"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau Es Krim?
Setelah selesai rapat Ben Derrick dan Jennie kembali ke lantai teratas tempat mereka berkutat dengan pekerjaan nya, rapat kali ini lancar seperti biasa, meskipun tak memakan waktu lama karena Walikota juga harus buru-buru pergi lagi ke luar daerah.
"Besok ada urusan apa lagi lo?"
"Maksudnya?" sahut Ben mengernyit.
"Kalau ada urusan pribadi konfirmasi dari sekarang, gue gak mau disuruh atur jadwal dadakan" jelas Jennie menyindir keras.
"Ohh.... Enggak ada, kok. Besok gue kerja full kayak biasa"
"Halahhh... Tau tau gak dateng setengah hari"
Ben menggaruk tengkuknya yang tak gatal, meskipun disindir oleh bawahannya tapi Ben tak membalas ucapan Jennie dengan serius, dia hanya tersenyum masam untuk menghilangkan kekakuan diantara mereka.
"Ngomong-ngomong tumben lo pergi ke rumah mertua, ada apa?"
"Gak ada apa-apa sih, cuma ngunjungin aja. Soalnya udah lama juga gak kesana, istri gue udah kangen banget sama orang tuanya, Kaisar juga sempet nelpon dan bilang kalau ayah bunda nya sering banget nanyain Keymira" jelas Ben detail.
"Kaisar? Tunggu-tunggu... Kaisar siapa nih?" Jennie mengerutkan keningnya.
"Ya Kaisar, temen kita waktu SMA"
"Whattt??? Kaisar Pratama Ozora maksudnya?! Dia jadi kakak ipar lo gitu?" Jennie membelalakan mata, menebak seseorang yang terlintas dipikirannya, dan tebakannya tepat sasaran ketika Ben menganggukkan kepala.
"Emang gue belum pernah cerita ya?"
"Helooo.... Lo bahkan gak ngundang gue waktu nikah, alesan nya karena nikahan lo cuma dihadiri sama pihak keluarga, terus kita udah gak ada kontekan lagi setelahnya, dan enam bulan gue kerja disini lo juga gak pernah kasih tau siapa sebenarnya istri lo, lagian gue juga mana kenal adiknya si Kaisar" ungkap wanita anak satu tersebut dengan kesal.
Ben membenarkan perkataan teman nya barusan, Ben tak terlalu suka menceritakan sosok istrinya kepada orang lain, bagi Ben Derrick Keymira punya privasi yang harus dijaga dan tak selalu harus diumbar seperti dirinya yang merupakan anak dari seorang konglomerat besar, kehidupan Ben sudah banyak ditulis dimana-mana, dan Ben tidak mau kehidupan istrinya ikut tersebar.
"Kok lo bisa sih nikah sama adiknya Kaisar? Jangan-jangan waktu SMA lo sering main ke rumah dia buat ngecengin adiknya ya?" tunjuk Jennie sembari memicingkan kedua mata.
Ben menurunkan lengan Jennie yang mengarah padanya. "Enggak lah, lagian dia masih kecil waktu gue SMA. Mana mungkin gue suka sama anak sekecil itu"
"Terus? Ceritain dong, gue kan jadi penasaran!" desak Jennie menuntut Ben Derrick menceritakan awal dia kenal dengan sang istri.
"Simpel aja, tahun lalu gue minta Kaisar buat nyariin gue jodoh, dan dia merekomendasikan adiknya buat jadi istri gue"
"Whatttt?!! Segampang itu?"
"Ya enggak juga, ada proses nya, lo kan tau gimana keluarga gue ketika ada calon yang bakal jadi bagian dari keluarga Januartha, ada seleksinya"
Jennie hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala tak percaya, ternyata istri Ben Derrick tak lain adalah adik dari teman SMA nya dulu, Kaisar.
"Gila ya lu, gak nyangka gue sekarang kalian jadi ipar. Terus gimana kabar Kaisar sekarang? Gue udah lama banget lost contact sama temen sekolah"
"Baik, dia udah nikah dan punya anak" jawab Ben jujur.
"Beruntung banget ya hidup orang lain, kayaknya lancar-lancar aja. Gak kayak gue" keluh Jennie mendesah panjang.
Perceraian membuatnya begitu trauma dan banyak mengeluh menjalani kehidupan, seolah Tuhan tak adil memberinya alur cerita, sang anak yang masih kecil membuat Jennie berusaha untuk tetap kuat meskipun badai lain menerjang.
Ben menepuk-nepuk punggung rekannya guna memberi secuil semangat, dia tau apa yang disesalkan oleh wanita tersebut.
"Semua orang pasti punya ujiannya masing-masing, lo cuma belum menemukan nya aja kok, percaya sama gue"
***
"Mas ben...."
"Mas...
"Mas ben..."
Keymira mencolek-colek lengan suaminya yang sedang selonjoran di ranjang sambil memainkan ponsel hingga tak menghiraukan seruannya.
Karena tak mendapat sahutan Keymira pun naik ke atas pangkuan sang suami, memeluk tubuh kekar itu meskipun Ben tetap saja fokus pada gawainya.
"Bosennn....." cicit Key.
Tetapi Ben seakan tidak terusik dengan tingkah istri kecilnya ini, tatapannya sama sekali tak teralihkan dari layar ponsel.
Merasa diacuhkan Key pun tak tinggal diam, dia mengigit pundak Ben Derrick hingga membuat pria itu meringis pelan.
"Sshhhh...."
Sesaat pandangan keduanya berada dalam satu garis lurus, tapi beberapa detik kemudian Ben Derrick memutuskan kontak mata dan fokus kembali pada telpon genggam miliknya.
Dan hal itu berhasil membuat Keymira tantrum setantrum-tantrumnya.
"Ihhhh........ Ngeselin banget!! Mas Ben jahat jahat jahat!!! Dasar suami durhaka! Ihhhh.... Aku marah banget sama mas!! Aku.... Aku... Hikssss"
Pada akhirnya Keymira pun menangis juga, Ben langsung menyimpan ponselnya dan beralih pada sang istri.
"Kamu kenapa?" seolah tak tau menahu apa yang terjadi pada Keymira.
Key semakin menangis kencang, dia akan selalu sedih jika Ben mengacuhkannya, seakan lelaki itu telah berbuat kesalahan besar, hatinya gampang tergores jika sedikit saja sesuatu melukai perasaan nya.
Ben pun merengkuh tubuh kecil sang istri, padahal dia cuma mau menjahili Keymira sebentar, tapi rupanya pertahanan Keymira justru kalah duluan yang ujungnya membuat perempuan tersebut harus mengeluarkan air mata.
"Mas berubah!" ujar Key disela-sela tangisnya.
"Apanya?" balas Ben pura-pura bodoh.
"Sikap mas! Hikssss......"
Ben tersenyum lucu melihat pemandangan di depannya, rasanya Ben tak perlu pusing memikirkan kapan anaknya akan lahir, sebab dia sudah bisa merasakan bagaimana mengasuh anak kecil saat ini juga.
Ekspresi Ben yang justru tampak bahagia semakin membuat Keymira geram, dia pun melampiaskannya dengan memukul dada bidang Ben Derrick berkali-kali.
"Ihhhh..... Kenapa ketawa?!!"
"Kamu lucu" Jawabnya singkat.
Key seketika diam, alisnya terangkat satu ketika mendengar ucapan Ben yang membingungkan.
"Saya jadi pingin cium kamu"
Tak sampai disitu, Ben langsung merealisasikan keinginannya, dia menangkup kedua pipi Keymira dan mencium seluruh wajah wanitanya secara bertubi-tubi.
Muahhh!
Muahhh!
Muahhh!
Dan Keymira hanya diam membiarkan jantannya mengecup seluruh wajah Keymira sampai basah.
Perlakuan Ben Derrick seakan menghipnotis Keymira yang beberapa menit lalu menghardik pria tersebut, kecupan Ben mampu meluluhkan hati Keymira yang terbakar.
Kecupan pun berhenti tepat di bibir Key yang sedikit terbuka, tak butuh waktu lama kecupan itu berubah menjadi lumatan yang memabukkan.
Keduanya spontan menutup mata, meresapi persatuan bibir yang sudah sedari tadi mereka dambakan.
Ben menahan tengkuk Keymira dan memperdalam pangutan sampai lidah keduanya saling membelit satu sama lain.
Merasa tak puas hanya dengan ciuman semata Ben Derrick menggulingkan badan Keymira hingga terkapar di ranjang, mengukung wanitanya yang sudah terbawa suasana.
"Mau es krim?"
"Mau!!" jawab Keymira antusias.
Salahmu sendiri 'melepas' Ben saat itu. Jangan nyesal dong, too late
Ben sudah punya istri ingat itu