Sepasang suami istri yang terlihat memiliki hidup bahagia namun tersimpan banyak teka-teki pada setiap hubungan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Bzzz Bzzz
Aletta menatap handphone nya dengan sangat lama. Matanya bengkak setelah ia banyak menangis dari pagi tadi. Ia teringat semalam saat ia memasang kamera tersembunyi di ruangan Brian. Ia melihat Brian mengambil sebuah kotak hitam dari dalam sebuah buku. Setelah melihat tingkah Brian yang mulai curiga, ia segera mematikan kamera tersebut dan kembali tidur. Dalam hatinya hanya berharap, Brian tidak menemukan kamera yang ia tempelkan pada tanaman di ruang kerjanya.
Aletta bangun sekitar jam 3 pagi. Ia menyemprotkan cairan obat tidur yang akan membuat Brian lebih nyenyak tidurnya. Bahkan pergerakan atau bunyi apapun yang ia buat tidak akan membuat Brian bangun. Ia menggunakan masker saat melakukan hal itu, karena pengaruh obat yang ia semprot kan sangat kuat.
Aletta masuk ke dalam ruang kerja Brian. Ia mencari buku yang persis ia lihat melalui kamera pengintai semalam. Namun buku-buku tersebut memiliki bentuk yang sama.
Ternyata Brian lebih pintar dari yang aku bayangkan.
Aletta mencocokkan gambar yang sempat ia screenshot dari video semalam. Akhirnya setelah dilihat lebih teliti ia menemukan buku tersebut. Namun sayangnya buku itu ditaruh di rak yang paling tinggi.
"Itu sangat tinggi. Bagaimana aku bisa mengambilnya." Dinda melihat sekitar. Akhirnya ia menemukan tangga yang bisa membantu nya mencapai rak yang paling atas.
Setelah beberapa saat bertempur dengan tangga-tangga dan buku-buku tersebut, Aletta akhirnya mendapatkan buku yang sama persis dengan buku yang dipegang Brian semalam. Aletta menarik napas panjang sebelum memeriksa ke dalam buku itu. Namun saat ia memeriksa ternyata itu bukanlah buku, melainkan kotak yang luarnya lebih mirip buku tebal. Di dalam kotak tersebut ada lagi kotak hitam kecil yang sama dengan yang Brian pegang semalam. Aletta mengambilnya. Ia dibuat kaget saat tahu isi di dalamnya. Ada duplikat obat yang sama dengan obatnya.
Dengan cepat Aletta menyimpan kembali obat yang dilihat nya, menyusun kotak tersebut sesuai susunan awal. Ia mengatur tangga dengan pelan ke tempat semula.
Aletta masuk ke dalam kamar, melihat suaminya yang masih tidur dengan pulas. Ia berjalan lurus ke kamar mandi dengan pandangan ngeri. Aletta membersihkan tubuhnya sambil meluapkan semua emosi yang terasa sesak di dada tadi. Brian tidak akan mendengar nya menangis karena kamar mandi kedap suara. Ia bersiap-siap setelah hampir tiga jam lebih duduk dan meratapi nasibnya di dalam kamar mandi.
Sebelum pergi Aletta menyiapkan sarapan untuk suaminya sehingga tidak menimbulkan kecurigaan. Aletta menjalankan mobilnya meninggalkan apartemen. Ia melihat lagi catatan miliknya yang menyimpan rahasia dari selingkuhan Brian. "Inez, dimana dia sekarang? Aku tidak tahu informasi apapun tentangnya. Waktu itu apa yang terjadi setelah aku menurunkannya."
Seandainya gadis itu menjelaskan dimana alamat rumahnya, Aletta pasti sudah datang mengunjungi nya. Aletta sedikit terkejut, saat handpone nya tiba-tiba saja berbunyi. Brian yang menelpon. Aletta memutuskan untuk mengangkatnya. Jika tidak, dia mungkin akan curiga. Dinda memegang handponenya dengan perasaan takut dan gemetar.
"Halo."
"Sayang, kamu dimana? Kenapa di jam segini sudah menghilang."
"Aku ada urusan di kantor. Maaf ya, sebenarnya ada rapat penting hari ini. Aku lupa memberitahumu semalam."
"Oh baiklah. Ya sudah aku matikan. Aku juga mau bersiap dulu."
"Iya. Jangan lupa makan. Makannya dipanaskan dulu."
"Baiklah sayang, miss u."
"Hmm, miss u too." Sebenarnya dia tak ingin menjawab, tetapi itu sudah menjadi rutinitas nya dengan Brian, dan mau tidak mau ia harus melakukan nya agar pria itu tidak curiga.
Sekarang ia tidak tahu harus melangkah ke mana. Ia tidak mungkin memberitahu keluarga tentang kecurigaan nya pada Brian. Nanti hal ini akan membuat ayah yang selalu mempercayai menantunya itu menyesal. dan ayahnya akan menyalahkan diri sendiri karena telah menikahkan dirinya dengan seorang penjahat.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang."
Brian masuk ke dalam kantor dengan penuh semangat. Namun ia merasa aneh melihat karyawan yang tidak biasa berkumpul kini duduk bersama seperti sedang menggosip kan sesuatu.
Brian berjalan mendekat ke arah mereka.
"Ada apa sob, tumben pagi-pagi mulai bergosip?"
Tanya Brian pada Hendru salah satu teman kantor nya yang tidak biasanya ikut menggosip.
"Huss, pelan-pelan. Kamu tahu tidak kalau Inez sudah tiga hari ini tidak masuk kantor."
"Mungkin saja dia pulang kampung untuk bertemu dengan keluarga nya."
"Itu dia masalah nya. Keluarga nya menelpon ke kantor, katanya sudah tiga hari ini mereka tidak mendapat kabar darinya."
"Kamu tahu dari siapa?"
"Tadi pak bos memberi pesan untuk kita semua, bagi kita yang mendapat kabar dari Inez segera memberitahu. Polisi juga sedang mencari keberadaannya."
"Benarkah, berarti ini masalah serius. Aku harap dia segera ditemukan."
"Iya, mungkin saja dia lagi punya masalah dan sedang bersembunyi di suatu tempat."
Brian kembali ke kursinya untuk lanjutkan pekerjaan nya.
Saat jam makan siang Brian turun untuk makan. Ia mengajak Hendru untuk makan bersama dengan nya. Setelah jam istirahat berakhir mereka kembali ke ruang kerja mereka. Namun Brian dan Hendru merasa bingung dengan orang-orang kantor yang berkumpul dan juga ada pak Bos disana.
"Ada apa?" Tanya Hendru pada salah satu karyawan yang ikut berkumpul di sana.
"Inez ditemukan meninggal. Mayatnya ditemukan di bawah tebing batu."
"Apa?" Mulut Hendru menganga tak percaya.
"Sekarang mereka sedang menyelidiki. Sepertinya ini kasus pembunuhan."
"Perhatian semuanya. Hari ini kita mendapat kabar duka dari teman serta adik kita Inez. Maka dari itu saya ingin kita pulang lebih awal untuk melawat saudara kita." Kata pak Ilham.
"Pak, apa yang terjadi dengan kasus Inez itu benar. Apakah dia dibunuh?" Tanya salah seorang karyawan.
"Iya, dan polisi masih mencari pelakunya. Mayatnya akan dimakamkan hari ini juga. Maka saya mewajibkan kita semua untuk hadir."
"Kasihan sekali Inez. Dia harus mengalami hal seperti ini. Semoga arwahnya tenang dan pelakunya segera di tangkap."
Para karyawan mulai berbicara satu dengan yang lain, mendoakan kematian Inez. Setelah itu mereka berpamitan satu sama lain karena setelah ini mereka akan berangkat ke rumah keluarga Inez. Kebetulan mayatnya dibawa ke rumah paman dan bibinya yang masih di kota.
Brian juga ikut melayat. Ia pergi bersama Hendru dan teman lain yang tidak mempunyai kendaraan. Mereka menumpang padanya. Sebelum itu dia mengirim pesan pada Aletta karena mungkin saja ia akan pulang telat hari ini.
Aletta duduk termenung dalam mobilnya di sekitar taman bukit yang keadaannya cukup sepi saat itu. Dia merasa perlu mencari ketenangan dan tempat itu dirasa sangat cocok untuknya. Memikirkan bagaimana perbuatan Brian padanya sungguh menjadi luka yang amat dalam. Orang yang di anggapnya selama ini sebagai pelindungnya ternyata adalah orang yang telah menyakitinya dari belakang. Rasa-rasanya Aletta masih tidak percaya, bagaimana mungkin Brian bisa setegah ini padanya.