NovelToon NovelToon
Prince Gubee (Pangeran Pengubah Takdir)

Prince Gubee (Pangeran Pengubah Takdir)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Dunia Lain
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: R M Affandi

Gubee, Pangeran Lebah yang ingin merubah takdirnya. Namun semua tidaklah mudah, kepolosannya tentang alam membuatnya sering terjebak, dan sampai akhirnya menghancurkan koloninya sendiri dalam pertualangan ini.

Sang pangeran kembali bangkit, mencoba membangun kembali koloninya, dengan menculik telur calon Ratu lebah koloni lain. Dan keputusannya itu membuat kemelut baru dalam cerita ini. Apa yang terjadi pada Gubee selanjutnya?

Terus ikuti ceritanya hingga Gubee terlahir kembali di dunia peri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R M Affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kelahiran Sang Ratu

Esok harinya, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Mereka berangkat sangat pagi sekali di hari itu. Perjalan yang sudah separuh itu, mereka lalui dengan sangat cepat, berhubung cuaca di hari itu tidak terik dan sedikit mendung. Dan tak sampai setengah hari, mereka telah sampai di depan sarang semut merah.

Di depan pintu gerbang kerajaan bawah tanah itu, Gubee dan Antber akhirnya berpisah. Gubee melanjutkan perjalanannya menuju sarang yang telah lama ditinggalkannya. Dengan telur calon ratu di pangkuannya, Gubee terus mengudara menuju pucuk pohon Willow.

Setibanya di dalam sarang, ruangan-ruangan yang dulunya sangat heboh oleh aktivitas lebah-lebah pekerja, hari itu sangat sunyi. Sudah tidak ada siapapun yang menghuni sarang itu. Yang tersisa di dalamnya hanya tulang belulang para lebah yang sudah mulai lapuk menjadi debu.

Air mata Gubee tak terasa menetes menyaksikan pemandangan itu. Kematian Ratu di koloninya, mengakhiri semua nyawa yang ada di sarang itu. Sepertinya mereka telah lama menyusul Ratu mereka ke alam lain.

Gubee menghapus air matanya. Telur di pangkuannya terasa bergerak. Telur itu akan segera berubah menjadi larva. Ia segera berlari menuju ke sebuah ruangan, meletakkan telur itu di tempat khusus, di mana lebah-lebah pekerja dulunya merawat larva.

Di ruangan itu, ia kembali teringat akan masa lalu. Ia teringat saat-saat ia baru terlahir menjadi pangeran lebah. Ia juga teringat ketika ia belajar menggetarkan sayapnya di ruangan itu bersama pangeran lebah lainnya.

Sangat lama Gubee termenung dalam kesendiriannya di ruangan sepi yang kembali memutar masa lalu di benaknya. Lamunan itu akhirnya usai, saat rengekkan larva terdengar di telinganya. Telur yang di bawanya telah berubah sempurna menjadi larva.

Gubee menyentuh ulat kecil yang selalu menjadi harapannya itu. Ulat yang akan kembali menghidupkan kisah sarang lebah di pucuk pohon Willow. Namun ulat itu terus menggeliat, mendecit tak tenang, seperti meminta sesuatu.

“Ada apa dengannya? Mungkinkah dia lapar?” pikir gubee melihat tingkah larva di depannya.

“ Aku akan mencarikan nektar untuknya,” tekad Gubee dalam hati, meninggalkan ruangan itu.

Tiba-tiba saja langkahnya terhenti. ”Bagaimana caraku membawakan nektar untuknya? Aku tidak punya kantung madu di tubuhku. Sedangkan sarang madu yang di buat lebah pekerja, semuanya sudah lapuk dan tak bisa digunakan.” Masalah baru menghambat rencana Gubee.

“Gubee!” Suara nyaring terdengar dari depan sarang.

Gubee segera keluar, menghampiri suara yang sangat akrab di telinganya itu.

“Antber! Kau kesini!” ujar Gubee tersenyum menyambut kedatangan sahabatnya. Di saat itu ia juga keheranan melihat sahabatnya membawa rombongan semut pekerja.

“Aku di perintahkan oleh Ratu membawakan nektar untukmu. Mungking kau tidak akan sempat mencarikan nektar untuk telur calon ratu yang akan berubah menjadi larva. ” ungkap Antber melihat Gubee yang tampak bingung menyaksikan rombongan yang datang bersamanya.

Gube tersenyum bahagia mendengar apa yang sahabatnya katakan. Bagai gayung bersambut, Antber selalu datang di setiap masalahnya.

“Terimakasih kawan! Kau dan Ratumu sungguh sangat baik. Aku tidak yakin bisa membalas semua kebaikan ini,” ucap Gubee terharu dengan semua itu.

“Sudahlah…, ini hanya hal yang biasa!” kata Antber tersenyum.

“Ayo! bawa nektar-nektar itu ke dalam!” serunya kepada semut pekerja di belakangnya.

“Sekali lagi, terimakasih kawan! Ayo masuk! Telur itu sudah berubah menjadi larva.” ujar Gubee membawa sahabatnya menuju kedalam sarang.

“Benarkah?” Antber tersenyum senang. “Ayo!” sahutnya dengan semangat.

Gubee mengambil semangkuk nektar dari tangan semut pekerja yang berjalan memasuki sarangnya. “Dia sangat lapar,” ucapnya tersenyum pada Antber.

Mereka berdua berjalan menuju ruang yang lebih dalam di sarang itu, menuju ke tempat dimana telur calon ratu yang telah berubah menjadi larva di letakannya.

Di sepanjang perjalanan di lorong sarang itu, Antber terus menyaksikan ratusan tulang belulang para lebah yang berserakkan. Hatinya sangat sedih menyaksikan kepunahan yang terjadi di tempat itu. Terasa olehnya betapa sakit dan pedihnya kenyataan itu bagi Gubee.

Sesampainya di ruangan tempat larva calon ratu berada, Gubee segera memberikan nektar yang di bawanya kepada larva yang sedari tadi telah menunggunya itu.

Sedikit demi sedikit, Gubee mengoleskan nektar di tangannya ke mulut larva. Larva itu mulai terlihat tenang saat menikmati nektar yang menempel di mulutnya.

“Apa kau bisa mengolah nektar menjadi madu Gubee?” tanya Antber saat itu.

Gubee menggeleng sambil tersenyum simpul. “Kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang madu?

“Kata Ratuku, sebaiknya larva telur calon ratu di beri makanan berupa madu” terang Antber sambil mengusap-usap larva lebah di depannya.

“Benarkah?

Antber mengangguk.

“Tapi aku tidak bisa membuat madu. Apakah Ratumu bisa mengajarkanku?” tanya Gubee berharap.

“Tidak,” keluh Antber. “Kami tidak pernah membuat madu. Larva-larva di koloniku tidak memakan madu.

“Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?” Gubee tampak kecewa.

“Kau tidak perlu cemas Gubee. Ratuku bilang, larva ini akan tetap bisa hidup tanpa memakan madu. Hanya saja,” Antber tak melanjutkan kata-katanya.

“Hanya saja apa?” desak Gubee risau.

“Hanya saja ia akan makan sedikit lebih banyak!” ujar Antber tersenyum.

“Huuufff…..,”Gubee menghembuskan napas yang tadinya tertahan. “Aku pikir akan menimbulkan akibat yang buruk!” desahnya.

“Aku akan mencarikan nektar yang banyak untuknya, kau tenang saja!” pungkas Gubee dengan semangat.

Antber hanya tersenyum memandangi temannya itu. Tetapi, senyuman itu seperti sedikit dipaksakan, seakan-akan ada rahasia yang sedang ia sembunyikan.

Selama berhari-hari Gubee merawat larva calon ratu dengan penuh kesabaran. Ia melakukan itu dengan sangat hati-hati dan penuh semangat, sampai akhirnya larva itu berubah menjadi pupa.

Gubee sangat senang dan bahagia. Tidak lama lagi sarang itu akan menyaksikan kelahiran calon ratu lebah baru yang akan menghidupkan kembali tempat itu. Penantian dan perjuangan Gubee selama ini akan segera terbayar.

Saat yang di nanti-nantikan itu akhirnya tiba. Pagi itu, pupa calon ratu telah mulai mengalami retakan kecil kepalanya. Retakan itu perlahan-lahan membesar, sampai akhirnya cangkang pupa yang keras itu terlepas. Seekor lebah muda mulai berangsur keluar dari cangkang itu.

Matanya berwarna hijau zambrud. Kulitnya sangat cerah dengan warna kuning keemasan, dengan perut panjang yang melengkung indah di balut beberapa cincin berwarna hitam pekat. Sayapnya yang bening terlihat sangat lembut, berkilau oleh cahaya yang menembus kisi-kisi ruangan itu.

Gubee yang sedari tadi ada di ruangan itu, terperangah menyaksikan proses metamorfosis ratu baru yang ada di hadapannya itu. Ia tak menyangka, pupa yang di rawatnya semenjak dari telur melahirkan ratu muda yang sangat anggun dan cantik.

“Dimana aku?” lebah Ratu itu mulai berbicara.

“Kau ada di sarangmu Ratu,” jawab Gubee.

“Kau siapa?

“Aku lebah yang merawatmu selama ini. Aku pangeran lebah di koloni ini!” jelas Gubee dengan wajah yang penuh kebahagiaan.

“Kau dimana? Kenapa aku hanya mendengar suaramu? Aku tidak melihat siapapun disini!

“Aku disini! Tepat di depanmu!

Ratu muda itu mengulurkan tangannya, berusaha meraba-raba apa yang ada di depannya. Gubee menyambut tangan Ratu itu dan membawanya ke wajahnya.

“Apa kau merasakanku?

Ratu itu tersenyum.

Lanjut Bab 21

1
Anonymous
👌
Marissa
Cerita dongeng tapi buat yang udah remajaa... gaya bahasanya tinggi wkwkwk lanjut gass
Robi Muhammad Affandi: terimakasih/Smile/
total 1 replies
Robi Muhammad Affandi
Bosan dengan cerita drama ceo? mari kembali ke masa kecil, sejenak masuk ke dunia para serangga di hutan Alpen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!