Riana Maharani, seorang Ibu rumah tangga yang dikhianati oleh suaminya Rendi Mahardika. Pria yang sudah lima tahun lamanya ia nikahi berselingkuh dengan sekertaris barunya, seorang janda beranak dua.
Alasan Rendi berselingkuh karena melihat Riana yang sudah tidak cantik lagi setelah melahirkan putri pertama mereka, yang semakin hari lebih mirip karung beras.
Riana yang hanya fokus mengurus keluarga kecil mereka sampai lupa merawat diri dengan kenaikan berat badan yang drastis.
Riana bersumpah akan kembali menjadi cantik dan seksi hanya dalam waktu tiga bulan demi membuat suaminya menyesal sudah berselingkuh.
Akankah Riana berhasil merubah penampilannya hanya dalam waktu tiga bulan dan berhasil membuat Rendi menyesal?
Yuk baca ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Bu Ajeng pun masuk di ikuti Rendi dari belakang. Saat Bu Ajeng duduk di sofa ruang tamu, Rendi masih berdiri.
"Kamu kenapa toh Rendi? Kamu kok aneh banget sih hari ini?"
"Ada yang mau Rendi omongin Ma, ini penting."
"Ya udah ngomong aja."
"Tapi janji Mama jangan marah setelah Rendi bicara."
"Kamu semakin bikin Mama penasaran. Kenapa sih??"
"Janji dulu Ibu jangan marah," ucap Rendi lagi.
"Ya tergantung. Kalau yang kamu bicarakan ini bisa membuat Mama marah, ya pasti Mama bakalan marah," ucap Bu Ajeng.
Rendi pun menggeser tubuhnya dan meminta Jihan untuk masuk. Jihan pun masuk dengan perlahan dan tubuh sedikit gemetar.
“Loh, dia itu….Bukannya…?” Bu Ajeng sedikit berpikir, dan mengingat ingat seseorang.
"Dia Jihan Ma, sekertaris aku."
"Iya, Mama baru ingat. Dan kenapa juga kamu bawa dia kesini?? Bukannya ini hari libur."
"Dia..."
Bu Ajeng berdiri dari duduknya. "Jangan bilang kalau dia ini..."
" Aku akan menikahi Jihan Ma." ucap Rendi sembari menunduk, ia tak sanggup menatap mata Mamanya.
"Apa!!!" teriak Bu Ajeng kaget.
"Maafin Rendi Bu." Rendi semakin merasa bersalah.
Plakkk!!!
"Mama!!" pekik Rendi saat melihat Jihan terhuyung dan hampir terjatuh.
Entah kapan Mamanya mendekat dan menampar Jihan, Rendi bahkan belum sempat melihatnya.
"Dasar jalang sialan!!!" Bu Ajeng menjambak rambut panjang Jihan, dan juga kembali menamparnya.
"Mama jangan Ma , istigfar!!" seru Rendi yang berusaha melepaskan tubuh Mamanya dari kekasihnya, tapi ia sangat kesusahan.
Rendi bahkan tak menyangka dengan kekuatan sang Mama, padahal Mamanya sudah tua, bahkan kepalanya sering sakit, tapi entah kenapa hari ini kekuatannya, berkali lipat.
"Jihan sedang hamil cucu Mama!!" teriak Rendi, dan cengkraman Mamanya pun lepas seketika.
"Apa kamu bilang??" Bu Ajeng berbalik menatap Rendi.
PLAKKKK
Tamparan keras pun Rendi dapatkan dari Mamanya. Seumur-umur, baru ini lah dia mendapat tamparan keras dari Mamanya.
Biasanya saat Mamanya kesal, hanya omelan yang Rendi dapatkan, tapi ini sebuah tamparan, dan Rendi sangat yakin Mamanya sangat kecewa saat ini.
"Ma!!!"
"Mama sudah menyangka sejak awal jika rumah tangga kamu sedang tidak baik-baik saja. Mama sekarang paham kenapa Riana sampai pergi dari rumah. Dia bukan pergi latihan pekerjaan, tapi dia pergi karena kamu selingkuh sama jalang itu!!" Bu Ajeng pun mengambil sapu lalu memukul Rendi tanpa henti.
Bu Ajeng sangat marah, kecewa dan kesal bercampur jadi satu saat ini karena apa yang di katakan putranya.
Setelah puas memukul, Bu Ajeng pun duduk di sofa dengan nafas ngos ngosan.
"Buah jatuh memang tak akan jauh dari pohonnya. Kamu bahkan tidak belajar dari kesalahan Bapakmu dulu."
"Ya Allah Rendi... Mama besarin kamu dan jadi pria sukses, bukan buat menyakiti hati wanita Nak ... Mama besarin kamu supaya kamu bisa bertanggung jawab pada istri dan anakmu. Kenapa bisa kamu melakukan hal ini??" Bu Ajeng terus memegang dadanya.
“Rendi Khilaf Ma.”
"Khilaf kamu bilang!!! Kalau khilaf, kamu tidak akan melanjutkannya dengan jalang ini, apa lagi dia sampai hamil!!" teriak Bu Ajeng dengan penuh amarah.
"Ini ... Juga kesalahan Riana Bu. Semenjak dia hamil dan punya anak, dia jadi nggak bisa ngurus badan dan nyenengin suami di rumah. Makanya aku sampai--"
"Berhenti menyalahkan Riana!!" sela Bu Ajeng. Ini kesalahanmu sepenuhnya, tidak perlu mengkambing hitamkan Riana."
Rendi pun bungkam.
"Terserah apa pun yang mau kamu lakukan. Yang jelas, Mama nggak akan menerima hubungan kalian sampai kapan pun. Dan Mama nggak akan mau menerima bayi itu sebagai cucu Mama. Lagi pula, belum tentu itu cucu kandung Mama. Bisa aja kan, kalau itu anak hasil dari dia celup sana celup sini!!" Bu Ajeng bersedekap sembari membuang muka.
"Ini bayi Mas Rendi Ma. Saya bisa pastikan, kalau Mas Rendi adalah Ayah biologis dari bayi yang saya kandung." Jihan pun angkat suara karena sudah sangat tidak tahan dengan semua perkataan Bu Ajeng.
"Kamu itu benar-benar wanita tidak tahu malu, sudah jelas bayi itu karena perbuatan haram, tapi dengan begitu bangganya kamu mengatakannya. Dasar wanita tidak tahu malu," geram Bu Ajeng.
"Tapi--" Perkataan Jihan putus ketika Rendi menghentikannya dengan memegang tangannya, memberi isyarat untuk berhenti berbicara.
"Tapi Mas..." Jihan ingin sekali meluapkan amarahnya karena Mamanya Rendi yang menurutnya sudah sangat keterlaluan menghinanya, tapi Rendi menghentikannya.
"Ma.. Jihan hamil, dan aku akan tetap bertanggung jawab dengan menikahinya," ucap Rendi.
"Sampai mati pun Mama tidak akan memberikan restu. Menantu Mama cuma satu, yaitu Riana. Titik!!"
"Ma tolong, Jihan itu sedang hamil. Aku nggak mungkin ngebiarin dia hamil seorang diri."
"Itu resiko, kenapa juga dia begitu murahan!!"
"Ma, aku mohon, tolong restui kami. Dan kalau Mama tetap kekeh tidak mau merestui kami, aku akan tetap menikahi Jihan" ucap Rendi tegas.
"Lalu kenapa kamu kesini minta restu kalau pada akhirnya kamu nggak mau dengar apa kata Mama!!"
"Terserah kamu mau menikahi siapa pun, yang jelas, menantu Mama cuma satu, yaitu Riana!!!"
Karena tidak dapat membujuk Mamanya, Rendi pun akhirnya membawa Jihan pulang, dan selanjutnya ia akan memikirkan apa yang akan ia lakukan kedepannya.
***
"Mas ... Kamu harus datang melamar ke rumah orang tua aku, biar mereka tak curiga kalau kita akan menikah mendadak." ucap Jihan saat mereka tengah makan siang.
"Mungkin aku bisa, tapi aku nggak yakin kalau Mama mau pergi juga. Kamu tau sendiri kalau Mama belum memberi kita restu sampai saat ini."
"Kamu bisa datang sendiri Mas, kamu nanti bisa beralasan kalau Mama kamu sedang tidak bisa hadir karena suatu hal. Aku yakin orang tua aku bakalan ngerti."
"Baiklah, tapi... Aku ingin bertemu Riana du--"
"Riana lagi Riana lagi. Kamu itu masih mencintai Riana ya Mas?? Kalau kamu nggak bisa melupakan Riana, ya udah aku gugurin aja bayi ini," ancam Jihan.
"Kamu ngomong apa sih Han?? Bayi itu pasti denger apa yang di katakan Ibunya, jadi jangan bicara sembarangan!!"
"Habisnya aku sebel banget kalau Mas, ngomongin Riana terus." Jihan bersedekap kesal.
Rendi menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Tak bisa di pungkiri kalau dia menginginkan Jihan, tapi dia pun teringat akan Riana, dan masih berfikir apakah rumah tangganya dengan Riana harus berakhir??
Di balik satu kekurangan Riana, kelebihannya pun banyak. Riana pintar memasak, mengurus rumah, juga menyenangkan hati keluarga Rendi, dan Rendi ragu jika Jihan bisa melakukan hal itu semua.
"Pokoknya minggu depan, aku tunggu kamu di rumah Mama, kalau enggak, aku marah!!"
"Iya ... Aku akan datang minggu depan," ucap Rendi pada akhirnya.
Entah mengapa terbersit rasa ragu di dalam hati Rendi, entah mengapa, dia pun tak mengerti.
***
"Mas nggak mau mampir dulu??" tanya Jihan saat mereka pulang kantor.
"Aku capek banget Han. Aku mau pulang terus istirahat."
"Ya udah, kalau gitu aku masuk dulu." Jihan pun turun dari mobil Rendi lalu melambaikan tangan setelah mobil Rendi perlahan menjauh dari hadapannya.
Rendi pun sampai di rumahnya sekitar pukul tujuh malam. Byan masih bermain dengan pengasuhnya.
"Papa!!" panggil Byan berlari mendekati Papanya.
"Hei sayang Belum bobo ya??" Rendi langsung saja menggendong putrinya lalu mengecup kepalanya.
Tak lama, setelah puas mencium putrinya, Rendi pun kembali menurunkan Byan karena ia harus membersihkan tubuhnya dan ingin makan malam bersama putrinya.
Rendi pun masuk ke dalam kamar dan saat ia mengambil pakaian ganti, ia tak sengaja melihat foto pernikahannya bersama Riana masih terpajang di meja rias.
Di foto itu Riana terlihat sangat Cantik, tubuhnya pun masih langsing. Senyum Rendi pun mengembang sempurna di dalam foto itu, sangat terlihat jelas jika ia sangat bahagia saat itu.
Rendi pun duduk dan mengambil bingkai foto itu, lalu menatapnya lekat.
"Aku nggak tau kenapa hubungan kita akan berakhir seperti ini," gumam Rendi.
Setelah selesai membersihkan diri dan mengganti pakaian, Rendi pun turun dan duduk bersama Byan di meja makan untuk makan malam.
Untuk kesekian kalinya Rendi merasa ada yang kurang di dalam rumahnya, biasanya Riana akan berteriak-teriak jika Byan sedang tidak ingin makan, atau berlari-lari mengejar Byan jika sedang tidak ingin makan.
Dulu Rendi sangat risih dan kesal, tapi saat ini entah mengapa ia malah merasa berbeda.
Setelah selesai makan malam, Rendi pun bermain sebentar dengan Byan, dan saat itu juga Byan berceloteh kalau dia sangat bahagia karena sudah bertemu Mamanya.
Rendi melotot kaget, karena ia tak mengetahui jika putrinya sudah bertemu dengan Riana.
*********
*********
coba penulis dan pembaca siapa yg pingin pasangan Jihan Rendi bahagia?
aku sih terserah saja
tapi kalo dikampung kami pasangan pelakor oenghianat itu kita minta baik-baik untuk meninggalkan kampung demi kebaikan warga dan kebaikan pelaku zina tsb
kalo bahagia itu kan tergantung usaha
Amira juga bodoh egois udah dimintai tolong Darren buat bicara ke mami kalo mereka gak akan menikah!! ehh... malah ngotot dgn segala cara buat bisa nikahin Darren
Riana selain bodoh juga tolol paok pekok longor bittot
seperti gak kebagian akal Riana sampai gak bisa mikir betapa besar rasa malu besok
tokohnya berat buat jujur