Namira Syahra kembali dipertemukan dengan anak yang 6 tahun lalu dia serahkan pada pria yang sudah membayarnya untuk memberikan nya seorang keturunan karena istrinya dinyatakan mandul.
Karena keterbatasan ekonomi dan dililit begitu banyak hutang,akhirnya Namira pun menerima tawaran dari seorang pengusaha sukses bernama Abraham Adhijaya untuk mengandung anaknya.
Dan setelah 6 tahun berlalu,Namira kembali bertemu dengan Darren.Putra yang 6 tahun lalu dia lahirkan lalu dia serahkan kepada ayah kandungnya.
Namira kembali dipertemukan dengan putranya dalam keadaan yang tidak baik baik saja.Darren mengalami siksaan secara verbal dan non verbal oleh wanita yang selama ini dianggap ibu oleh anak itu.
Akankah Namira diam saja dan membiarkan putranya menerima semua siksaan dari ibu sambung nya??
Atau,akankah Namira kembali memperjuangkan agar anaknya kembali kedalam pelukkan nya??
Yukkk simak kisahnya disini...
🌸.Jadwal up :
🌸.Selasa
🌸.Kamis
🌸.Sabtu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19.Kecurigaan Alma
"Sayang,kok bengong disitu?"
Abra terbangun dari lamunan nya tentang kebersamaan Namira dan juga Marsel.Beruntung saat Alma mendekati Abra,Namira dan juga Marsel sudah menghilang di ujung lorong.
Hingga Alma tidak sempat melihat apa yang tengah Abra pandangi sedari dari.Meski begitu Alma menaruh curiga pada sang suami.
Semenjak kepulangannya kembali ke tanah air,Abra tampak sedikit berubah.Banyak melamun dan tidak seromantis dulu sebelum dirinya pergi keluar negri untuk mengejar karirnya.
"Tidak apa apa,sudah selesai?ayo kita pulang,sudah sore," jawab Abra sembari menarik tangan Alma menuju kasir.
Berharap dia masih bisa melihat Namira disana.Namun sayang,Abra kurang cepat.Namira sudah tidak terlihat lagi,hingga tanpa sadar Abra menghela nafas panjang hingga kembali membuat Alma menatap penuh tanya.
***
***
"Sayang,bagaimana tentang perkembangan bayi tabung yang kamu lakukan pada wanita itu?aku sudah takut jika Mamah mencurigai kita.Berulang kali Mamah minta kita ke Surabaya untuk menemuinya.Bagaimana kalau hal ini ketahuan oleh beliau?" tanya Alma saat keduanya tengah menghabiskan waktu disebuah vila dipuncak,Bogor.
"Tinggal nunggu waktu lahiran,kamu tenang saja semua akan baik baik saja.Aku sudah mengatur semuanya dengan baik,"
"Apa aku boleh bertemu dengan nya?"
"Tidak bisa,itu salah satu syarat yang dia minta.Dia bersedia menjadi ibu pengganti dengan syarat tidak ada seorang pun yang tahu,termasuk kamu yang jadi istriku.Bersabarlah,nanti aku akan membawakan bayi itu padamu,"jawab Abra dengan bohong.
Alma pun tampak pasrah menerima apa yang sudah diputuskan oleh suaminya itu.Bagi Alma,yang penting sekarang posisi nya sebagai Nyonya Adhijaya akan aman dengan adanya bayi itu.
***
***
Sementara Namira sendiri kini tengah sibuk menyiapkan apa yang akan dibawa kerumah sakit saat kontraksi itu datang nanti.
"Sabar ya sayang,sebentar lagi kita akan bertemu.Sehat sehat yang Nak,kita akan berjuang bersama sampai kita bertemu nanti," ucap Namira mengusap lembut perut buncitnya.
Seketika hati Namira pun kembali seakan teriris sembilu,kala mengingat hari kelahiran sang putra akan segera tiba.
Dan itu artinya perpisahan dengan sang buah hati pun kian mendekati hari nya.Berat,namun lagi lagi Namira harus berusaha mengikhlaskan nya sebagai rasa tanggung jawab pada kontrak kerja sama yang sudah dia tanda tangani.
Namira menyadari,jika bukan karena Abra mungkin saat ini dia sudah kehilangan sang ibu yang akan pergi dihari yang sama dengan ayahnya.
Meski nyawa sang ibu harus dibayar dengan masa depan Namira sendiri.Namira tidak merasa keberatan,toh selama ini semangat hidupnya adalah sang ibu.
Jika sang ibu sudah tidak ada lagi,entah akan bagaimana Namira melanjutkan hidupnya yang berat itu.
***
***
Sudah dua hari Abra tidak bisa tertidur dengan lelap.Ingatan nya terus saja tertuju pada Namira dan calon anaknya.
Meski sudah mendapatkan laporan prihal kondisi Namira dari sang asisten.Namun tetap saja,ada perasaan aneh yang dirasakan oleh Abra selama dua hari ini.
"Kenapa aku selalu ingat mereka?"gumam Abra sembari menghisap rokok ke lima yang dia habiskan malam ini.
Abra duduk dibalkon kamarnya dengan berteman sepi dan berselimutkan dingin nya angin malam.
Ini sudah malam ke dua dia duduk disana menghabiskan waktu menunggu rasa kantuk menghampirinya.
Namun hingga waktu menunjukkan pukul 3 pagi tidak asa sedikit pun rasa kantuk itu datang.Abra melirik ke arah ranjang dimana sang istri tengah terlelap damai dengan berselimutkan selimut tebal miliknya.
Gemuruh itu kian bergejolak didalam dada Abra,hingga akhirnya pria itu bangkit dari duduknya lalu menyambar kunci mobil miliknya dan bergegas keluar dari rumah mewahnya untuk pergi kesuatu tempat.
Sementara di apartemen,Namira tengah berjalan jalan sembari sesekali terlihat meringis menahan rasa sakit yang datang dan pergi diparutnya.
"Apa ini tanda jika kamu kita akan segera bertemu sayang?jika benar,maka kita harus kuat berjuang meski kita hanya berdua yang sayang,"lirih Namira saat merasakan kembali gelombang cinta dari si buah hati yang sebentar lagi akan melihat dunia.
Merasa sudah cukup sering datang nya rasa nyeri itu,Namira pun segera mengambil koper yang akan dibawanya kerumah sakit dan juga tas slempang miliknya yang di isi dompet dan ponsel miliknya.
Berhubung waktu masih menunjukan pukul 3 dini hari.Namira pun berinisiatif pergi kerumah sakit sendiri dengan bantuan taksi online yang dia pesan lewat aplikasi diponselnya karena tidak ingin mengganggu waktu istirahat Marsel.
Pemuda yang siap sedia disetiap waktu jika Namira membutuhkan bantuan nya.Namun kali ini Namira ingin pergi sendiri saja karena dia tahu bagaimana sibuk dan capenya Marsel.
"Sabar ya Nak,kita kerumah sakit dulu ya,"gumam Namira lagi sembari berjalan menuju kepintu.
Namun Namira tersentak kaget saat membuka pintu unita apartemen itu sudah menemukan seseorang yang tengah berdiri didepan pintu apartemen itu.
"Tuan?".