Dyah permata baru saja menyelesaikan sekolahnya dia hanya berdua dengan adiknya yang berusia tujuh tahun. Dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Bagaimana jika dia bertemu dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun memanggilnya bunda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutia al khairat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membujuk
Terdengar suara adzan berkumandang Dyah babgun dari tidurnya melihat Aquira teridur di sampingnya, Dyah mencium keningnya sambil mengingat kejadian tadi malam.
Nona Aquira terus menangis dalam pelukan Dyah hingga tak membiarkannya pergi. Dyah secara perlahan turun dari kasur karena dia harus melihat adiknya, semalam Dyah tidak tidur bersama Fathan dia takut jika adiknya mencarinya.
Dyah tersenyum melihat adiknya sudah bangun. " Kakak semalam nona rewel ya" kata Fathan setelah bangun seutuhnya, Dyah tersenyum dan duduk disamping Fathan.
" Ya semalam nona rewel dan tak biarkan kakak pergi, maaf ya jika Fathan tidur sendiri semalam" kata Dyah.
" Tidak apa kak Fathankan sudah besar" kata Fathan dengan senyuman, kemudia mereka melaksanskan sholat subuh dan membersihkan tubuhnya
Kamar Azka.
Semalam Azka tidak bisa tidur dia memikirkan perkataan mami dan papinya, semenjak dia menjalin hubungan dengan Helena dia tak ada waktu lagi untuk menghubungi keluarga hanya lewat sekretarisnya menangakan kabar putri dan keluarganya.
Dia melihat jam langsung membersihkan tubuhnya untuk pergi ke perusahaan. Sedangkan orangtua Azka juga tak bisa tidur karena mereka takut jika hubungan cucu dan putra mereka kembali meregang.
Pi mami takut nanti cucu dan putra kita kembali rusak" kata mami Atika. " Mi bagaimana kalau kita pergi ke luar kota, kebetulan papi ada reuni dengan teman" kata papi Ammar.
" Tapi Pi mami tak bisa meninggalkan cucu kita di rumah" kata mami Atika. " Mi mungkin dengan ini putra dan cucu kita kembali akur, mi minta tolong pada Dyah untuk memberikan waktu untuk Azka bersama putrinya" kata papi Ammar, mami tersenyum dan akan membicarakan ini malam nanti.
Azka sudah berangkat ke kantor di jemput oleh Akbar, Fathan juga sudah berangkat ke sekolah.
Perusahaan Alexanders Group.
Azka tidak fokus pada kerjaannya dia memikirkan putrinya yang masih marah padanya.
Tok, tok, tok.
Pintu terbuka masuklah Akbar, Akbar heran melihat sahabat sekaligus bosnya melamun.
" Azka, kamu baik-baik saja kan apa perlu aku panggil dokter" kata Akbar takutnya Azka sakit. Azka menggelengkan kepalanya sambil meminjitkepalanya.
" Ira kembali marah padaku karena aku melarangnya memanggil pengasuh itu dengan sebutkan bunda" kata Azka sambil menghela nafasnya. Akbar hanya diam dan mendengarkan dia tahu bahwa sahabatnya ini yang salah sampai putrinya sangat menyayangi pengasuh yang baru bersamanya beberapa minggu.
Karena Dyah memiliki kasih sayang seorang ibu, itulah yang dirasakan oleh Aquira melalui Dyah.
" Azka, gimana kamu belikan putrimumainan" kata Akbar, merasa kasihan melihat Azka melamun.
" Hadiah" kata Azka. " Ya kamu harus membujuk putrimu agar memaafkanmu, lihat sekarang keadaanmu baru saja putrimu kembali cuek padamu, kamu sudah tak fokus" kata Akbar.
Azka melihat berkas di hadapannya belum ada yang dia periksa atau tanda tangan. Setelah pertimbangan akhirnya Azka pergi ke mall membeli hadiah untuk putrinya.
Dyah sedang menemani Aquira bermain menyusun balok, yang terlihat tidak semangat.
" Nona itu papi sudah pulang, sepertinya papi nona membawa sesuatu" kata Dyah, melihat Azka masuk dan di belakangnya terlihat supir membawa sesuatu.
Aquira membalikan tubuhnya dan melihat Azka mendekatinya.
" Sayang maafkan papi karena membuatmu sedih dan marah, lihat papi bawa apa untukmu" kata Azka, meminta supir meletakan mainan disampingnya.
Aquira melihat boneka barbie beserta dengan rumahannya dan menatap Dyah yang menatapnya sambil tersenyum, Aquira melihat mainan begitu indahnya dan dia juga menyukainya.
Aquira mendekati mainannya dan memeluk Azka, Azka tersenyum dia tak percaya sangat mudah untuk membujuk putri kecilnya.
" Ira menyukainya" .Aquira menanggukan kepalanya dan mengajak Azka bermain bersama. Sedangkan Dyah pergi dari sana tak ingin menanggu mereka berdua.