"Itu pernyataan, Leya Maura Nugrah!"
"Loh kamu tau nama asli leya dari mana?!" kaget wanita itu.
"Apa yang saya tidak tau?"
"Sombong." ketus Leya kesal, gadis itu rasanya ingin membuang pria di hadapannya ini kelaut saja! benar benar membuat nya naik darah.
"Besok besok gak usah temui Leya!"
"Kalau saya mau ketemu?"
"Kamu nyebelin, Tuan Damian Aarav Niell!"
"Saya menyukai panggilan itu, Leya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Animous, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku ingin membunuh mu
Hari ini Damian sangat bingung, dia merasa curiga pada Leya. Seperti nya gadis itu tengah menyembunyikan sesuatu.
Damian pergi menemui Arion.
"Eii broo, udah pulang?" sapa Arion.
"Saya suruh kamu awasi Leya! Apa saja yang kamu ketahui?"
Pertanyaan Damian membuat pria itu gelagapan, ah jujur saja dia selama ini hanya beberapa kali mengawasi gadis itu dan menurut Arion tidak ada yang aneh.
"Awasi, beberapa kali tidak ada yang aneh. Oh ya aku pernah sekali liat dia ke psikolog."
Damian menatap Arion intens, dia langsung pergi begitu saja. Leya benar benar menyembunyikan sesuatu padanya. Apa yang selama ini gadis itu lakukan saat dirinya tidak ada
Damian sengaja menjemput Leya saat gadis itu pulang sekolah nanti, Dia akan menanyakan beberapa pertanyaan.
Damian kali ini berada di kantor nya, dia menemukan beberapa investor baru yang ingin bekerja sama dengan dirinya. Tentu saja Damian tidak santai, dia tidak akan ceroboh lagi untuk kali ini.
"Tuan, ada perusahaan besar yang ingin bekerja sama dengan kita. Tapi, ini sangat asing menurut ku." ucap Michelle
"Asing?"
"Yeah, pemilik nya salah satu ketua dari anggota mafi-"
"Saya tau, langsung saja atur pertemuan dengan nya." potong Damian.
Michelle mengangguk paham dan langsung pergi mengurus beberapa berkas.
"Tuan, apa tidak merasa aneh? Tiba tiba perusahaan besar itu ingin bekerja sama?"
"Saya penasaran, perusahaan?"
"Ah dia salah satu perusahaan terbesar di kota, pemilik nya salah satu ketua mafia, namun itu hanya berita yang tidak tau benar atau tidak nya. Perusahaan itu sudah berdiri sejak lama, kalau tidak salah pemasukan barang ilegal dua tahun lalu mereka terlibat. Dia perusahaan The Reymond."
"The Reymond?" beo Damian merasa asing. Jujur saja, dia mengenal banyak perusahaan besar namun dia baru mendengar nama itu.
"Mereka pernah memperjualkan barang ilegal di sekitar laut, namun aneh nya hal itu tidak di ketahui oleh aparat. Kita bahkan tau itu saat berkunjung ke group Blood black." jelas Remon.
"Mereka terlalu tertutup, saya merasa tertarik."
Damian melihat jam, sudah mulai sore! Dia langsung bergegas menjemput Leya. Kebetulan sekali dia melihat Leya tengah berdiri di tepi parkiran.
Pria itu turun dan menyapa Leya, sedangkan Leya merasa gugup saat bertemu Damian. Dia tau Damian hanya menjemput nya, jadi dengan cepat Leya naik ke mobil pria itu.
"Leya, jujur saja saya merasa aneh dengan mu! Katakan yang sejujurnya apa yang kamu sembunyikan." ucap Damian tiba tiba.
"Gak ada, Leya makasih karna Damian peduli sama Leya. Tapi Leya bisa atasi sendiri masalah Leya." ucap Gadis itu tersenyum manis.
Damian hanya menghela nafas gusar, dia tidak akan memaksa Leya untuk memberitahu nya. Di perjalanan Leya merasa takut karna dia meninggal kan Vano begitu saja.
"Damian, bisa gak pin apartemen di ganti?" cicit Leya.
"Bisa, emang kenapa?"
"Gakpapa, kadang temen Leya main masuk aja pas Leya tidur."
"Ama, Ria?"
"Iya!" sahut Leya cepet.
Damian mengerti, dia akan mengganti nya nanti setelah sampai. Di perjalanan mereka kembali diam, tidak ada yang mulai berbicara.
"Leya, seperti saya akan pergi lagi karena ada urusan." ucap Damian tiba tiba.
"Lagi?" Kaget Leya.
"Hum, maap. Saya ingin mencari seseorang."
"Jangan bertengkar." cicit Leya.
"Tidak akan." sahut Damian tersenyum kecil, dia mengelus rambut gadis itu lembut. Sebenarnya Leya cukup kesal karna Damian akan pergi lagi.
Setelah sampai di apartemen Leya langsung pergi masuk, dia mandi dan mengganti pakaian nya. Lalu dia pergi makan dan berniat untuk keluar sebentar.
Leya keliling di taman, sore ini cuaca sedikit mendung seperti nya akan turun hujan, Leya berniat kembali ke apartemen.
Saat ingin masuk password yang ia masukkan salah sedangkan cadangan nya tinggal di dalam. Namun Damian sudah memberikan nya sebuah pesan pengganti password nya.
"Kok dia tau tanggal lahir Leya?" cicit Leya pelan
Sebelum masuk Leya melihat sekeliling nya, jika pria bernama Vano itu masih bisa masuk berati pria itu benar benar menguntit nya selama ini.
Leya pergi ke tempat tidur nya, hujan sudah turun membuat hawa dingin. Leya rasanya ingin tidur karena nyaman, namun dia ingin melihat apakah Vano bisa masuk atau tidak.
Ting.
"Leya, maap ya besok saya tidak bisa menemui mu! Pagi pagi saya sudah akan berangkat, jaga dirimu baik baik dan makan makanan yang sehat!"
Leya mencebikan bibirnya kesal, ingin rasanya dia menangis. Kalau bisa, dia ingin pulang saja tinggal bersama ibu nya di desa!
"Leya."
Leya langsung berteriak saat seseorang memanggil nama nya, Leya benar benar kaget! Bagaimana Vano bisa masuk?!
"Kalau ingin mengganti harusnya yang lebih sulit kan? Tanggal lahir mu saja aku tau."
"Vano! Keluar sekarang atau Leya adukan Damian?"
"Untuk apa? Aku tidak takut." ucap Vano berjalan mendekat ke arah Leya.
"Vano jangan begitu." cicit Leya takut, pria itu memegang sebuah pisau di tangan nya.
"Vano Sean Raymond, apakah nama ini cukup bagus? aku akan mengukirnya di perut mu."
Tiba tiba saja Leya teringat prilaku Erick padanya dulu, Leya ketakutan dan menyudutkan dirinya. Dia menangis menutup matanya.
Gadis itu memohon untuk Vano menjauh, dia benar benar ketakutan. Tubuhnya bergetar, bagaimana saat itu Erick memperlakukan nya hal itu yang dia bayangkan saat ini.
"Leya, aku tidak pernah menyakiti mu tapi kamu sudah merasa ketakutan seperti ini."
"Leya mohon."
"Aku hanya ingin memotong buah untuk mu." ucap Vano mengambil buah di meja yang dia bawa tadi.
Vano menarik pergelangan tangan Leya kasar, dia menatap gadis itu dalam."Katakan, apa ada yang menyakiti mu?" tanya nya serius.
Leya mengangguk kepalanya takut, Vano bisa merasakan tubuh Leya yang bergetar ketakutan.
"Siapa? Aku akan membunuhnya untukmu." desis Vano
"Jangan." ucap Leya cepat.
Gadis itu mencengkram tangan Vano kuat, dia berusaha menstabilkan rasa takutnya. Dengan cepat Leya mencari obat penenang nya, gadis itu langsung meminum obat itu.
"Apa dokter itu memberikan mu obat ini?" Vano mengambil obat penenang itu.
"Gak, di sana obat yang dokter berikan. Tapi Leya tidak bisa tidur dan kadang pikiran seperti itu masih saja datang."
"Apa kamu tau obat ini bisa menjadi ketergantungan!" marah Vano.
"Emang kenapa, apa peduli kamu sama Leya! Kamu kan yang buat Leya seperti sekarang!" Sindir Leya berani, dia menatap Vano dalam.
"Leya, aku tidak suka orang berteriak terhadap ku." bisik Vano membuat Leya bergidik ngeri.
Vano merasa tubuhnya tidak enak, dia emosi ingin memainkan pisau yang ia pegang. Pria itu bahkan menggores tangan nya sendiri. Dia menatap Leya tajam membuat gadis itu ketakutan.
Vano melempar sebuah gelas."Aku tidak suka saat kamu berteriak pada ku, Leya."
"Maap."
Leya berusaha menghilang kan rasa takut nya, dia menarik Vano untuk duduk di kasur nya kemudian dia pergi mengambil kotak obat. Tampa berbicara sedikit pun Leya mulai mengobati pria itu, Vano hanya diam karena Leya juga tidak kunjung berbicara.
"Leya." panggil Vano setelah diam cukup lama. Gadis itu menoleh menatap pria itu yang tengah menatap nya juga.
"Aku, aku rasanya ingin membunuhmu."
Awalnya Leya terdiam, dia tau Vano seperti apa dan dia sudah sangat pasrah sekarang.
"Kenapa tidak di lakukan?"