Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 35. Pergilah
Yudi terlelap, ia merasakan lelah yang luar biasa. Sedangkan Priska, melihat sang suami terlelap ia langsung segera bertindak. Ia mengambil dompet Yudi dan mengambil semua kartu atm serta credit card yang berada di sana.
" Aku sungguh tidak sudi hidup di kampung. Aku sudah berhasil mengikuti mu hingga ke kota masa iya aku harus kembali ke desa. Huh ... Aku harus segera keluar dari rumah ini"
Priska segera keluar dari kamarnya dan menuju ke kamar Reni. Ia membangunkan putrinya itu dengan perlahan.
" Sayang ... Bangun,"
Reni bergeming, Priska pun harus menggoyangkan tubuh gadis itu agar segera bisa bangun.
" " Reni, bangun!!"
" Apa an sih mah, ini masih malam. Kenapa nyuruh aku bangun."
" Sayang ayo kita pergi dari sini."
" Tapi mah, kenapa? Kenapa kita harus pergi."
Priska tidak mau berlama lama. Ia pun segera mengambil koper milik Reni yang ternyata sudah disiapkan oleh nya.
" Jangan banyak tanya. Nanti mama jelaskan di jalan."
" Tapi mah?"
Plok ... Plok ... Plok ...
Suara tepukan tangan seseorang membuat Priska sungguh terkejut. Ia lalu menoleh kebelakang. Di pintu kamar Reni sudah berdiri Yudi dengan tatapan mata yang begitu tajam.
" Hahahah ... Bagus ... Bagus ... Kau ingin minggat dari rumah ini dengan membawa lari semua kartu atm ku dan kartu kreditku? Tck ... Tck ... Tck ... Dasar wanita tidak bermoral atau lebih tepatnya pencuri!"
Yudi menatap nyalang. Lalu menghampiri Priska dan menari tangan wanita itu.
" Reni, tutup pintu kamarmu sekarang dan kembali lah tidur. Papa mau berbicara penting dengan mama mu."
Priska menggeleng, ia tahu Yudi tidak akan bisa bicara baik baik. Reni yang tidak mengerti hanya mengangguk menuruti ucapan sang papa.
Yudi menarik Priska menuruni tangga dan membawanya ke dalam kamar. Ia menghempaskan tubuh Priska ke kasur.
Tatapan tajam Yudi itu sungguh menusuk dada Priska. Ia kini merasakan ketakutan yang luar biasa.
" Mas ... Kau mau apa?"
" Heh, masih kah kau bertanya aku mau apa? Apa kau sungguh tidak tahu apa yang ku inginkan hmm?
Yudi terus mengikis jarak, ia mengungkung tubuh Priska. Priska menggeleng, ia tidak ingin diperlakukan seperti wanita jal*ng.
" Mas, kumohon jangan."
" Hei, kau berani menolak suami mu. Tck .. Tck ... Apa kau tidak takut berdosa hmm ... Atau jangan jangan bukan hanya aku yang menikmati tubuh mu itu? Cuih ... "
Yudi turun dari ranjang dan kembali berdiri tegak. Mendengar kata katanya sendiri Yudi bahkan bisa merasa jijik dengan wanita di depannya itu.
" Sekarang katakan apa maumu?"
Priska terdiam, ia bingung harus mengatakan apa.
" Katakan sekarang juga atau kau tidak akan pernah bisa memilih untuk selamanya.
" A-aku ... "
Yudi tersenyum sinis. Ia tahu apa yang ada di otak wanita itu.
" Pergilah, mulai malam ini haram bagiku tubuhmu. Aku manjatuhkan talak 3 kepadamu."
" Mas ... Bukan ... Bukan itu yang kuinginkan."
" Persetan dengan keinginanmu. Sekarang kita tidak lagi memiliki hubungan. Kau boleh tidur malam ini di rumah ini. Besok pagi kau sudah harus pergi dari rumah ini. Sungguh kau sama sekali tidak pantas menempati rumah ini."
Yudi berlalu meninggalkan Priska yang masih sangat syok. Pria itu tak lagi peduli, rasa nya sudah mati atau mungkin ia tak pernah memiliki rasa terhadap wanita itu. Yudi menuju lantai dua dan masuk ke kamar Hasna. Ia merebahkan tubuhnya di sana dan mengambil foto keluarga kecil nya dulu yang disimpan Hasna di dalam nakas. Yudi menangis, ia begitu merindukan sang istri.
" Mel, aku sangat ingin menyusul mu. Aku merindukanmu sayang, sungguh sangat rindu."
Yudi memeluk erat foto berbingkai itu sambil menangis sesenggukan.
🍀🍀🍀
Keesokan harinya Yudi benar benar menyuruh Priska pergi. Reni sungguh bingung dengan apa yang terjadi.
" Ma, kenapa kita harus pergi?"
Priska terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan snag putri.
" Maaf ya Ren, papa sudah tidak punya apa apa lagi sekarang. Rumah ini mau papa jual. Dan mama mu memilih untuk pergi. Papa menghormati keputusan mama mu."
Reni terhenyak mendengarkan penjelasan sang papa. Ia menoleh kepada mamanya, namun sang Mama nampaknya tidak bisa berkata apapun.
" Baik pa kalau begitu Reni pergi ya, Apakah Reni masih bisa bertemu dengan papa?"
" Tentu saja."
Jika bukan karena Reni, Yudi sungguh tidak ingin melihat wajah Priska. Reni berjalan keluar dengan membawa barang-barangnya. Yudi mendekat ke arah Priska dan berbisik, " Aku akan memberikan mobil itu. Ingat itu bukan karena mu tapi semata-mata hanya untuk Reni. Jadi gunakanlah mobil itu dengan baik."
Riska membisu Ia sungguh tidak tahu harus berkata apalagi terhadap Yudi kini keduanya bukanlah suami istri jadi Reni pun juga tidak bisa melakukan apapun. Wanita itu pun berjalan menuju mobil pemberian Yudi lalu masuk. Ia melihat rumah itu sekilas. Ada rasa sesal dalam hatinya, namun nasi sudah menjadi bubur. Ia tidak bisa membalikkan keadaan menjadi seperti semula.
Brummmmm ...
Priska menyalakan mobilnya dan berlalu. Ia bergumam lirih
" Aku harus kemana? Aku tidak mungkin untuk kembali pulang. Haruskah aku ke tempat Bardi?"
Priska hanya bisa menemui pria itu. Dia lah satu satunya orang yang bisa menampungnya saat ini.
Sepeninggalnya Priska, Yudi bernafas lega. Sesuatu yang mengganjal hatinya seketika hilang.
Ughhhh ...
Yudi mengangkat kedua tangannya dan meregangkan urat uratnya.
" Assalamualaikum pa."
" Waalailumsalam, sayang ... "
Yudi membulatkan matanya saat melihat siapa yang datang. Matanya berkaca-kaca melihat sang putri kembali ke rumah bersama sang menantu.
" Ya Allaah sayangnya papa, kenapa nggak bilang kalau mau pulang. Papa bisa menyuruh bibi untuk membereskan kamarmu dulu."
Hasna tidak menggubris omongan Yudi. Ia langsung memeluk sang papa dengan erat. Yudi pun membalas pelukan Hasna.
" Assalamualaikum pa."
" Waalaikumsalam nak Radi."
Radi mengulurkan tangannya mencium tangan Yudi dengan hikmat.
" Ayo masuk ... "
Keduanya masuk, namun Hasna merasa ada sesuatu yang aneh di rumah tersebut.
" Nenek lampir dan anak kunti kemana kok sepi?" Monolog Hasna dalam hati.
Yudi tahu apa yang dipikirkan oleh putrinya. Namun ia pura pura bertanya.
" Ada apa sayang."
" Kok sepi pa?"
" Papa sudah tidak bersama dengan dia lagi."
" Kenapa?"
" Tidak perlu dibahas. Bukan hal yang baik dna penting juga."
Yudi tersenyum simpul. Jika sudah seperti itu Hasna pun tidak mau banyak bertanya.
" Oh iya apa kalian mau menginap?"
Hasna dan Radi saling pandang. Sebenarnya ada yang akan mereka sampaikan, tepatnya ada yang mau Hasna sampaikan kepada sang papa.
" Pa, ada yang mau Hasna bicarakan dengan papa mengenai aset aset yang papa berikan."
" Ada apa, apakah ada yang tidak sesuai. Sepertinya semuanya sudah beres."
Hasna memegang tangan Yudi dan mengusapnya lembut.
" Bukan pa, bukan itu. Hasna mau memberikan kembali untuk papa. Ini punya papa."
TBC