NovelToon NovelToon
Between Hate And Love

Between Hate And Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Dira Namari, gadis manja pembuat masalah, terpaksa harus meninggalkan kehidupannya di Bandung dan pindah ke Jakarta. Ibunya menitipkan Dira di rumah sahabat lamanya, Tante Maya, agar Dira bisa melanjutkan sekolah di sebuah sekolah internasional bergengsi. Di sana, Dira bertemu Levin Kivandra, anak pertama Tante Maya yang jenius namun sangat menyebalkan. Perbedaan karakter mereka yang mencolok kerap menimbulkan konflik.

Kini, Dira harus beradaptasi di sekolah yang jauh berbeda dari yang sebelumnya, menghadapi lingkungan baru, teman-teman yang asing, bahkan musuh-musuh yang tidak pernah ia duga. Mampukah Dira bertahan dan melewati semua tantangan yang menghadang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penghapusan

"Sudahlah, gak usah berdebat lagi. Kita fokus aja sama yang mau kita bahas hari ini," ucap Alif, mencoba meredakan ketegangan.

Levin menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Alif dengan harapan di matanya. "Gini, gue mau minta bantuan lo. Gue tahu lo programmer yang jago. Bisa kan lo nge-hack Gmail, Google Drive, atau isi ponselnya langsung? Kasihan adek gue, Vanya."

Alif menghela napas pelan, memutar otaknya sebelum berbicara. "Kalau gue lihat dari percakapan kita kemarin, ini bakal susah. Misalnya pun gue bisa ngehapus semua foto dan video dari ponsel pacarnya itu, orang kaya dia pasti gak cuma nyimpen di satu tempat. Pasti ada cadangan di tempat lain. Mungkin laptop? Hard disk?"

Levin mengangguk, wajahnya semakin tegang. "Iya, bener juga sih... Tapi minimal hapus dulu dari Google Drive atau galeri ponselnya. Biar kita bisa cegah dulu sebelum dia sempat upload foto-foto atau video Vanya."

Tanpa banyak bicara, Alif mengeluarkan laptop dari tasnya. "Oke, nomor HP atau sosial medianya mana?" tanyanya sambil membuka perangkatnya. Levin menoleh ke Dira, yang sibuk dengan makanannya. "Dir, lo pasti tahu kan?"Dira mendongak, terlihat malas menjawab. "Hah? Mana gue tahu." Levin menepuk dahinya, frustrasi. "Salah, emang gue nanya lo."

Dira mengangkat bahu tanpa rasa bersalah. "Makanya tanya dulu. Gue tahu sosial medianya, tapi nomor HP-nya enggak. Coba aja minta ke Vanya. Gitu aja kok repot.

"Yaudah, lo aja yang urus," ujar Levin dengan nada pasrah.

"Tuh kan, emang lo butuh gue," balas Dira dengan nada menyindir sambil tersenyum tipis. Dia lalu membuka ponselnya dan mengirim pesan kepada Vanya untuk menanyakan sosial media dan nomor telepon Dimas, pacarnya Vanya.

Beberapa saat kemudian, Dira menyerahkan ponselnya kepada Alif. "Nih, nomor telepon sama sosmednya," katanya setelah mendapatkannya dari Vanya.

Alif melihat profil Dimas di sosial media dan menggeleng pelan. "Udah biasa sih yang model begini. Di sosmed kelihatan alim, tapi aslinya penjahat kelamin," ujarnya dengan nada tajam.

Levin mendesah berat. "Dia memang anak organisasi banget di sekolah, tapi kelakuannya... Gue udah lama tahu. Masalahnya, Vanya susah dibilangin. Gue udah ingetin dia berkali-kali, tapi ya gitu, akhirnya kejadian juga."

"Namanya juga remaja, Levin. Susah dibilangin itu wajar. Makanya jangan cuma nyuruh ngejauhin, kasih alasan yang masuk akal biar dia ngerti," ujar Dira sambil menatap Levin serius.

Levin terdiam, mencerna kata-kata Dira. Saat itu, Alif tiba-tiba berseru, "Parah banget sih ini. Gue udah berhasil masuk ke GDrive-nya Bagas."

Dira yang penasaran langsung mendekat. "Lihat, lihat!" serunya. "Wah, anjing... banyak banget ini," ujar Dira terkejut melihat isi penyimpanan Bagas.

Alif hendak membuka salah satu video ketika Levin dengan cepat menahannya. "Lo gila ya? Jangan dibuka! Langsung hapus aja!" bentaknya.

"Ih, gue cuma mau lihat sedikit aja," jawab Alif dengan nada bercanda.Levin menatap Alif tajam. "Kalau lo lihat, apa bedanya lo sama Bagas?"

Alif terdiam sejenak, lalu mengalah. "Yaudah, jangan emosi gitu. Gue hapus, kok. Cuma agak lama, soalnya videonya banyak banget," ujarnya sambil menunjukkan layar laptop yang menampilkan proses penghapusan data.

Levin menatap layar laptop dengan lega yang perlahan menyusup ke dalam hatinya, meski bayang-bayang kecemasan masih menyelimuti pikirannya. Perasaan was-was itu belum sepenuhnya hilang, namun setidaknya langkah pertama sudah diambil.

Sementara itu, di sebuah kafe di mall, Bagas duduk santai bersama teman-temannya, tertawa sambil menyesap kopi. Telepon di tangannya baru saja berdering. Suaranya penuh kegirangan saat berbicara, matanya bersinar licik. "Beneran nih, mau berapa aja?" tanyanya, sembari tertawa kecil. "Oke, gue kirimin malam ini. Tapi lo transfer dulu DP-nya. Gue lagi di luar sekarang."

Bagas menutup telepon dengan senyum puas. Dengan santai, dia membuka galeri ponselnya, bersiap memilih video-video yang akan dia kirim. Namun tiba-tiba, ekspresi di wajahnya berubah drastis. Jemarinya yang semula cekatan mendadak berhenti. Matanya membelalak lebar.

"Apaan ini? Kok nggak ada semua?" gumamnya panik, tangannya bergerak lebih cepat menyisir folder demi folder di ponsel.

Seorang temannya menyadari perubahan ekspresi Bagas. "Kenapa, bro?" tanyanya, penasaran.

"Video... video gue hilang semua!" Bagas terdengar semakin cemas, suaranya penuh ketidakpercayaan. Dia terus memeriksa penyimpanan, napasnya mulai tersengal. "Ah, anj**g! Duit gue ilang deh!" gerutunya, nadanya naik.

"Serius lo?" Temannya mendekat, penasaran ingin melihat apa yang terjadi.

"Sialan, video si Vanya juga hilang!" Wajah Bagas tampak pucat, panik melanda dirinya. "Kalau video Vanya ilang, gue nggak bisa ngeres dia lagi!"

Salah satu temannya menepuk pundaknya, mencoba menenangkan. "Santai aja, bro. Soal si Vanya, lo masih bisa morotin dia. Dia nggak tahu, kan, kalau video dan fotonya udah nggak ada."

Bagas mengangguk pelan, walau masih terlihat ragu. "Iya juga sih... tapi tetep aja, video cewek-cewek yang lain juga hilang. Gue lupa mindahin yang baru ke hard disk," keluhnya, frustrasi, sambil menyandarkan punggung ke kursi. Wajahnya tampak penuh kecemasan, menyadari betapa besar kehilangan itu. Video-video itu bukan sekadar file baginya—itu adalah kekuatan, alat untuk mengontrol dan menakut-nakuti. Dan sekarang, semuanya lenyap dalam sekejap.

Sementara itu, di tempat lain, Alif menatap layar laptopnya dengan penuh konsentrasi. "Udah beres, Vin," ucapnya akhirnya, memutar layar ke arah Levin dan memperlihatkan proses penghapusan data yang sudah selesai.

Levin menatap layar itu dengan lega. "Syukurlah, semoga ini benar-benar terhapus," gumamnya dengan nada yang lebih ringan. Namun Alif tak bisa menahan rasa penasarannya. "Lo gak mau laporin ini ke polisi, Vin?"

Levin mengalihkan pandangannya ke Dira, seolah mencari dukungan atau jawaban. Tapi Dira langsung menolak tegas. "Jangan dilaporin lah. Kasihan Vanya kalau sampai orang-orang tahu dia korban. Itu cuma bakal bikin dia makin tertekan," ujarnya cepat.

Alif mengangguk pelan, meski jelas tak sepenuhnya setuju. "Terserah sih... tapi kalau nggak dilaporin, Bagas bisa aja ngelakuin hal yang sama ke cewek lain," katanya, nada prihatinnya terdengar jelas. Levin hanya mengangkat bahu, tampak acuh. "Ya udahlah, itu urusan orang lain. Yang penting sekarang Vanya udah aman."

Dira menatap Levin dengan tajam, amarahnya berkobar dalam diam. Emang gak punya empati... pikirnya, menahan kekesalan. Levin tampaknya tak menyadari bahwa ucapannya barusan terdengar dingin dan tak berperasaan.

Sadar suasana mulai memanas, Levin mencoba mengalihkan pembicaraan. "Lo sekarang di Jakarta gak sekolah?" tanyanya tiba-tiba pada Alif.

Alif tersenyum santai. "Gue baru sebulan di sini. Masih pilih-pilih sekolah yang cocok." Levin mengangguk kecil, lalu bertanya, "Oh gitu... Eh, sebagai imbalan karena lo udah bantuin gue, lo mau apa?"

1
and_waeyo
Semangatt nulisnya kak, jan sampai kendor❤️‍🔥
Lucky One: makasih udah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!