bella di paksa ibu tirinya menikahi paktua kaya demi uang yang di janjikan pak tua itu. namun siapa sangka, saat di sebuah hotel, dia memberontak berusaha kabur dari paktua itu hingga bella bersembunyi di sebuah ruangan yang sedikit gelap bella kira di dalam ruangan itu tidak ada siapa siapa. ternyata seorang lelaki sedang sempoyongan karena pengaruh obat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasbyhasbi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilda
"Ayah, kau sudah siuman..." Bella segera menghampiri sang ayah yang mulai membuka matanya. Seharian penuh ia terus menjaga ayahnya itu, meninggalkan semua pekerjaannya dan di percayakan pada Stefan juga Clara.
Karena ia ingin fokus mengurus kesehatan ayahnya dahulu, sebelum acara pernikahan datang ia ingin ayahnya menjadi saksi. Walau menurutnya pernikahan ini hanya sementara.
"Bella sayang..." Mahendra terkejut dengan kehadiran Bella, anak yang telah hilang enam tahun yang lalu.
"Ini benaran kamu nak..." seketika tangis Mahendra pecah, melihat anak yang telah ia abaikan kini berada di hadapannya. Rasanya ia ingin sekali berhambur memeluk anaknya itu karena kerinduannya juga penyesalan telah membiarkan anaknya terluka.
"Maafkan ayah nak, ayah yang sudah mengabaikanmu hiks..hiks..... Menyia nyiakanmu. Ayah yang bodoh tak bisa membedakan.mana yang benar atau salah hiks.....hiks...." Isak tangis Mahendra, ia begitu menyesali dengan semua perlakuan dirinya pada Bella.
"Sudah ayah, ini sudah terjadi. Aku sudah memaafkanmu. Kau jangan sedih, yang terpenting sekarang adalah kesehatan ayah." Bella kini memeluk ayahnya yang masih terbaring di ranjang . Buliran bening berhasil membasahi pipi mulusnya, ia bersyukur karena ayahnya kini sudah menyesali perbuatannya.
"Ayah istirahatlah, ayah masih dalam pemulihan, jangan terlalu banyak fikiran." Bella membenarkan selimutnya.
"Sebentar lagi bik Nimah datang, ayah bersamanya dulu sebentar, aku ada urusan dahulu" ujar perempuan cantik itu, ia ingat sore ini dia harus ke butik bersama Richard untuk pemilihan baju pengantin.
Walau menurutnya itu berlebihan, tapi apalah buat jika semua itu adalah keinginan calon mertuanya yang ingin pernikahan anaknya itu di gelar dengan mewah. Padahal yang ia inginkan hanya menikah di pengadilan agama saja, tidak ingin membuat perayaan, bahkan kalau boleh pernikahan ini di rahasiakan saja.
"Mam...." Teriak seorang anak laki laki berlari dan memeluk Bella.
"Sayang, kamu sudah pulang sekolah." ucap Bella mengusap lembut rambut anaknya.
"Udah mam... Udah dari tadi aku pulang, tapi sebelum kesini aku jajan camilan dulu mam di minimarket, buat ngemil sambil jaga kakek." Garrel menunjukan kantong plastik yang isinya di penuhi dengan berbagai camilan kesukaanya.
"Bella, ini anakmu." Tunjuk Mahendra pada Garrel.
"Iya ayah."
"Aku memiliki cucu... Sini sayang, kakek memelukmu." Bersusah payah ayahnya itu ingin bangkit untuk duduk, namun tubuhnya kini masih belun pulih.
"Ayah masih belum pulih, jangan terlalu banyak bergerak." Bella segera membantu sang ayah untuk terbaring kembali, sangat beresiko jika ayahnya itu memaksakan untuk duduk, apalagi baru selesai operasi.
"Iya kek, kakek istirahatlah. Aku dan bibi akan menemanimu." ucap Garrel, mengusap tangan sang kakek.
"Kamu anak yang baik nak, sama seperti ibumu. Kamu juga begitu tampan dan lucu, dimana papamu, kakek ingin berkenalan"
Deg..... Pertanyaan ini yang selalu Bella tak ingin mendengarnya karena ia tak tahu harus menjawab apa. Sedangkan yang Bella tahu Garrel adalah anak dari seorang gigolo yang pernah tidur dengannya.
"Papa lagi kerja kek..." sahut Garrel yang berfikir pada Stefan. Ia selalu mengira bahwa stefan adalah papanya.
"Lagi kerja ternyata...."
Bella kini lolos dengan pertanyaan menjengkelkan itu karena Garrel.
"Bik, kamu beli buah yang aku pesan." Bella kini mengalihkan pembicaraannya pada bik Nimah.
"oh iya, bibi beli kok." segera memberikan bingkisan itu pada Bella.
"HILDA!" pekik Mahendra. "kamu hilda kan?" tambahnya tak percaya bisa melihat sosok wajah yang begitu mirip dengan wanita yang berada di masa lalunya.
"Maaf tuan, nama saya Nimah bukan Hilda. Dan saya sama sekali tidak mengenal yang namanya Hilda itu.."
"kenapa ayah memanggil bibik dengan nama Hilda, siapa Hilda...."
"Hilda itu ibumu nak..."