Bagaimana jadinya,jika seorang kakak harus menggantikan posisi adiknya untuk menikah dengan seorang wanita yang sama sekali tidak ia kenal,wanita yang akan ia nikahi adalah Anjani Pratiwi,ia seorang gadis yang telah menjadi korban pemerkosaan oleh adiknya sendiri yakni Cakra,hingga akhirnya Anjani hamil dan meminta pertanggung jawaban dari Cakra,namun naas,saat menjelang hari pernikahan mereka,Begitu teganya Cakra memilih untuk kabur bersama mantan kekasihnya,Elang Abimana Wijaya,pada saat itu sedang berada di luar kota karena urusan pekerjaan yang tidak bisa ia tunda,terpaksa menggantikan posisi Cakra karena desakan dari papahnya dan juga untuk menjaga nama baik keluarga Abimana,pada akhirnya mereka melakukan pernikahan secara online,kini Anjani telah resmi menikah dengan Elang,bukan dengan Cakra!
Akankah dua orang asing yang tidak saling mengenal ini bisa menjalani bahtera rumah tangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta penjelasan
"Astagfirullah, kau di perkosa Anja?" seketika ibu Fatma langsung menangis sejadi-jadinya, Anjani berusaha untuk menenangkan ibunya.
"Maafkan Anja Bu, Anja baru berani mengatakannya sekarang."
"Kenapa Anja, kenapa kamu baru memberitahu ibu sekarang? Tidak seharusnya kau menyimpan luka serta masalah sebesar ini seorang diri nak, ibu macam apa aku ini, sampai-sampai kau memiliki masalah seperti ini saja ibu tidak peka!"
"Stop menyalahkan diri sendiri seperti ini Bu, semuanya sudah tidak akan ada gunanya lagi, yang terpenting saat ini Anja sudah menikah, meskipun bukan dengan pria yang telah menodai Anja Bu!"
"Ibu tidak habis fikir nak, jika tuan Cakra tega melakukan hal ini padamu, tapi ibu tetap ingin meminta penjelasan dari tuan Malik dan juga suamimu, ibu tidak ingin di kemudian hari kau akan di telantarkan begitu saja setelah kau melahirkan generasi penerus keluarga Abimana, tolong jangan kau halangi ibu ya nak, ini semua ibu lakukan demi kamu, putri kebanggaan ibu!"
Anjani memeluk erat ibunya, kali ini giliran dia yang menangis sejadi-jadinya.
'Maafkan aku Bu, seandainya ibu tahu jika pernikahanku dengan tuan muda Elang adalah sebuah pernikahan kontrak yang akan berakhir setelah bayi ini lahir, mungkin ibu akan marah besar, bagi ibu itu semua pasti sangat lah tidak adil untukku!' batin Anjani ingin menjerit.
Kini keduanya mencoba untuk menenangkan diri mereka masing-masing, sedangkan Bu Fatma terus saja memandangi putrinya, baginya nasib Anjani sungguh sangat malang, sang ibu pun mulai geram atas kelakuan putra tuan Malik, yakni Cakra, si pria yang tidak berperasaan.
Menjelang Zuhur, akhirnya Caca pulang dari sekolah, ia cukup terkejut karena di dalam rumahnya terdapat mainan rumah Barbie yang selama ini selalu ia impikan, Caca pun langsung memeluk kakak kesayangannya, yakni Anjani.
"Ya ampun kak Anja, mimpi apa Caca semalam, akhirnya Caca bisa punya rumah Barbie."
"Inshaallah kak Anja akan mengabulkan setiap permintaan Caca, karena kak Anja sudah berjanji sama almarhum Ayah, untuk bisa membahagiakan semua adiknya kakak, terutama kamu Ca, adik bungsuku yang sangat menggemaskan!" ucap Anjani sembari menarik kedua pipi Caca yang bulat.
"Kamu jangan terlalu memanjakan Caca, Anja! apalagi saat ini kau sedang hamil, kau harus lebih mementingkan dirimu dan juga calon anakmu itu!"
"Kak Anja lagi hamil? Wah itu berarti Caca mau punya keponakan dong, hore asiiikkkk!" sungut Caca sambil jingkrak-jingkrak di depan Anjani dan juga ibunya.
"Iya Caca, nanti Caca mau di panggil apa sama adik bayi?"
"Tante Caca, pokoknya nanti adik bayi, panggil aku dengan sebutan Tante Caca yang sangat cantik!" jawabnya membuat Anjani dan Bu Fatma ingin tertawa terbahak-bahak.
"Adiknya kakak sudah mulai centil ya!"
"Bha..ha..ha! Kak Anja bisa saja, aku kan masih kecil kak!"
"Iya..iya, Caca itu kan masih kecil ya!" jawab Anjani dengan nada mengejek.
Menjelang sore,Anjani menunggu kepulangan kedua adiknya, yakni Sadam dan juga Ali, karena sebentar lagi ia harus kembali ke kediaman keluarga Abimana, Anjani tidak mau sampai telat pulang ke rumah, karena ia tidak ingin mendapatkan hukuman yang tidak-tidak dari suaminya, sebuah hukuman yang selalu membuat hati nya bergemuruh, dan debaran yang berirama sangat indah, Anjani tidak ingin sampai nama suaminya terukir di dalam hatinya.
Setelah Sadam dan Ali kembali dari sekolah, mereka berdua tampak sedih karena hanya sebentar saja bisa bertemu dengan kakak tersayangnya, namun apa mau di kata, Anjani tidak bisa hidup sebebas dulu, kali ini hidupnya di penuhi oleh banyak aturan yang tidak boleh di langgar.
"Anja, pokoknya ibu mau ikut denganmu, ibu ingin berbicara langsung tentang masalah ini pada tuan Malik, dan ibu harap kamu mau membawa ibu ke rumah mertuamu!"
Sebenarnya Anjani sangat berat untuk membawa ibunya ke rumah suaminya, karena menurutnya saat ini bukanlah waktu yang tepat, di tambah adanya dua nenek sihir di rumah tersebut, yang kapan pun dan dimanapun selalu saja bersikap kasar kepada Anjani, rasa tidak suka mereka, benar-benar di tujukan secara terang-terangan.
"Bu, apakah sebaiknya tidak nanti saja ibu datang ke rumah papah Malik? Kan masih ada waktu!" bujuk Anjani
"Tidak Anja, lebih cepat itu lebih baik, ibu akan hidup dengan tenang setelah membicarakan masalahmu ini kepada papah mertuamu itu!"
Dengan rasa terpaksa, akhirnya mau tidak mau Bu Fatma dan juga Caca ikut bersama Anjani pulang ke kediaman Abimana, sedangkan Sadam dan juga Ali, memutuskan untuk tetap di rumah.
Selama dalam perjalanan, Anjani terlihat sangat cemas, ia takut jika ibunya akan murka terhadap tuan Malik, apalagi Anjani sudah faham betul watak serta sifat ibunya sedari dulu.
Sesampainya di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi lebih dari tiga meter itu, membuat Bu Fatma dan juga Caca di buat takjub olehnya, apalagi saat mobil melaju menuju halaman depan rumah, di setiap pinggir jalan, di penuhi oleh hamparan berbagai bunga serta pohon-pohon yang rindang, siapapun yang memandangnya, pasti akan betah.
Kedatangan Anjani dengan ibu serta adik bungsunya, di sambut hangat oleh para pelayan, terutama pak Lee,
Namun tidak untuk kedua wanita yang sedari awal tidak menyukai Anjani, yakni nyonya Natasya dan juga Emely. "Mom, si wanita kampung itu bawa keluarganya kesini? Cih, dasar wanita kampungan yang tidak tahu diri!"
"Sssttt, pelan kan intonasi suara mu itu Emely? Kau mau di damprat oleh pak Lee? Dia itu memiliki mata dan telinga yang sangat tajam, kita harus berhati-hati dengan nya!" sungutnya menasehati Emely.
Kini ibu Fatma di persilahkan untuk menunggu di ruang keluarga dan di temani oleh Anjani.
Sedangkan Bu Fatma dan Caca, sedari tadi memandang takjub rumah kediaman Abimana bak sebuah istana.
"Kak Anja, Caca tidak menyangka kak Anja tinggal di rumah semewah ini, ini sih sudah seperti istana kak, wah kak Anja keren!" puji Caca sembari mengacungkan kedua jempolnya.
"Semoga kamu bahagia tinggal di sini ya Anja!" ucap Bu Fatma menatap nanar ke arah putri sulungnya.
Anjani pun mengangguk, namun terbesit rasa sedih yang sedari tadi terus berada di dalam hatinya.
Sekitar satu jam kemudian, akhirnya tepat setelah magrib, Tuan Malik dan juga tuan muda Elang kini telah kembali dari kantor, seperti biasanya, Anjani di wajibkan menyambut kehadiran suaminya.
"Anjani, apakah ibumu masih berada di sini?" tanya tuan Malik membuat Anjani keheranan.
"i iya pah, ada ibuku yang ingin bertemu dengan papah!" jawab Anjani seraya menunjukan wajah bingungnya.
'loh, dari mana papah bisa tahu jika ada ibuku di rumah ini?' batin Anjani merasa heran.
Sedangkan Elang, tanpa aba-aba malah merangkul Anjani.
Anjani sendiri merasa sangat risih, ia pun bingung kenapa akhir-akhir ini sikap suaminya mendadak baik dan romantis terhadapnya.
Kini keduanya mengekori tuan Malik dari belakang.
Setibanya di ruang keluarga, tuan Malik menyambut hangat besannya tersebut, tidak lupa Elang pun menyambut hangat kehadiran ibu mertuanya.
"Saya merasa sangat terhormat, karena Bu Fatma mau meluangkan waktunya untuk datang ke sini!"
"Terima kasih atas sambutan hangatnya tuan Malik, sebenarnya kedatangan saya ke rumah ini, ada hal penting yang ingin saya bicarakan kepada Anda dan juga putra Anda!"
Perkataan dari ibu Fatma, membuat suasana di ruang keluarga mendadak hening, tidak lupa nyonya Natasya dan juga Emely diam-diam menguping pembicaraan mereka, dari balik tembok yang menjadi penghalang antara ruang keluarga dan ruang utama.
"Baiklah Bu Fatma, apa yang ingin anda bicarakan kepada saya dan juga Elang?"
Kemudian Bu Fatma mencoba mengatur nafasnya, agar ia bisa berbicara dengan tenang, karena jujur sedari awal, hatinya sangat bergemuruh atas tindakan bejad dari putra bungsu tuan Malik, mengingat tuan Malik adalah orang yang baik, bu Fatma mencoba untuk bisa meredamnya.
"Apakah betul jika Anjani adalah korban pemerkosaan atas perbuatan bejat putra bungsu and tuan Malik, yakni tuan Cakra Abimana Wijaya?"
dhegh
Tuan Malik dan juga Elang sempat terkejut, Elang sendiri langsung menatap sinis ke arah Anjani
'Jangan bilang jika kau sudah memberitahu kepada ibumu tentang kejadian yang sebenarnya Anjani!' batin Elang sangat geram.
Apalagi saat nyonya Natasya mengetahui berita seperti ini, baik dirinya dan juga Emely kaget bukan main, mereka berdua sampai melotot dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.."Oh my God! Jadi wanita itu di nikahi tuan muda Elang karena telah menjadi korban pemerkosaan Cakra? Ini gila, kenapa pria setampan dan sekaya tuan muda Elang mau menikahi wanita yang jelas-jelas bekas adiknya sendiri, Cih, sungguh tidak masuk di akal!' Batin Emely sangat kesal.
Anjani hanya bisa tertunduk dan tidak bisa berkata apa-apa lagi "Ya rob, aku pasrah, semoga ibu tidak marah-marah di sini! dan mau menerima semua takdir dari Mu dengan hati yang ikhlas." gumam Anjani yang terus menundukkan kepalanya dan tidak berani menoleh ke arah manapun.
POV: Nyonya Natasya dan Nona Emely
Bersambung...
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
nemo datang siap berenang di kolammu 🤗
klo beristighfar, ya Astaghfirullah
maaf beb, bukan maksud menggurui, tp hanya meluruskan 🙏🤗