Dewi Amalina telah menunggu lamaran kekasihnya hampir selama 4 tahun, namun saat keluarga Arman, sang kekasih, datang melamar, calon mertuanya malah memilih adik kandungnya, Dita Amalia, untuk dijadikan menantu.
Dita, ternyata diam-diam telah lama menyukai calon kakak iparnya, sehingga dengan senang hati menerima pinangan tanpa memperdulikan perasaan Dewi, kakak yang telah bekerja keras mengusahakan kehidupan yang layak untuknya.
Seorang pemuda yang telah dianggap saudara oleh kedua kakak beradik itu, merasa prihatin akan nasib Dewi, berniat untuk menikahi Kakak yang telah dikhianati oleh kekasih serta adiknya itu.
Apakah Dewi akan menerima Maulana, atau yang akrab dipanggil Alan menjadi suaminya?
***
Kisah hanyalah khayalan othor semata tidak ada kena mengena dengan kisah nyata. Selamat mengikuti,..like dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐, yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadar T'mora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Bercocok tanam
Rencananya, bulan depan Arman dan Dewi akan bulan madu. Setelah itu barulah mereka akan tinggal bersama, dengan Arman yang mengalah pindah ke mansion Thamrin. Tapi kini...haih, desah Dewi. Arman mungkin akan tetap ke Mansionnya tapi tidak tidur di kamarnya.
Di lantai sepuluh lift berhenti, Arman dan Dita masuk sambil berpegangan tangan dengan raut bahagia. Tentu saja mereka akan ke lantai dua belas menghadiri meeting.
"Kakak!" seru Dita membuka mata lebar kerena terkejut melihat Dewi. Perasaan bersalah masih menyelubungi hatinya. Gadis itu menunduk, dengan perlahan menarik jemarinya dari genggaman tangan Arman.
Namun Arman sengaja menahan tangan Dita semakin erat, biarkan Dewi sakit hati melihat betapa bahagianya mereka.
Dita melirik Dewi apakah ada raut marah di wajahnya, tidak ada. Tapi kecewa, Dita yakin pasti ada. Hanya saja dia menyimpannya di dalam hatinya, Dewi sangat ahli dalam hal itu.
Dewi adalah orang yang tertutup tentang masalah perasaan, baik itu pada Dita, Dewi tidak pernah curhat. Apakah dia bahagia ataukah sedih, sedang gembira atau tertekan, Dewi tidak akan menunjukkan nya di permukaan wajahnya.
Alan akan menikahi Dewi, dengan begitu akan ada seseorang yang mengobati rasa sakit hatinya. Dita menarik nafas pelan, terasa sesak satu ruangan yang sempit bersama Kakaknya yang kini semakin menjaga jarak dengannya.
Mau bagaimana lagi, Dita membutuhkan kasih sayang tapi hanya Arman yang bersedia memanjakan dirinya. Dia tidak mau kehilangan orang yang selama ini perduli padanya. Dita yang introvert sangat susah punya teman, karena dia hanya ingin dimengerti. Tidak bisa menebak pikiran orang jika orang itu tidak mengekpresikan nya.
Meski Dewi kakak kandungnya, tapi dianya fokus ke materi untuk membiayai hidup mereka. Bagi Dita itu tidak cukup. Dia butuh family time untuk menghabiskan waktu bersama dengan bahagia saling berbagi isi hati.
Hm... Sebenernya Dewi susah payah menekan rasa kesal dihatinya agar tidak ada raut yang diharapkan kedua orang ini muncul di wajahnya.
Arman menggertakkan rahangnya menanggapi sikap cuek Dewi, seolah mereka tidak ada disana. Bagaimanapun dia menekan frustasinya, Arman masih tidak bisa terima Dewi akan menikahi Alan si pria sampah itu.
Meskipun telah dibujuk hatinya bahwa Alan hanya akan mendapatkan bekasnya, tetap tidak bisa mendamaikan perasaan dongkolnya. Arman benar-benar tidak rela Dewi dimiliki oleh pria lain di saat masih ada perasaan sayang di hatinya. Apalagi dengan si Alan yang nyata-nyata menunjukkan sikap bersaing dengannya selama ini.
Dan Arman lebih kesal lagi karena tidak bisa memprovokasi Alan untuk menjelekkan nama baik Dewi, agar pria tidak punya tata krama itu mundur dari rencananya menikahi Dewi, akh! Arman curiga Dewi akan mengambil langkah mundur untuk maju tentang sesuatu yang akan disampaikan nya dalam meeting sesaat lagi, "Dewi kenapa kamu meminta rapat darurat?!" tanya Arman dengan suara sedikit keras.
Dita yang bertubuh lemah tetap terkejut, jantungnya berdetak lebih kencang. Keringat dingin mulai keluar dari pori-porinya.
Menyadari kesilapan nya segera Arman memeluk erat Dita, "Maaf sayang." dia mencium ubun-ubunnya. Biar Dewi tambah cemburu dan sakit hati melihat kemesraan mereka.
Dita yang merasa tertekan membenamkan tubuhnya ke Arman, meski ada rasa tidak enak pada Dewi.
Dengan erat ia melingkarkan lengannya mengelilingi pinggang Arman. Tubuh Arman tinggi, dan berukuran sedang enak-enaknya dipeluk. Looks like idol China berwajah bening. Kalau anda-anda mengenal Xiao Zhan, ya seperti itu.
"Menurut kesepakatan tidak akan melibatkan karyawan kantor dalam acara lusa, lalu kenapa Yetty berkeliaran di gedung ini!" Arman berkata lagi dengan menekan suara melalui giginya agar Dita tidak terkejut. Arman masih belum bisa meredakan emosinya mengingat Dewi yang dengan mudah menghapus dirinya dari hatinya.
Sudah biasa Dewi melihat kemanjaan Dita ke Arman. Tapi mengingat persekongkolan mereka di belakangnya untuk merebut kekuasaan, tak ayal Dewi kesal. Bukan karena dia dikhianati perasaannya tapi lebih ke bodohnya Dita yang lebih memihak orang lain dari pada saudara kandungnya sendiri.
Namun Dewi tidak mau menunjukkan perasaan marah itu dipermukaan wajahnya. "Bagiku Yetty bukan karyawan biasa," jawabnya pelan, seolah dia tidak terpengaruh dengan pemandangan menjijikkan di depannya.
"Tapi barusan sikapnya sangat angkuh dan sombong! Sebaiknya kamu jelaskan padanya kalau semua ini telah disepakati semua pihak yang terlibat dengan baik-baik agar tidak menimbulkan salah paham, oke!" Bagaimanapun Yetty akan jadi sekretarisku nanti, pikir Arman. Berani si Yetty tidak hormat, jangan salahkan kalau aku menindasnya dengan segunung pekerjaan.
Hm.
Dewi menghela nafas pelan seiring dengan pintu lift terbuka di lantai 12, dia pun melangkah keluar. Yetty telah menunggunya di pintu ruang meeting.
Dewi masuk setelah pintu dibuka oleh Yetty untuknya, kemudian sekretaris Dewi itu menutup pintu tidak menunggu Arman dan Dita yang datang mendekat.
Meski Arman tidak membawa sekretarisnya di kantor perwakilan Direktur, tapi Farouq teman merangkap asisten pribadinya yang tidak terikat dengan Thamrin grup, tetap datang untuk melayaninya.
"Silahkan Bu," ujar Farouq tersenyum ramah pada Dita tapi pada Arman dia memasang tampang jutek.
Bagaimana tidak?
Saat Arman memutuskan menikah dengan Dewi, dia sudah berangan-angan akan menjadi pelipur lara buat Dita. Sekalian dia pedekate untuk mendapatkan cintanya, tapi sekarang si Arman brengsek ini telah membuyarkan mimpi indahnya.
Bukannya Arman tidak tau itu. Cis, dia mencibir pada Farouq yang memasang sikap bermusuhan padanya.
.
.
Di ruang meeting, para eksekutif dan ekslusif telah hadir. Sedikit banyak mereka sudah tau apa yang akan disampaikan Dewi pada rapat dadakan ini. Jabatan Direktur utama sedang dipertanyakan. Mereka semua bukanlah orang bodoh yang tidak tau kemana arah bersatunya hubungan antara Arman dan Dita.
Beberapa kelompok berbisik-bisik apakah akan tinggal menjadi bawahan Arman atau meninggalkan Thamrin grup jika solusinya tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Dewi masuk terlebih dahulu, Yetty mengambil tempat berdiri di belakang kursi yang diduduki Dewi.
Berikutnya Arman dan Dita (si pemilik saham terbesar kedua) untuk pertama kali ikut hadir. Dia duduk di samping Arman yang protektif.
Bukan maksud untuk berlebihan tapi barusan Dita jantungan waktu di lift dan belum bisa meredakan debarannya. Wajahnya juga terlihat pucat seperti orang sakit.
Kebanyakan dari yang hadir tau bahwa kesehatan Nona kedua Grup Thamrin tidak terlalu bagus, dan Arman adalah orang yang perduli pada Dita, tempat gadis itu bermanja. Mungkinkah karena itu Dewi mengalah?
Dewi tidak memperdulikan reaksi yang hadir, dia segera berdiri untuk memulai meeting. "Sore, Bapak ibu semuanya." Dewi menyapa agar tidak berlama-lama.
"Selamat sore, Bu Dewi. Para eksekutif dan ekslusif membalas sapaannya.
"Saya akan langsung ke inti permasalahannya, bahwa saya dan Bapak Arman akan tetap menikah tapi dengan pasangan kami masing-masing."
Suara gemuruh terdengar seperti segerombolan laler yang mengerubungi kotoran. Saling diskusikan dengan orang disamping mereka.
"Jadi benar."
"Sepertinya begitu."
"Mereka ini memang lebih cocok."
"Ku rasa pun."
"Nona kedua memang butuh seorang seperti Pak Arman yang ikhlas menyayanginya."
Dewi mendengar diskusi semua orang kerena dia tidak congek-an.
"Bapak-bapak dan ibu-ibu tidak perlu khawatir, Thamrin grup sekarang dalam posisi stabil. Makanya kita harus bersatu mempertahankan kestabilan ini," lanjut Dewi agar para hadirin kembali fokus.
"Setelah menikah saya akan mengundurkan diri dari jabatan Direktur, karena ingin menghabiskan waktu dengan suami saya bulan madu keliling dunia. Sudah waktunya bagi saya punya keturunan, jadi prioritas saya kedepannya adalah bercocok tanam."
"Bapak-bapak dan ibu-ibu, Do'ain saya agar tahun depan sudah punya momongan."
Arman memandang Dewi dengan perasaan benci. Hatinya benar-benar panas sampai bisa memanggang seekor ayam, satu menit langsung matang.
___________