Jatuh cinta pas masih umur enam tahun itu mungkin nggak sih?
Bisa aja karena Veroya Vogt benar-benar mengalami jatuh cinta pas usianya enam tahun. Sayangnya, cinta Ve sama sekali nggak berbalas.
Dua puluh tahun kemudian, ketika ada kesempatan untuk bisa membuat Ve mendapatkan pria yang jadi cinta pertamanya, apa Ve akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?
Gimana perjuangan Ve, untuk mendapatkan cinta dari King Griffin A. Cassano?
" Bagaimana dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku? Bukankah tujuan mu akan tercapai? "
" Kau mabuk, ya? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak menarik
Pagi hari di mansion Vogt, semua anggota keluarga Vogt terlihat duduk di meja makan, menikmati sarapan mereka. Sesekali acara makan pagi ini akan diselingi dengan perbincangan seputar kegiatan yang akan mereka lakukan hari ini.
Earnest, kepala keluarga Vogt memang tidak terlalu memusingkan aturan keluarga bangsawan seperti tidak boleh berbincang saat makan atau harus menggunakan sapaan penuh hormat seperti keluarga bangsawan lainnya. Earnest, terkesan lebih fleksibel, yang terpenting mereka tetap menjunjung tinggi sopan santun.
" Kapan kau akan mengakhiri kontrak kerja mu, Ve? " tanya Earnest.
" Empat hari sebelum pernikahan ku, pa... Aku masih memiliki beberapa pekerjaan yang sudah tercantum di kontrak. Agak sulit untuk menolak pekerjaan ini. " jawab Veroya sembari menikmati Brotchen miliknya.
" Setelah menikah, kau akan ikut King ke Roma kan? Lalu bagaimana dengan pekerjaan mu disini? Bukankah kontrak kerja mu sampai akhir tahun, dan itu artinya masih tersisa enam bulan lagi kan. " Hanabi ikut masuk dalam perbincangan.
" Hm... Harus ada satu yang aku prioritaskan, ma. Dan pilihan ku adalah ikut King ke Roma.. Untuk masalah kontrak kerja, ya terpaksa aku bayar pinaltinya. " jawab Veroya terkesan santai. Padahal untuk membayar pinalti satu kontrak saja cukup merogoh kocek agak dalam. Apalagi ini ada empat kontrak kerja.
Veroya seharusnya pusing memikirkan berapa banyak uang yang harus dia keluarkan untuk membayar pinalti. Tapi dia tetap santai seolah masalah ini bukan hal besar. Griffin, siap menanggung semua pembayaran biaya pinalti kontraknya yang batal. Jadi buat apa Veroya sakit kepala memikirkan hal ini.
Mimpi Veroya sejak kecil adalah menjadi pasangan seorang King Griffin. Kini kesempatan itu datang tanpa dia harus bersusah payah merayu dan menggoda adik kembar sahabat baiknya itu. Lalu kenapa dia harus memusingkan semua hal jika tujuan hidupnya saja sudah hampir dia genggam.
" Kau benar.. King itu banyak penggemarnya, kau sedikit saja lengah jangan salahkan keadaan jika ada orang ketiga yang memanfaatkan situasi. Banyak wanita yang menginginkan posisi mu Ve, jadi berhati-hati lah. " Furuya sengaja berujar begini untuk memanas-manasi adik kembarnya.
" Ck.. Tanpa kau kasih tahu aku pun tahu masalah itu. Bagaimana bisa aku membiarkan adanya ulat bulu gatal yang mendekati King? Kau tahu betul bagaimana selama ini aku berjuang untuk mendapatkannya. Aku bahkan rela menjatuhkan harga diri ku untuk mengajaknya menikah. " Furuya melotot ke arah Veroya.
Awalnya Veroya cuek saja mendapatkan tatapan tajam dan penuh intimidasi dari kembarannya itu. Tapi sedetik kemudian, saat tatapan matanya menyaksikan ekspresi papa dan mamanya, barulah Veroya paham arti tatapan dari Furuya.
Dia, baru saja keceplosan mengatakan kejadian yang sebenarnya terjadi di balik keputusan pernikahan antara Veroya dan Griffin.
" Hehe.. " Veroya hanya bisa nyengir kuda. Bisa apalagi dia, toh mulutnya sendiri yang membongkar rahasianya.
" Ve... Kau?? " ucapan Hanabi berhenti begitu saja. Sungguh sangat berat melanjutkan ucapannya. Rasanya, Hanabi ingin memasukkan kembali anak perempuannya ini ke dalam perutnya. Kenapa tidak punya malu sama sekali jika sudah berhadapan dengan Griffin.
Sama dengan Hanabi, Earnest juga tidak bisa berkata-kata lagi. Putrinya ini memang rada lain. Tapi, tidak menyangka juga jika Veroya bahkan sampai melontarkan ajakan menikah lebih dulu. Terkesan sekali kalau putrinya ini begitu tergila-gila dengan pria yang merupakan putra teman lamanya itu.
Ternyata kenyataan nya seperti itu, pantas saja rasanya Earnest dan Hanabi tidak bisa percaya jika Griffing yang mengajak putri mereka ini menikah. Seperti bukan Griffin saja. Putrinya ini sungguh tidak lagi tertolong.
" Ve... Papa...... Ah, sudahlah.. Aku berangkat kerja saja. " Earnest lekas meninggalkan meja makan, diikuti Hanabi yang selalu mengantarkan kepergian suaminya sampai di pintu mansion.
" Bodoh.. " gumam Furuya dengan tatapan mengejek pada Veroya.
" Diam kau!! Semua ini karena mu. " Veroya berujar sengit.
Keduanya pun ikut meninggalkan meja makan. Mereka memiliki pekerjaan yang padat hari ini terutama Veroya yang memang memadatkan semua pekerjaannya demi bisa menikah dengan pujaan hatinya dua minggu lagi.
*
*
Milan, Italia...
Griffin menuruni tangga dan langsung berbelok ke ruang makan. Dia yakin, di jam-jam seperti ini pastinya daddy dan mamanya berada di sana untuk sarapan bersama. Keduanya memang tidak pernah melewatkan waktu sarapan bersama meski anak-anak mereka tidak ikut sarapan bersama.
Benar saja, sudah nampak terlihat mamanya sedang mengambilkan sarapan untuk daddynya saat Griffin sampai di ruang makan. Dia pun lekas bergabung dengan keduanya untuk sarapan bersama.
" Pagi, ma.. " Griffin menyapa Ceena tak lupa mencium pipi mamanya.
" Pagi, pa.. " Griffin juga menyapa Nolan, kemudian mengambil duduk di sisi kiri kursi Nolan yang berada tepat di tengah.
" Pagi, Grif.. " balas Nolan dan Ceena bersamaan.
" Kapan kau sampai? " tanya Nolan. Tatapan nya melirik sejenak ke arah putra sambungnya itu sebelum kembali memperhatikan setiap gerak gerik dari Ceena saat mengambilkan sarapan untuknya.
" Semalam, dad.. " jawab Griffin singkat.
Putra Galen dan Ceena ini memang irit bicara. Hanya beberapa kata yang dia gunakan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan orang-orang padanya. Griffin tipe orang yang malas menjelaskan panjang lebar, lebih memilih langsung pada intinya. Dia tidak suka bertele-tele dan selalu to the point.
Jarang bicara tapi sekalinya bicara kadang bisa membuat orang lain kesal sendiri. Sifatnya juga dingin pada orang luar terkadang judes juga. Tapi yang paling parah adalah sikap ambisius dan perfeksionisnya. Griffin, cenderung selalu menginginkan semuanya sempurna, tanpa ada cacat.
Dia juga sangat ambisius apalagi jika dia sudah menentukan apa yang dia inginkan maka apapun akan dia lakukan untuk bisa mencapainya. Griffin bahkan tak segan-segan berkorban apapun asalkan ambisinya tercapai. Dan saat ini, yang menjadi fokusnya adalah membesarkan kembali nama Cassano.
" Dimana Fayre? Aku belum melihatnya sejak tadi. Biasanya dia paling awal duduk di meja makan setiap paginya. " tanya Nolan heran. Tidak biasanya, putri sambungnya itu melewatkan sarapannya.
" Dia tidak akan turun untuk sarapan. " jawab Griffin yang mana sama sekali tidak membuat rasa penasaran Nolan hilang.
" Maksudnya? " Griffin hanya mengendikkan bahu saja.
Dahi Nolan langsung berkerut. Dia pun jadi khawatir kondisi dari Fayre. Benar-benar bukan kebiasaan putrinya itu untuk melewatkan sarapan. Apakah dia sakit, atau terjadi sesuatu pada Fayre.
" Baby.. Coba kau lihat Fayre di kamarnya. Tidak biasanya dia melewatkan sarapannya. " Ceena mengangguk. Setelah meletakkan sarapan milik suaminya, Ceena lekas naik ke lantai dua, menuju ke kamar milik putrinya.
" Bagaimana fitting pakaian yang akan kau dan Ve kenakan saat pernikahan nanti? " tanya Nolan basa basi. Mencoba membangun obrolan dengan Griffin. Rasanya sedikit canggung jika mereka berdua hanya diam saja tanpa terlibat perbincangan.
" Lancar.. Semuanya terkendali, dad. " Nolan mengangguk. Dalam batinnya dia merutuki sikap Griffin yang terkesan dingin itu.
" Kau ingin hadiah apa saat pernikahan kalian nanti? Menurut mu apa yang disukai Ve sebagai harian pernikahan untuknya? " tanya Nolan tak patah semangat mengajak Griffin berbincang.
" Apa saja.. Terserah daddy mau memberikan hadiah apa. " Nolan menghela nafas. Dia mengibarkan bendera putih, menyerah untuk mencoba membangun perbincangan di antara keduanya.
' Entah kenapa, aku jadi merindukan Griffin kecil.. Yang versi dewasa ini... Sangat tidak menarik.. ' Batin Nolan frustasi.