang tidak dapat diabaikan.
Finnian ragu. Ia siap untuk berbalik dan pergi, mematuhi instingnya untuk menghindari masalah. Namun, ketika ia melangkah mundur, mata mereka bertemu. Pria itu, dengan pandangan penuh harap, menatap Finnian seolah-olah ia adalah satu-satunya harapan yang tersisa.
Pandangan mereka terkunci, dan Finnian merasakan dadanya sesak. Pria itu, yang kemudian ia ketahui bernama Felix, memohon tanpa kata-kata.
Seolah-olah hanya dengan matanya, Felix memohon kepada Finnian untuk menyelamatkannya. Ada sesuatu dalam tatapan itu yang menghancurkan semua keraguan dalam diri Finnian. Bagaimana mungkin ia meninggalkan seseorang yang jelas-jelas membutuhkan pertolongannya?
Meskipun pikirannya penuh peringatan tentang bahaya berurusan dengan manusia, hatinya tidak tega membiarkan Felix menderita.
"Apa yang terjadi padamu?" tanya Finnian dengan suara lembut, perlahan mendekat.
Felix hanya menatapnya, terengah-engah, tak mampu berkata-kata. Luka di tubuhnya jelas terlihat, memancarkan rasa sakit yang luar biasa. Finnian tahu ia harus bertindak cepat.
"Baiklah," gumam Finnian, setengah pada dirinya sendiri. "Aku akan membantumu... meski ini mungkin adalah keputusan yang salah."
Dengan hati-hati, Finnian menurunkan tubuhnya dan mulai memeriksa luka-luka Felix. Ketika tangannya menyentuh kulit pria itu, ia bisa merasakan kehangatan dan kelemahan yang semakin memudar dari tubuhnya.
Finnian tidak tahu apa yang telah menimpa Felix, namun satu hal yang pasti: ia tidak bisa meninggalkannya.
Finnian akhirnya memutuskan untuk membawa Felix ke tempat persembunyian rahasia, jauh dari perkampungan elf. Ia tahu bahwa kehadiran manusia di dunia elf akan memicu amarah dan kebencian.
Kaum elf tidak pernah memaafkan manusia, karena mereka selalu menganggap manusia serakah dan tak bisa dipercaya. Oleh sebab itu, Finnian dengan hati-hati menyembunyikan Felix di sebuah gua tersembunyi yang dikelilingi oleh pepohonan lebat dan tanaman menjalar.
Setiap hari, Finnian kembali ke sana, membawa makanan dan obat-obatan dari hutan. Ia merawat Felix dengan telaten, memastikan luka-lukanya sembuh.
Waktu berlalu, dan perlahan-lahan Felix mulai pulih. Rasa syukur dan kedekatan antara mereka tumbuh dari waktu ke waktu.
Percakapan panjang mereka membentangkan jembatan antara dua dunia yang seharusnya tidak pernah bersatu.
Finnian mulai terbuka. Ia merasa nyaman dengan Felix, menganggapnya sahabat yang bisa ia percaya. Tanpa menyadari risiko, Finnian mulai menceritakan segalanya kepada Felix.
Rahasia-rahasia yang seharusnya tidak pernah diketahui oleh manusia. Ia menceritakan tentang kekuatan murninya yang bisa mengendalikan alam.
Finnian tidak pernah merasakan adanya ancaman dari Felix, jadi ia tidak waspada. Ia hanya merasa terhubung dengan seseorang yang akhirnya mengerti dirinya.
...^^To be Continued^^...