Aluna gadis lugu yang penuh dengan cobaan hidup. Sebenarnya dia gadis yang baik. Namun sejak dia dikhianati kekasih dan sahabatnya dia berubah menjadi gadis pendiam yang penuh dengan misteri. Banyak hal aneh dia alami. Dia sering berhalusinasi. Namun siapa sangka orang-orang yang datang dalam halusinasinya adalah orang-orang dari dunia lain. Apakah Aluna akan bahagia dengan kejadian tersebut. Atau malah semakin terpuruk. Ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Berpura-pura itu lelah. Juga sakit namun tidak berdarah. Hanya itu yang aku bisa. Karena kita tidak boleh terlihat lemah dihadapan orang. Tetap semangat.
🔥🔥🔥
Bram berjalan tergesa meninggalkan meja di mana Aluna berada. Kemarahan masih menguasai hatinya. Ditambah, pipinya terasa ngilu akibat tamparan yang sangat keras dari Aluna. Serasa memakai seluruh tenaga yang Aluna punya. Bisa jadi juga memakai tenaga dalamnya.
Bram mengusap pipinya yang terasa panas, berjalan tergesa meninggalkan restoran. Ingin segera pergi dari tempat tersebut. Menjauh dari Aluna yang telah membuat hatinya panas dan darahnya mendidih.
Bram geram, saat melihat Aluna yang dipapah seorang pria tampan. Bram tidak pernah menduga Aluna bisa melakukan hal itu. Bahkan dia tidak berpikir dua kali saat memutuskan hubungan. Hati yang terbakar cemburu membuat dia gelap mata.
" Kenapa bisa berpelukan dengan lelaki lain. Mana muntah-muntah lagi. Apa benar dia hamil? Apa dia semudah itu bisa digoda lelaki lain? "
Berbagai pemikiran berkelebat di kepalanya. Antara percaya dan tidak. Dia tahu sekali bagaimana sifat Aluna, dia tidak ingin percaya. Tapi saat melihat video yang dikirim Alisha. Video yang memperlihatkan Aluna yang sedang muntah di wastafel, sambil dipijit tengkuknya oleh seorang lelaki. Tentu saja Bram berpikir kalau apa yang dikatakan Alisha benar.
Apalagi ditambah semua tanda-tanda orang yang lagi hamil terlihat jelas. Wajah yang pucat, muntah-muntah dan lemas. Tanpa pikir panjang lagi bram melabrak Aluna dan saat itu juga dia mengakhiri hubungannya.
Bram melangkah tergesa menuju motornya. Dalam pikirannya hanya ingin secepatnya meninggalkan tempat tersebut. Tidak ingin lagi mengingat kejadian itu. Bahkan dia lupa, kalau tadi dia bersama Alisha.
Begitu sampai ditempat dimana motornya diparkir, Dia menendang motornya sebagai pelampiasan rasa kesalnya. Rasa cemburu dan juga sakit hati sedang menguasai dirinya.
" Sudah benar langsung aku putus. Tidak Sudi dengan perempuan begitu. Aaaah!" Bram berteriak. Dia kembali menendang motornya. Kali ini lebih keras lagi.
"Aduh!"
Dia kesakitan. Tentu saja, Besi kan keras, ditendang pasti yang sakit kakinya. Bram melihat ke sekeliling, saat menyadari parkiran tersebut terlihat ramai. Bram menatap beberapa orang yang ada di tempat tersebut, yang juga sedang menatapnya.
" Apa lihat-lihat!"
Emosinya masih di ubun-ubun. Ditambah lagi tatapan mereka yang terlihat mengejek di mata bram. Membuat dirinya semakin terbakar amarah.
Dengan segera Bram menaiki motornya dan pergi dari tempat tersebut. Dia tidak jadi makan. Rasa laparnya hilang berganti dengan rasa kesal. Dia sudah tidak lagi berselera makan . Dia hanya ingin segera pergi meninggalkan tempat tersebut.
Bram mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi melesat jauh meninggalkan restoran tersebut. Namun dia tidak kembali ke tempat kerjanya. Entah pergi kemana tidak tahu arah tujuannya. Hanya ingin melampiaskan semua rasa.
Beberapa lama kemudian dia berhenti dipinggir jalan. Matahari yng bersinar dengan teriknya membuatnya semakin kepanasan. Hari ini adalah hari paling tidak berpihak pada Bram.
" Ini kenapa panas sekali?" Dia menggerutu. Wajahnya terlihat lelah. Keringat mengucur di sekujur tubuhnya. Bahkan baju yang dipakainya terlihat basah.
" Di mana ini ya."
Bram melihat ke sekeliling. Dilihatnya sebuah warung makan sederhana di pinggir jalan. Bram melangkah ke sana. Perutnya mulai terasa lapar.
Dia masuk. Hanya ada beberapa orang yang makan di sana. Memang hanya sebuah warung sederhana. Namun terlihat bersih.
" Makan den ." tanya pemilik warung.
Bram mengangguk dan menunjuk apa saja yang ingin dia pesan. Dengan cekatan pemilik warung menyiapkan semuanya. Kini dihadapan Bram telah tersaji sepiring nasi lengkap dengan sayur dan lauk pauk.
" Silahkan dinikmati Aden..."
Pemilik warung sangat ramah. Bram tersenyum. Dia kembali teringat pada Aluna.
" Kenapa susah sekali menghilangkan bayangan dirinya. Dia yang terlihat begitu baik dan ramah." Ujarnya dalam hati.
Bram menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian mulai menyantap makanan yang ada di depannya. Walaupun makanannya enak, namun terasa hambar di mulutnya. Bram hanya ingin mengisi perut nya saja. Makanya terlihat seperti orang yang kelaparan. Dalam waktu sekejap semua makanan yang ada di piringnya tandas, habis tak bersisa.
" Kenyang."
Bram masih duduk di dalam warung. Belum beranjak. Mengistirahatkan tubuhnya yang kekenyangan. Supaya makanan yang masuk turun dulu ke lambungnya.
Bram mengeluarkan ponselnya , Bermaksud ingin memberi kabar pada orang kantor jika dia akan datang terlambat. Saat dia nyalakan, terlihat ada pesan masuk.
" Pesan dari Aluna. Ada apa? Apa mungkin dia mau menjelaskan semuanya. "
Bram membuka pesan tersebut. Dia terkejut melihat foto Alisha dan isi pesan dari Aluna.
"Mas, Alisha pingsan di restoran yang tadi. Saya tidak tahu kenapa. Saya hanya bisa memberitahu. Urusi selingkuhan mas itu!!!"
Bram terkejut membaca pesan yang dikirim oleh Aluna. Bram baru sadar jika dia tidak sendirian tadi. dia lupa kalau tadi dia bersama alisha. Dia pergi begitu saja tanpa mencari Alisha terlebih dahulu.
" Apa yang terjadi pada Alisha. Dia sepertinya pingsan. Dan apa tadi? Selingkuhan? Apa Aluna tahu semuanya?" Ucap bram pelan.
Bram mengulang membaca pesan tersebut. Dia baru menyadari selama ini Aluna memang berbeda. Lebih pendiam dan dingin.
" Jadi dia sudah tahu. Pantas saja dia tidak banyak bicara. Walaupun dari dulu memang pendiam. Tapi belakangan ini lebih pendiam lagi." gumam Bram.
Bram membayar apa yang di pesannya. Kemudian beranjak keluar dari warung makan tersebut. Menuju motornya dan kembali melaju ke jalanan. Dia harus melihat Alisha . Bagaimana pun juga sekarang Alisha adalah calon istrinya.
Bram mengacak-acak rambutnya. Dia merasa bingung harus bagaimana. Tapi memang sudah sewajarnya dia yang mengurus alisha.
" Seandainya saja...akhhh! Kenapa saya teledor. Seandainya tidak terjadi di malam laknat itu. Hah..Akhh!"
Akhirnya Bram kembali ke restoran tersebut untuk menjemput Alisha. Dia sudah berjanji akan bertanggung jawab. Sebagai seorang lelaki tidak mungkin jika dia mengingkari janji. Mau tidak mau dia harus melihat keadaan Alisha.
Lampu lalu lintas menyala merah. Bram berhenti . Teringat dengan janji, Bram kembali mendesah.
" Seandainya saja saya tidak tergoda sama Alisha.."
Semua sudah terlambat . Semua sudah terjadi . Dia sudah melakukan hal yang tidak seharusnya. Nikmati saja hasil kerjamu tersebut. Penyesalan selalu datang di belakang. Kau hanya harus mempertanggung jawabkan semua perbuatanmu.
🔥🔥🔥
Aluna tiba di rumah pukul delapan malam. Dalam perjalanan pulang, Tadi mampir terlebih dahulu di warung makan karena memang sudah jam makan malam. Perut Arga sampai berbunyi karena sudah saatnya diisi. Jadilah mereka bertiga mampir dulu di sebuah rumah makan yang mereka temui di tengah perjalanan.
Setelah membersihkan diri, Aluna masuk ke kamar. Merebahkan tubuhnya yang terasa capek. Memang setelah kita tidak melakukan apapun, barulah rasa capek akan terasa. Mungkin karena kita fokus pada kerjaan, sehingga kita mengabaikan rasa capek yang kita alami.
" Akhirnya bisa rebahan. Pegal rasanya tubuh ini. Padahal tidak melakukan apa-apa hari ini. Atau mungkin memang karena habis libur, sehingga tubuh merasa kaget saat melakukan aktivitas kembali." ucap Aluna sambil menumpuk bantalnya.
Aluna merebahkan tubuhnya dengan bantalan yang lebih tinggi. Dia bersandar di sisi atas tempat tidurnya. Mengambil ponsel dan membukanya.
" Syukurlah pesan buat mas Bram sudah dibuka. Semoga mas Bram kembali ke restoran dan mengurus alisha." Ucap Aluna saat dia membuka aplikasi hijau bergambar telepon.
" Semoga mereka bisa menjadi pasangan yang sakinah mawadah warahmah.."
Aluna memegang dadanya. Terasa nyeri . Sesak sekali. Mungkin mulut bisa berucap namun hati yang merasakan. Tidak bisa dipungkiri, rasa sakit pasti ada ketika kita berpisah dengan kekasih, walaupun itu hal yang terbaik.
"Semoga tidak ada perselingkuhan lagi diantara mereka. Karena yang saya tahu, selingkuh itu adalah penyakit dan bisa kambuh lagi. Dan semoga mereka hidup bahagia kedepannya.Dan mereka bisa dengan ikhlas menerima jalan hidup mereka."
Aluna mencoba tersenyum. Terasa pahit di lidah. Entah bagaimana dia merasakan hal tersebut. Aluna hanya berharap setelah ini, dia tidak berjumpa lagi dengan kedua pengkhianat tersebut. Dan Aluna sudah yakin akan pergi menjauh . Karena sudah tidak ada gunanya lagi berada di dekat mereka.
Aluna menarik selimutnya menutupi dadanya. Dia lelah ingin segera memejamkan mata. Walaupun masih pukul sembilan namun mata sudah lengket serasa ingin terpejam.
Aluna Memejamkan mata, tapi tidak tidur. Pikirannya kemana-mana. Belum mau diajak terlelap.
Aluna tersenyum. Sepertinya dia teringat sesuatu. Teringat kejadian yang dia alami tadi siang. Pasti kejadian-kejadian lucu hingga bisa membuatnya tersenyum.
Aluna terlihat bahagia. Bagaimana tidak Dikelilingi lelaki-lelaki tampan dan juga baik. Penuh perhatian juga. Lelaki yang selalu mengupayakan kebahagiaan dan kebaikan untuknya.
"Salahkah jika aku menikmatinya.." Aluna memeluk gulingnya erat-erat. Tersenyum-senyum sendiri.
" Aku tidak pernah minta . Mereka yang datang sendiri menawarkan semua." Aluna membuka matanya. Menatap langit-langit kamarnya. Dia kembali tersenyum.
" Tuhan, seandainya semua ini memang takdirku, ijinkan mereka tetap ada disampingku selamanya."
Aluna mengusap matanya yang tiba-tiba berembun. Dia menangis bukan karena sedih tapi karena terharu. Di tengah rasa putus asa karena sebuah pengkhianatan, datang orang-orang yang tak dikenalnya, menawarkan sebuah kebahagiaan.
" Aku hanya bisa berharap semua ini bukan mimpi seperti sebelum nya. Aamiin.."
Tak lama mata terpejam. Kali ini dia benar-benar tidur. Nafasnya terdengar teratur. Senyuman terhias di bibirnya. Semoga bahagia mengikuti kehidupan selanjutnya.
Bersambung
Terima kasih untuk yang sudah mampir. Lope ❤️❤️❤️