Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Beneran, Arumi?" lirih Erlan seolah belum terlalu mempercayai ucapan Arumi barusan.
Arumi yang masih di belakang punggung Erlan mengangguk.
Erlan dengan cepat melepaskan tangan Arumi yang melingkar di dada dan perutnya.
Ia berbalik ke arah Arumi. Dan kini mereka berdua berdiri saling tatap.
"Beneran kamu juga cinta sama aku?" tanya Erlan memperjelas pengakuan Arumi.
Kali ini kedua tangan Erlan menangkup wajah Arumi dengan matanya yang menatap lekat Arumi.
"Iya, Erlan." jawab Arumi yang balas menatap Erlan.
Terlihat senyuman kecil tersirat di bibir Erlan. Sebuah senyuman kebahagiaan yang sangat luar biasa.
"Aku mohon, Erlan, jangan akhiri perasaan kamu! Aku seneng banget saat tau kalau ternyata kamu juga cinta sama aku."
"Enggak, Arumi. Kalau kamu menyukai kehadiranku, aku gak mungkin mengakhirinya dan aku gak mungkin menyudahinya."
Kali ini Arumi yang tersenyum sangat bahagia. Bahagia karena perasaan mereka masing-masing.
Ya, Arumi sudah benar-benar melupakan penghianatannya pada Suaminya. Sekarang, ia hanya ingin meraih kebahagiaannya. Kebahagiaan yang hanya bisa ia dapatkan dari Erlan, tidak dengan Ibrahim.
Erlan kini mencium kening Arumi dengan sangat hangat membuat Arumi bisa merasakan ketulusan Erlan terhadapnya.
Erlan kembali tersenyum kecil begitu juga dengan Arumi.
Lalu ciuman Erlan kini mendarat di bibir Arumi. Ciuman yang lebih berani dari siang itu. Ciuman panas yang membuat jantung Arumi semakin berdebar tak karuan.
Arumi kali ini sama sekali tak ragu lagi. Ia membalas ciuman itu dengan sangat yakin.
Akhirnya bibir mereka saling melumat dengan nafsu keduanya yang sama-sama membara.
Erlan menghisapnya lembut, dan bahkan sesekali lidahnya menelusur ke rongga mulut Arumi. Arumi juga berusaha mengimbanginya dengan melakukan hal yang sama.
Ciuman mereka benar-benar terasa nikmat. Ciuman yang terjadi selama beberapa menit, sampai mereka berdua terhanyut di dalamnya.
Tek ... Tek ... Tek ....
Terdengar suara kunci diputar di pintu depan. Arumi dan Erlan terpaksa harus menghentikan apa yang tengah mereka lakukan.
Menghentikan sesuatu yang membuat mereka benar-benar candu.
Selang beberapa saat, Ibrahim tiba di ruangan yang sedang Arumi dan Erlan singgahi. Mereka harus sekuat tenaga bersikap biasa saja di hadapan Ibrahim.
"Wah, Erlan. Aku ngerepotin kamu, ya!" seru Ibrahim saat melihat keberadaan Erlan di sana.
"Habis, Arumi, tuh, kaya anak kecil. Cuma mati lampu aja udah ketakutan gak jelas." lanjut Ibrahim dengan melemparkan kalimat olokannya terhadap Arumi.
"Gak papa, Mas. Lagian kasihan juga Arumi kalau harus gelap-gelapan di rumah sendirian." Jawab Erlan.
"Ok lah. Sekali lagi makasih, ya!"
"Iya, Mas, sama-sama."
"Lain kali kalau kamu juga butuh bantuan aku, tinggal bilang aja, ya!"
Erlan hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Ibrahim.
"Kalau gitu aku pulang dulu ya, Mas!" pamit Erlan sesaat kemudian.
"Loh, gak ngopi-ngopi dulu?"
"Enggak, Mas. Udah malem." jawab Erlan sambil berjalan ke arah depan.
Arumi dan Ibrahim mengantarkan kepergian Erlan sampai ke teras rumah.
Saat Erlan melewati Arumi dan sebelum ia benar-benar melangkah keluar.
Arumi merasakan tangan Erlan dengan lembut menyentuh tangannya. Sebuah sentuhan yang sengaja Erlan lakukan.
"Aku pulang dulu ya, Arumi!" Ucap Erlan lirih sambil sekilas menatap Arumi dengan tatapan lembut.
Arumi hanya mengangguk kecil dan mengukir senyuman yang berusaha ia sembunyikan dari Ibrahim.
Setelah itu Arumi benar-benar melihat Erlan pergi dari halaman rumahnya.
Arumi menatap punggung Erlan yang semakin lama semakin menjauh dan menghilang.
Apakah setelah ini hubungan mereka akan selamanya manis?
Entahlah!!
Sekarang Arumi hanya bisa berharap mereka akan melaluinya dengan indah.
***
Setelah selesai membersihkan diri Arumi ikut naik ke atas ranjang seperti Ibrahim.
Merebahkan diri di samping suaminya yang tengah sangat asik mengutak-atik ponsel di tangannya.
"Buruan tidur, Mas! Udah malem!" ucap Arumi sambil membenarkan selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Nanti." jawab Ibrahim singkat tanpa menoleh ke arah Arumi.
Arumi membiarkannya saja. Ia bermaksud tidur duluan tanpa harus menunggunya.
Drrrr ....
Ponsel yang Arumi simpan di samping tempatnya berbaring nampak bergetar membuat Arumi sekilas menatapnya.
"Erlan." Terlihat satu pesan yang dikirimkan oleh pria itu.
Posisi tubuh Arumi yang sebelumnya terlentang kini berganti posisi dengan tidur miring membelakangi Ibrahim.
Tentu saja karena demi membuka dan membaca pesan dari Erlan tanpa sepengetahuan Suaminya.
[Selamat tidur, Arumi. Mimpiin aku, ya.] Itulah pesan yang Arumi baca. Pesan yang membuat senyum Arumi seketika merekah.
[Selamat tidur juga, Erlan. Aku pasti bakal mimpiin kamu.] balas Arumi sambil sesekali melirik ke arah Ibrahim yang masih terus sibuk dengan ponselnya.
Sebuah emoticon hati Erlan kirimkan. Arumi tak membalasnya, ia malah seketika mendekap benda pipih itu sambil membayangkan Erlan lah sedang berada dalam pelukannya saat ini.
"Arumi, Sayang!" Tiba-tiba Ibrahim sudah berada di belakang Arumi.
Dengan posisi tidur miring seperti Arumi di belakang punggungnya. Arumi dengan cepatmenyembunyikan ponselnya di bawah bantal yang tengah ia pakai.
Karena ia tak mau kalau sampai Ibrahim mengetahui kalau dia dan Erlan berusan saling berkirim pesan.
Cup ....
Sebuah kecupan hangat Ibrahim lakukan di bahu Arumi.
"Mas!" lirih Arumi sedikit menghindar.
"Kenapa, Sayang? Hem?" Jawab Ibrahim dengan kecupan bibir Arumi yang kali ini semakin turun ke bawah tepat di leher dan rahangnya.
"Aku ngantuk, Mas!"
"Sebentar lagi kamu pasti gak bakal ngantuk lagi." ucap Ibrahim sambil terus melancarkan aksinya yang kali ini dengan paksa membuat tubuh Arumi terlentang di hadapannya.
Cup ....
Kecupan Ibrahim akhirnya mendarat di bibir Arumi. Tapi tiba-tiba saja ia melepaskan bibir Arumi
"Mulut kamu, kok, bau rokok, Arumi?"
Arumi seketika tercekat mendengar ucapan Ibrahim itu. Rupanya aroma bibir Erlan masih sangat tertinggal di bibirnya.
"Masa, sih, Mas?"
"Iya, bener." sekarang Ibrahim malah berusaha mencium Arumi dengan hidung.
"Mas Ibrahim pasti salah. Bukankah tempo hari hidungnya Mas Ibrahim sempat cedera karena hampir kemasukkan uang logam lima ratusan?"
"Ah, iya. Benar juga. Berarti aku emang salah nyium bau." Ucap Ibrahim membuat Arumi akhirnya.
Arumi merasa sedikit lega Ibrahim terpengaruh dengan ucapannya.
"Ya udah, kita terusin lagi, ya." gumam Ibrahim lalu kembali mencium bibir Arumi. Tapi lagi-lagi Arumi mencegahnya.
"Mas, aku sebenarnya juga ngantuk banget." Tapi Ibrahim tak menggubrisnya.
Ia tetap melaksanakan apa yang menjadi keinginannya. Melakukan percintaan meski Arumi sangat enggan mengabulkannya.
Ya, sudah menjadi kebiasaan, Ibrahim selalu egois dan tak mau mengerti dengan apa yang ia rasakan.
***
Arumi hanya rebahan di ranjang setelah selesai melakukan rutinitasnya di siang hari ini.
Arumi sedang tak melakukan kegiatan apa-apa, jadi rasa bosan kembali melanda seperti biasanya.
Dan saat seperti ini, tiba-tiba bayang-bayang Erlan terlintas di kepalanya. Bayang-bayang wajahnya yang membuat Arumi rindu setengah mati.
"Dia lagi apa, ya?" Gumam Arumi pelan.
"Boleh gak ya, kalau aku menghubunginya?" Arumi segera mengambil ponsel yang sebelumnya berada di atas nakas.
Setelah itu Arumi mencari kontak Erlan lalu ia menekan tombol panggil dengan sangat gegabah.
"Emmmhhh, gak boleh!" ucap Arumi tiba-tiba yang kini mengurungkan niatnya dengan mematikan panggilan yang belum diterima olehnya.
"Bisa aja dia lagi sibuk. Atau bisa aja dia lagi sama Tika. Aku gak boleh lancang mengganggunya kaya gini." Gumam Arumi sambil melemparkan benda pipih itu ke atas kasur dengan sembarangan.
Tapi tiba-tiba saja ponselnya bergetar.
*************
*************