Hellena adalah gadis cantik yang hidup dalam belenggu masalalu, Ia berusaha bangkit dan melupakan kekasih yang sangat ia cintai itu. Kemudian Hellena bertemu dengan Daniel yang diam diam menyukainya dan berusaha membuat Hellena jatuh cinta padanya dan mencintainya bukan sebagai bayangan dari masalalu melainkan sebagai sepasang kekasih yang pantas untuk mencintai dan dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ivanyou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan di malam minggu
Petang sudah menyambut menggantikan langit siang yang begitu cerah. Hellena baru saja selesai mandi, ia berencana ingin pergi keluar bersama Daniel, lelaki itu mengajaknya untuk berkencan setelah sekian lama mereka tidak melakukan itu karena jadwal latihan yang selalu menguras waktunya sehingga akhir pekan digunakannya untuk beristirahat, sekedar memulihkan sedikit tenaga. Ponsel Hellena berdering, tertera di layar ponsel bahwa itu panggilan telepon dari Daniel.
"Kamu udah siap, Sayang?"
"Belom, baru juga selesai mandi. Kenapa? Mau udah mau jalan kesini?" tanya Hellena, sambil mengeringkan rambutnya di depan cermin.
"Belom sih, setengah jam lagi deh. Lagian kamu pasti masih lama dandan juga, kan?"
Hellena memanyunkan bibirnya merasa sedikit tersinggung karena pasalnya dia memang selalu lama jika berurusan dengan alat rias. "Iya, itu kamu tau. Aku mau siap-siap dulu, nanti kalo kamu udah mau jalan kasi tau aku aja." ucap Hellena.
Ia kembali menatap dirinya ke cermin, mempersiapkan untuk sedikit berdandan tipis agar terlihat lebih segar untuk dipandang. Daniel ingin mengajak dirinya makan di salah satu restoran cabang keluarga mereka, yang belum pernah Hellena kunjungi. Tentu saja, ia sangat antusias dengan kencang mereka kali ini karena dirinya cukup lelah sepanjang pekan menghadapi perkuliahan yang padat.
Kencan kali ini, Hellena akan menggunakan gaun hitam simpel tapi elegan dengan rambut hitam panjang tergerai membuat penampilannya akan semakin sempurna. "Oke, aku udah siap." batin Hellena, meletakkan botol parfum kembali ke atas meja.
Ia bergegas ke bawah, karena lima belas menit yang lalu Daniel sudah berada di jalan menuju kesini. Jonathan yang terlihat rapi menggunakan jaket kulit berwarna hitam, siap untuk pergi kencan bersama Zefanya. Jika di pikir-pikir, ini membuat Hellena sedikit geli karena pasangan mereka yang juga saudara kandung satu sama lain.
"Kamu bawa motornya hati-hati ya, pamitan juga yang bener sama orang rumah sana." nasehat Hellena pada Jonathan, ia selalu berusaha mengingatkan adiknya untuk menjaga Zefanya dengan baik dan mempunyai hubungan yang sehat.
"Iya, aman. Jonathan pamit duluan ya." pamitnya, bergegas keluar membawa kedua helm di tangannya.
Suara klakson mobil juga terdengar dari luar, menandakan bahwa Daniel juga sudah datang menjemputnya. Hellena tersenyum melihat Daniel yang sudah menunggunya, membukakan pintu mobil layaknya memperlakukan seorang putri kerajaan yang ingin bepergian ke luar istana.
"Makasih, Sayang." ucap Hellena, masuk ke dalam mobil dan duduk dengan nyaman.
Daniel tersenyum manis pada Hellena, sebelum menyalakan kembali mesin mobil. Musik romansa menemani perjalanan mereka menuju restoran, membuat suasana semakin tenang dan penuh kebahagiaan. Tangan kiri Daniel menggenggam erat tangan kanan Hellena, seakan-akan dunia memang hanya untuk mereka berdua saja.
"Besok malem mau pakai baju warna apa?"
Hellena mengernyitkan dahinya, tidak mengerti maksud dari pertanyaan Daniel. "Maksudnya? Besok emang mau ngapain?"
"Besok kan pesta ulang tahun Niko, masa kamu lupa."
"Ah, iya. Maksudnya kamu, kita pakai baju warna yang sama gitu?"
Daniel mengangguk sambil melirik Hellena, lalu kembali fokus ke jalanan. "Apa aja deh, warna kesukaan kamu aja gimana? Biru? Lagian kan ga ada ketentuan juga harus pakai apa." jawab Hellena, memberikan ide warna pakaian yang akan mereka gunakan besok untuk ke pesta.
"Kalo kamu maunya biru, kita laksanakan." ucap Daniel dengan nada suara seperti siap menerima perintah dari komandan pasukan. Hellena terkekeh kecil melihat tingkah manis Daniel malam ini, membuatnya lupa dengan segala rasa lelah selama sepekan ini.
Sesampai di depan restoran, Daniel turun lebih dulu membukakan pintu untuk Hellena. Restoran kali ini tidak di reservasi untuk mereka saja, melainkan tetap beroperasi seperti biasa. Terlihat banyak pengunjung restoran yang sedang menyantap makan malam.
Daniel membawa Hellena ke lantai atas, ia sudah memesan meja untuk mereka berdua. Seorang pelayan laki-laki datang memberikan menu. Setelah selesai memesan makanan, mereka menunggu sembari mendengarkan live music dari penyanyi yang tidak jauh dari meja mereka.
"Latihan futsal kalian aman aja, Sayang? Berarti besok ga latihan dong ya?"
"Iya, udah sepakat tadi latihannya diganti senin sama selasa sore. Pertandingannya juga kan hari rabu, jadi senin sama selasa dipakai latihan tanpa jeda."
"Kamu bentar lagi juga mau ujian, kan?" sambung Daniel, mengingat bahwa sudah masuk pertengahan semester. Hellena mengangguk pelan menanggapi pertanyaannya.
Makanan yang mereka pesan tiba, Hellena sangat antusias melihat setiap menu yang dihidangkan. Daniel tersenyum melihat Hellena yang begitu menggemaskan, ia juga lega bahwa permasalahan yang selama ini menjadi beban pikirannya, akhirnya selesai tanpa kendala apapun.
Mereka memakan makanan dalam diam, menikmati setiap suapan yang masuk ke dalam mulut. Hellena tidak bisa bohong bahwa makanan yang ada di restoran miliki keluarga Daniel, sangatlah enak. Daniel mengambil tisu lalu menyeka sudut bibir Hellena yang sedikit belepotan saos.
"Makannya yang pelan aja, ga ada yang mau ngambil, Sayang." ucap Daniel sambil tersenyum hangat, membuat Hellena tersipu malu dan hanya bisa memanyunkan bibirnya. Ia menatap daniel penuh kasih yang tidak bisa ia sembunyikan.
"Lagian kan ada kamu yang bisa ngebersihin." balasnya, membuat Daniel tertawa pelan.
Daniel mengajak pelan rambut Hellena. "Iya, itu jadi tugas aku ya? Gapapa, aku akan selalu ada buat kamu gadisku yang lucu." ucapnya dengan nada suara hangat, membuat Hellena semakin tersipu malu.
Mereka menikmati setiap momen yang mereka lalui bersama di kencan kali ini. Ada perasaan yang membungkus hati Daniel setiap berada di dekat Hellena, seakan dunia yang sibuk dan penuh tekanan di luar sana tidaklah penting. Ia sadar bahwa tak peduli seberapa sulit situasi yang ia hadapi, entah dengan Devina yang tiba-tiba muncul kembali atau masalah futsal yang semakin padat. Semuanya itu terasa begitu mudah saat Hellena ada disisinya, benar apa yang Diego katakan bahwa prioritas dirinya sekarang adalah hubungannya dengan Hellena.
Daniel meraih tangan Hellena yang berada di meja, menggenggamnya erat seolah menegaskan bahwa perasaannya tidak akan pernah goyah. Hellena menatapnya dengan tatapan yang hangat, memahami tanpa harus berkata banyak. Mereka tidak butuh banyak waktu untuk saling mengerti satu sama lain, karena dalam keheningan sekalipun, perasaan mereka sudah berbicara lebih keras daripada suara apapun. Di momen ini, Daniel merasa bahwa tidak ada yang lebih penting daripada menjaga apa yang sudah mereka bangun bersama, yaitu hubungannya bersama Hellena yang akan selalu menjadi fokus utamanya.