NovelToon NovelToon
Suamiku Calon Mertuaku

Suamiku Calon Mertuaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rodiah Karpiah

Ini kisah Riana , gadis muda yang memiliki kekasih bernama Nathan . Dan mereka sudah menjalin hubungan cukup lama , dan ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan .
Namun kejadian tak terduga pun terjadi , Riana memelihat Nathan sedang bermesraan dengan teman masa kecilnya sendiri. Riana yang marah pun memutuskan untuk pergi ke salah satu klub yang ada di kotanya .Naasnya ada salah satu pengunjung yang tertarik hanya dengan melihat Riana dan memberikannya obat perangsang dalam minumannya .
Dan Riana yang tidak tahu apa-apa pun meminum minuman itu dan membuatnya hilang kendali atas tubuhnya. Dan saat laki - laki tadi yang memasukan obat akan beraksi , tiba-tiba ada seorang pria dewasa yang menolongnya. Namun sayangnya obat yang di kasi memiliki dosis yang tinggi sehingga harus membuat Riana dan laki - laki yang menolongnya itu terkena imbasnya .
Dan saat sudah sadar , betapa terkejutnya Riana saat tahu kalau laki-laki yang menidurinya adalah calon ayah mertuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiah Karpiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Takdir Yang Tak Terduga 2

Siang ini Rania tengah berada di halaman belakang rumahnya, ia menatap hamparan sawah yang tersusun rapi menyejukkan mata siapapun yang melihatnya.

Setelah sarapan tadi, Siska memutuskan untuk pulang kerumahnya. Dan kak Rendra dan Mbak Yuni beserta Kenan juga memutuskan untuk pulang kerumahnya mereka yang beberapa hari ini dibiarkan kosong untuk mengurus acara lamaran Rania.

"Nia! Ngapain kamu bengong disini ?" Tanya Bu Ani pada anak perempuannya itu, dan Rania yang mendengar perkataan ibunya yang tiba-tiba itu pun tersentak kaget.

"Ibu mah ngagetin aja sih!" Ucap Rania sambil mengelus dadanya, dan Bu Ani yang mendengar perkataan Rania pun tersenyum kecil.

"Habisnya kamu bengong di kebun, kan ibu takut kamu kesambet !" Ucap Bu Ani lagi, dan Rania yang mendengar itu pun menggelengkan kepalanya.

"Aku nggak bengong Bu, cuma lagi menikmati pemandangan yang ada! Kapan lagi lihat sawah di pinggiran kota Jakarta !" Ucap Rania sambil mengalihkan pandangannya ke depan.

"Beberapa tahun lagi pasti sawahnya sudah nggak ada!" Ucap Bu Ani yang ikut menatap hamparan sawah yang ada didepannya ini.

"Maka dari itu, selagi masih ada kita harus menikmati dengan baik!" Ucap Rania lagi, dan Bu Ani yang mendengar perkataan anaknya itu hanya bisa tersenyum. Bu Ani senang karena anaknya sudah tidak terlalu khawatir dengan apa yang menimpanya saat ini.

"Ohh, iya... Bagaimana kondisi cucu ibu?" Tanya Bu Ani sambil meletakan tangannya di perut Rania yang sudah mulai mengencang itu. Dan Rania yang mendengar itu pun terpaku, dan menatap ibunya dengan berkaca-kaca.

"Loh, kenapa kamu malah nangis ? Bukannya jawab pertanyaan ibu!" Ucap Bu Ani sambil mengelus air mata Rania yang turun di pipinya itu.

"Aku pikir ibu nggak akan perduli sama anak yang aku kandung saat ini!" Ucap Rania sambil menghapus air matanya yang terus keluar.

"Mana mungkin ibu nggak perduli! Mau bagaimanapun anak kamu ini, cucu ibu juga!" Ucap Bu Ani yang sedikit kesal mendengar perkataan Rania.

"Karena dia hadir karena kesalahan!" Ucap Rania lagi, dan Bu Ani yang mendengar itu pun menggelengkan kepalanya.

"Nggak ada anak yang hadir karena kesalahan! Ini sudah takdir, siapa pun tidak bisa mengubahnya !" Ucap Bu Ani lagi sambil memeluk pundak anak bungsunya itu. Dan Rania yang mendengar perkataan ibunya itu pun tersentuh dan memeluk ibunya dengan erat.

"Maafin aku... Aku sudah buat ibu dan bapak kecewa, kalau waktu bisa diulang aku nggak akan mau berhubungan dengan yang berbau Nathan." Ucap Rania disela-sela pelukannya, dan Bu Ani hanya bisa menenangkan dengan menepuk pundak anaknya itu.

"Nggak ada yang perlu disesali, kalau takdir kamu seperti ini. Maka akan terus terulang sampai kapan pun." Ucap Bu Ani sambil mengelus punggung Rania.

"Rania kenapa Bu ?"

Rania dan Bu Ani pun menoleh kebelakang begitu mendengar perkataan dari seseorang dibelakang mereka, dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Bagaskara yang berbicara dengan mereka.

"Loh, Bagas. Apa apa?" Tanya Bu Ani, pasalnya pria yang akan menikah dengan putrinya itu tidak mengabari kalau dia akan datang kesini.

"Ada yang perlu saya bicarakan dengan Rania, Bu !" Ucap Bagaskara menjawab pertanyaan dari calon ibu mertuanya itu.

Dan Rania yang mendengar namanya dipanggil pun buru-buru menghapus air matanya yang jatuh, dan Bu Ani yang melihat tingkah anaknya itu pun hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Baiklah, jika kamu ingin bicara dengan Rania ibu tinggal kedalam !" Ucap Bu Ani sambil bangkit dari duduknya dan masuk kedalam rumah, ia ingin memberikan ruang untuk Rania dan Bagaskara.

Bagaskara yang melihat Bu Ani pergi pun duduk di tempat yang tadi diduduki oleh calon ibu mertuanya itu, dan Rania yang melihat itu pun menggeser duduknya agar ada ruang di antara mereka.

"Apa yang ingin mas bicarakan ?" Tanya Rania sambil menatap hamparan sawah didepannya, ia tidak berani menatap Bagaskara secara langsung.

"Kamu kapan mengundurkan diri dari pabrik?" Tanya Bagaskara yang langsung pada intinya, dan Rania yang mendengar pertanyaan Bagaskara pun menghela nafas pelan.

"Rencananya besok , Mas !" Ucap Rania dengan lemas, sebenarnya ia ingin sekali melanjutkan pekerjaannya setelah menikah nanti. Namun, kedua orang tuanya melarang. Mereka khawatir dengan kandungannya jika terus bekerja dengan mesin-mesin besar.

"Bukannya aku melarang kamu bekerja, tapi kamu tahu sendiri kalau lingkungan kerja kamu seperti apa!" Ucap Bagaskara yang dapat melihat kalau Rania sedikit enggan membahas masalah ini.

"Iya , Mas. Aku ngerti!" Ucap Rania sambil tersenyum pada Bagaskara, dan Bagaskara yang melihat itu pun ikut tersenyum.

"Kalau kamu tetap ingin bekerja, kamu bisa mengurus salah satu kafe yang aku miliki!" Ucap Bagaskara lagi, ia tidak ingin membuat Rania terbebani dengan kehamilannya. Menurutnya, kalau Rania bisa mengurus kandungannya dengan baik, ia tidak masalah jika memang ia ingin bekerja.

"Beneran ?" Tanya Rania dengan senyumannya, tidak apa-apa jika ia hanya menjadi karyawan biasa di kafe milik Bagaskara. Yang penting ia ada kegiatan setiap harinya.

"Iya, saya memiliki kafe di beberapa kota di Indonesia. Kamu bisa mengurus yang ada di Jakarta !" Ucap Bagaskara sambil menyingkirkan helaian rambut Rania yang menutupi pandangannya pada wajah wanita yang beberapa Minggu lagi resmi menjadi istrinya itu.

Dan Rania yang mendapatkan perlakuan seperti itu pun termenung, pasalnya baru kali ini ia mendapatkan perlakuan seperti itu. Saat berpacaran dengan Nathan dulu, Nathan termasuk orang yang cuek dengan apa yang terjadi dengan Rania. Dan Rania yang memang baru pertama kali berpacaran pun menganggap kalau sikap Nathan itu sama dengan laki-laki lain.

Bagaskara yang tahu kalau sikapnya yang membuat Rania terdiam pun mengalihkan pandangannya kedepan. Ia bingung harus bicara apa lagi, agar Rania bicara padanya.

"Ini sawah bapak kamu?" Tanya Bagaskara tiba-tiba, ia sudah tidak memiliki bahan percakapan apa lagi. Pasalnya selama ini ia tidak pernah memulai percakapan dengan siapa pun, selalu lawan bicaranya lah yang memulainya. Dan khusus untuk Rania, ia mengesampingkan itu agar dapat terus mendengar suaranya.

"Dulu iya, tapi sekarang udah nggak lagi. Karena bapak sudah menjualnya untuk membiayai pernikahan kak Rendra!" Ucap Rania sambil memandang ke depan, dan Bagaskara yang mendengar itu pun terdiam.

"Mengapa ?" Tanya Bagaskara yang bingung mengapa pak Rudi sampai menjual sawahnya hanya untuk membiayai pernikahan anaknya, seharusnya jika tidak punya uang mereka membuat pernikahan yang sederhana saja.

"Mertua kak Rendra ingin pernikahan mereka besar-besaran, dan mbak Yuni yang akan menikah malah ingin pernikahan yang sederhana. Tapi, karena mertua kak Rendra salah satu orang terpandang di kampungnya, dia ingin pernikahan mereka megah karena malu dengan warga disana jika mengadakan pernikahan sederhana!" Ucap Rania menjelaskan mengapa bisa sawah milik bapaknya sampai dijual pada Bagaskara.

Dan Bagaskara yang mendengar cerita Rania pun menganggukan kepalanya, memang kalau gengsi sudah bertindak susah untuk menanganinya.

"Lalu kamu ingin mahar apa dari aku?" Tanya Bagaskara langsung, dan Rania yang mendengarnya sempat terkejut.

"Apa saja, aku terima. Yang penting tidak memberatkan mas, dan juga tidak merendahkan saya!" Ucap Rania singkat namun memiliki makna yang dalam.

Dan Bagaskara yang mendengar itu pun menatap Rania, baru kali ini ia mendengar wanita berkata terserah untuk maharnya. Bagaskara pun semakin yakin untuk menikahi Rania ini.

.

.

Bersambung...

1
hasatsk
so sweet...
hasatsk
ceritanya bagus,tapi sepi like'.semangat Thor💪
Hitam_Putih: Terimakasih dukungannya 🤭🥰
total 1 replies
Lauren Florin Lesusien
𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚗𝚘𝚟𝚎𝚕 𝚙𝚞𝚝𝚞𝚜 𝚌𝚒𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚘𝚎𝚗𝚐𝚑𝚒𝚊𝚗𝚊𝚊𝚝𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚔𝚎 𝚌𝚕𝚞𝚋 𝚢𝚊 🤣😂😂😂😂𝚞𝚍𝚑 𝚓𝚍 𝚌𝚒𝚛𝚒 𝚔𝚑𝚊𝚜 𝚔𝚊𝚕𝚒 ya
Hitam_Putih: sepertinya sudah hukum alam kak 🤭😅
total 1 replies
ollyooliver🍌🥒🍆
lah..apa hubungannya dengan rania? rania tau atau tdk pun kesenangan nathan ttp berjalan kan.
ollyooliver🍌🥒🍆
lah kan cuman mainan..tapi gak masuk akal juga sih kalau mainan...kan dia gak bisa ngapa"in pacaranya..jadi mainnya dimana?
ollyooliver🍌🥒🍆
bukan anak sambung tapi anak angkat
Krh15
seru novelnya , wajib dibaca 🤩
Reni Anjarwani
lanjut thor
Hitam_Putih
Selamat menikmati cerita aku 🤗🥰

Dimohon untuk tidak menjadi silent reader ya , aku menunggu keritik dan saran dari kalian 🤭🤗😍
Satsuki Kitaoji
Got me hooked, dari awal sampe akhir!
Yoi Lindra
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Desi Natalia
Makin lama makin suka, top deh karya thor ini!
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!