Perkumpulan lima sahabat yang awalnya mereka hanya seorang mahasiswa biasa dari kelas karyawan yang pada akhirnya terlibat dalam aksi bawah tanah, membentuk jaringan mahasiswa yang revolusioner, hingga aksi besar-besaran, dengan tujuan meruntuhkan rezim curang tersebut. Yang membuat mereka berlima menghadapi beragam kejadian berbahaya yang disebabkan oleh teror rezim curang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Besar yang Mulai Terbentuk
Setelah ketegangan di antara Dito dan Yudi mereda, Haki dan teman-temannya kembali fokus untuk mempersiapkan langkah selanjutnya. Mereka tahu bahwa ancaman dari Bayu tidak bisa dianggap enteng lagi, dan perpecahan di dalam kelompok tidak boleh terjadi lagi. Persatuan di antara mereka adalah satu-satunya cara untuk menghadapi kekuatan yang jauh lebih besar.
Merumuskan Strategi Baru
Dengan suasana yang mulai membaik, Haki, Luvi, Dito, Yudi, dan Mayuji berkumpul lagi di apartemen untuk mendiskusikan langkah selanjutnya. Setelah kejadian yang dialami Haki, mereka semua sadar bahwa perlawanan ini bukan hanya soal protes atau aksi digital, tetapi juga soal bertahan hidup di tengah ancaman yang nyata.
“Kita nggak bisa terus-terusan kayak gini,” kata Mayuji sambil memandang serius ke arah teman-temannya. “Bayu udah mulai bergerak lebih agresif. Kalau kita nggak hati-hati, kita bisa beneran kena serangan fisik. Gue nggak bilang kita harus berhenti, tapi kita harus ubah cara kita.”
Luvi, yang selama ini berfokus pada dunia digital, setuju. “Bener. Gue rasa kita nggak bisa lagi ngandelin aksi-aksi yang terang-terangan. Pemerintah dan Bayu udah lebih siap dari yang kita kira. Kita harus mulai pikirin cara yang lebih cerdik, yang bikin mereka nggak bisa prediksi gerakan kita.”
Dito, yang biasanya lebih fokus di belakang layar, kini angkat bicara dengan lebih percaya diri setelah konflik di antara mereka mereda. “Gue bisa mulai dari jaringan kita. Kita udah tau kalau mereka punya akses ke beberapa jalur komunikasi kita, jadi kita harus ganti semuanya. Gue bakal bangun sistem yang lebih tersembunyi, lebih terpecah. Setiap orang cuma bakal tau sedikit informasi, jadi kalau ada yang bocor, kita bisa lebih cepat nangkep.”
Yudi, yang lebih berperan di lapangan, menambahkan, “Kita juga harus ngubah cara kita protes. Aksi besar-besaran bakal terlalu mudah ditebak. Mungkin kita bisa mulai dengan aksi-aksi kecil, yang lebih menyebar. Bikin mereka sibuk ngurusin banyak titik, jadi kita punya lebih banyak waktu buat nyusun rencana besar.”
Haki mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia tahu bahwa apa yang teman-temannya katakan adalah kunci untuk bertahan. “Gue setuju sama semua yang kalian bilang. Kita nggak bisa lagi cuma fokus di satu tempat atau satu strategi. Kita harus bikin mereka bingung, bikin mereka ngerasa kita ada di mana-mana tapi nggak bisa dilacak.”
Langkah Awal: Memecah Jaringan Informasi
Dito segera mengambil langkah pertama. Dia mulai membangun ulang jaringan komunikasi mereka, memecah sistem menjadi lebih kecil dan terisolasi. Setiap anggota kelompok hanya memiliki akses ke informasi tertentu yang relevan dengan perannya, membuat setiap bagian dari jaringan menjadi lebih sulit untuk ditembus oleh pihak luar.
Selama beberapa hari, Dito bekerja tanpa henti di depan laptopnya, menciptakan protokol-protokol keamanan baru. Ia memanfaatkan pengetahuan teknis yang ia miliki untuk menyembunyikan jejak digital mereka lebih dalam. Selain itu, ia juga membuat sistem yang memungkinkan mereka berkomunikasi tanpa harus terlalu sering bertemu langsung.
“Gue udah setel sistem baru,” kata Dito kepada yang lain dalam sebuah pertemuan. “Mulai sekarang, kita bakal pakai saluran komunikasi yang lebih tersembunyi. Gue juga udah atur beberapa jalur cadangan kalau kita sampai kejebak lagi.”
Luvi tersenyum kecil. “Bagus, Dit. Dengan ini, gue bisa terus bikin konten tanpa takut kita kebobolan lagi.”
Namun, meskipun sistem baru ini memberi mereka sedikit rasa aman, mereka semua tahu bahwa ini hanya langkah awal. Ancaman dari Bayu tetap nyata, dan setiap kali mereka merasa aman, selalu ada kemungkinan bahwa Bayu dan jaringannya sudah selangkah lebih dekat.
Rencana Aksi Kecil yang Menyebar
Sementara Dito memperkuat jaringan digital mereka, Yudi dan Haki mulai merencanakan aksi protes yang lebih kecil dan tersebar. Mereka sepakat bahwa aksi besar-besaran terlalu mudah ditebak dan dihentikan oleh aparat, sehingga mereka harus memecah perhatian pemerintah dengan gerakan-gerakan kecil yang sulit dipantau.
“Kita nggak bisa ngumpulin massa di satu tempat lagi,” kata Yudi saat mereka berdiskusi di sebuah kafe kecil di pinggiran kota. “Tapi kalau kita pecah jadi beberapa grup kecil, mereka bakal kesulitan ngikutin kita semua. Kita bisa bikin aksi di beberapa kampus sekaligus, tapi dalam skala kecil. Tujuannya bukan buat langsung bikin kerusuhan, tapi lebih buat bikin perhatian mereka terpecah.”
Haki menyukai ide itu. “Setiap aksi bisa fokus ke satu isu kecil yang berkaitan sama gerakan kita. Tapi jangan semuanya ngomong soal hal yang sama, biar mereka nggak bisa langsung tebak arah pergerakan kita.”
Yudi mengangguk. “Kita bikin mereka bingung. Setiap kampus bisa punya tuntutan yang beda-beda, tapi semuanya tetap dalam lingkup perlawanan yang sama. Ini juga bakal bikin mereka kelihatan lebih lemah, karena nggak bisa ngontrol semua tempat sekaligus.”
Rencana ini mulai berjalan. Yudi dan Haki mengatur beberapa kelompok mahasiswa di kampus-kampus berbeda, memulai protes kecil-kecilan yang berlangsung secara bergantian di hari-hari berbeda. Setiap kelompok hanya mengetahui bagian kecil dari rencana besar, sehingga jika salah satu kelompok berhasil dibubarkan atau ditangkap, kelompok lainnya masih bisa bergerak tanpa terpengaruh.
Persiapan Serangan Terakhir Bayu
Sementara kelompok Haki mulai merasakan sedikit kemenangan dengan strategi baru mereka, Bayu juga tidak tinggal diam. Ia tahu bahwa kelompok ini semakin cerdik, dan ia tidak bisa lagi hanya mengandalkan pengawasan atau intimidasi. Serangan berikutnya harus lebih keras, lebih langsung, dan lebih menghancurkan.
Bayu mulai mengatur rencana besar untuk menangkap Haki dan teman-temannya, sekaligus mematikan gerakan mahasiswa yang selama ini menyulitkan pemerintah. Ia berencana melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap tokoh-tokoh utama di dalam kelompok itu dan menjerat mereka dengan tuduhan yang sulit dilawan. Jika dia bisa menjebloskan mereka ke penjara, gerakan ini akan mati dengan sendirinya.
“Gue udah kasih mereka cukup waktu,” kata Bayu kepada orang kepercayaannya dalam sebuah pertemuan rahasia. “Sekarang waktunya kita hancurin mereka sekali dan untuk selamanya. Tangkap semua pemimpin mereka, bawa bukti palsu kalau perlu. Yang penting, mereka nggak akan bisa keluar dari ini.”
Dengan rencana besar ini, Bayu menargetkan untuk menangkap Haki, Luvi, Dito, Yudi, dan Mayuji dalam satu operasi besar. Semua bukti sudah disiapkan, aparat keamanan sudah dilatih, dan waktunya sudah ditentukan. Ini akan menjadi serangan yang menentukan, di mana Bayu berharap bisa menghancurkan gerakan mereka untuk selamanya.
Namun, kelompok Haki juga semakin waspada. Mereka tahu bahwa Bayu tidak akan tinggal diam, dan serangan balik bisa datang kapan saja. Persiapan mereka kini bukan hanya soal strategi, tapi juga soal bertahan hidup dalam pertarungan yang semakin brutal.