Calista Izora, seorang mahasiswi, terjerumus ke dalam malam yang kelam saat dia diajak teman-temannya ke klub malam. Dalam keadaan mabuk, keputusan buruk membuatnya terbangun di hotel bersama Kenneth, seorang pria asing. Ketika kabar kehamilan Calista muncul, dunia mereka terbalik.
Orang tua Calista, terutama papa Artama, sangat marah dan kecewa, sedangkan Kenneth berusaha menunjukkan tanggung jawab. Di tengah ketegangan keluarga, Calista merasa hancur dan bersalah, namun dukungan keluarga Kenneth dan kakak-kakaknya memberi harapan baru.
Dengan rencana pernikahan yang mendesak dan tanggung jawab baru sebagai calon ibu, Calista berjuang untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.
Dalam perjalanan ini, Calista belajar bahwa setiap kesalahan bisa menjadi langkah menuju pertumbuhan dan harapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kasih sayang Kenneth
Kenneth dan Calista kini telah menjadi pusat perhatian di rumah sakit, terutama setelah berita pendarahan Calista menyebar di kalangan keluarga dan teman-teman dekat mereka. Suasana ruang rumah sakit yang awalnya dipenuhi ketegangan dan kekhawatiran mulai mencair setelah kedatangan kak Kania bersama mama Jessy dan papa Haris. Mereka berdua tampak begitu peduli dengan keadaan Calista, memperlihatkan kasih sayang yang tulus seolah Calista adalah anak kandung mereka sendiri. Setiap kali mereka menanyakan keadaan Calista, terlihat jelas rasa cemas yang melintas di wajah mereka, namun Kenneth dengan sabar menjelaskan bahwa semua akan baik-baik saja.
Kehadiran kak Kania dan bang Juna juga turut mengubah suasana menjadi lebih ringan. Mereka sengaja melemparkan candaan kecil agar suasana tidak terlalu menegangkan, meskipun tetap dalam batas-batas yang sopan mengingat kondisi Calista yang masih lemah. Di tengah-tengah candaan itu, papa Artama dan papa Haris mulai terlihat semakin akrab. Mereka terlibat dalam percakapan yang lebih santai, saling bertukar cerita tentang pengalaman sebagai orang tua dan tentang kehidupan keluarga mereka. Momen ini menciptakan rasa nyaman di antara semua yang hadir, seolah-olah mereka adalah satu keluarga besar yang sedang berkumpul di tengah ujian hidup.
Calista yang terbaring di ranjang tampak jauh lebih tenang. Meskipun tubuhnya masih lemas, senyum tipis terkadang menghiasi wajahnya saat melihat perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Keadaan semakin membaik ketika suster datang menghampiri untuk memasang infus di tangan Calista, menandakan bahwa proses pemulihan akan segera dimulai. Kenneth, yang sejak awal tidak pernah meninggalkan sisi Calista, dengan cepat meraih tangan Calista, memberikan pegangan yang erat seolah-olah ingin menyampaikan bahwa ia akan selalu ada di sisinya, apapun yang terjadi.
Namun, adegan itu justru menjadi bahan candaan dari keluarga mereka. Melihat Kenneth yang begitu panik dan penuh perhatian, kak Kania dan bang Juna mulai menggoda mereka berdua. “Wah, Kenneth sama Calista ini kayak pasangan baru yang lagi jatuh cinta nih,” celetuk Juna dengan tawa kecil. Kak Kania menimpali, “Iya, lihat tuh, sampai pegang tangan terus, nggak mau lepas ya!”
Gurauan-gurauan ini, meskipun sederhana, berhasil membuat suasana yang sebelumnya tegang menjadi lebih hangat. Bahkan, Kenneth dan Calista yang tadinya tenggelam dalam kecemasan pun akhirnya tersenyum, meskipun wajah mereka sedikit merona karena malu. Pipi Kenneth dan Calista memerah saat menjadi sasaran ledekan, tetapi di balik itu semua, ada kehangatan yang mengalir di antara mereka. Kenneth hanya bisa tersenyum canggung, sementara Calista menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan pipi merahnya.
Resa, yang memperhatikan semua dari sudut ruangan, merasa ada yang berbeda dalam tatapan Kenneth kepada Calista. Bukan sekadar perhatian biasa, tetapi lebih dari itu—ada kasih sayang yang dalam dan tulus terpancar dari mata Kenneth. Resa tahu bahwa Kenneth mencintai Calista dengan sepenuh hati, meskipun mungkin Calista belum sepenuhnya menyadari atau membalas perasaan itu dengan seutuhnya. Dalam hatinya, Resa berjanji akan melakukan segala cara untuk membantu mereka berdua bersatu, untuk memastikan bahwa hubungan ini bisa berakhir dengan kebahagiaan.
Ia juga merasa bahwa Kenneth sangat mengharapkan agar Calista tidak hanya menerima kehadirannya sebagai suami, tetapi juga mulai mencintainya seperti ia mencintai Calista. Perjalanan pernikahan mereka memang tidak mudah, terutama dengan segala tantangan yang harus dihadapi sejak awal. Namun, Resa yakin bahwa dengan dukungan keluarga dan cinta yang tulus, Kenneth dan Calista bisa menjadi keluarga yang utuh dan bahagia.
Di sudut lain ruangan, mama Jessy dan papa Haris juga tampak lega melihat kondisi Calista yang berangsur-angsur membaik. Mereka ikut terlibat dalam percakapan dengan papa Artama dan mama Yesa, sesekali melirik ke arah Kenneth dan Calista dengan senyum simpul. Mereka mungkin tidak menyuarakannya, tetapi dalam hati mereka sangat bersyukur bahwa Calista kini berada di tangan yang baik. Kenneth mungkin bukan sosok yang sempurna, tetapi ia telah membuktikan bahwa ia bisa menjadi suami yang bertanggung jawab, penuh perhatian, dan siap menghadapi segala tantangan bersama Calista.
Setelah proses pemasangan infus selesai, Kenneth dan Calista kembali menjadi pusat perhatian. Kenneth yang sejak awal selalu berada di samping Calista, kini makin terlihat tak mau jauh dari istrinya itu. "Kamu tenang aja ya, Cal. Aku di sini kok, gak akan ninggalin kamu," bisik Kenneth lembut sambil terus menggenggam tangan Calista. Kalimat sederhana itu mampu memberikan ketenangan yang luar biasa bagi Calista. Meskipun hatinya masih diliputi kecemasan, kehadiran Kenneth yang penuh perhatian memberikan rasa aman yang tak tergantikan.
Calista hanya bisa menatap Kenneth dalam diam, matanya yang lembut berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang bisa diucapkannya. Ia merasa beruntung memiliki suami seperti Kenneth, seseorang yang selalu siap ada untuknya, bahkan di saat-saat tersulit sekalipun. Perlahan tapi pasti, perasaan cinta mulai tumbuh dalam hati Calista, meskipun ia masih belum sepenuhnya menyadari kedalaman perasaan tersebut.
Waktu berlalu dengan cepat, dan akhirnya suster kembali masuk untuk memindahkan Calista ke ruangan rawat inap. Kenneth membantu Calista untuk berbaring lebih nyaman di atas ranjang dorong, sementara keluarga yang lain mengikuti di belakang. Ketika Calista sudah dipindahkan ke ruangannya, suasana kembali menjadi lebih tenang. Kenneth duduk di samping ranjang, memegang tangan Calista yang kini tertidur lelap setelah semua ketegangan yang dialaminya. Matanya yang merah karena menangis menatap lembut wajah istrinya, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa jam terakhir, Kenneth bisa menghela napas lega.
Kak Kania, bang Juna, dan yang lainnya memilih untuk menunggu di luar ruangan, memberikan Kenneth dan Calista waktu berdua. Mereka tahu betapa pentingnya momen ini bagi Kenneth dan Calista. Kak Kania hanya bisa berharap bahwa setelah semua yang terjadi, hubungan Kenneth dan Calista akan semakin kuat dan mereka bisa melewati semua cobaan ini dengan baik.
"Kenneth benar-benar sayang sama Calista, ya," gumam Kania pelan pada Juna yang duduk di sebelahnya. Juna hanya mengangguk, "Iya, semoga saja mereka bisa melewati ini semua. Kenneth butuh dukungan kita semua." Kania tersenyum kecil, "Jangan khawatir, kita pasti ada buat mereka."
Seiring malam semakin larut, semua orang di sekitar Kenneth dan Calista mulai merasa lebih tenang. Kecemasan yang sempat melanda mereka sepanjang hari kini perlahan mulai mereda. Kenneth tetap berjaga di samping Calista, memastikan bahwa istrinya mendapatkan istirahat yang cukup. Dengan penuh perhatian, ia terus memandang wajah Calista, berjanji dalam hatinya bahwa ia akan melakukan apapun untuk melindungi istri dan anak mereka.
Di luar, keluarga dan teman-teman mereka yang setia menunggu juga merasakan ketenangan yang sama. Mereka tahu bahwa tantangan ini belum sepenuhnya berlalu, tetapi dengan cinta dan dukungan yang mereka miliki satu sama lain, mereka yakin bahwa Kenneth dan Calista akan mampu melewati semuanya dengan baik.