Brittany Moon tidak pernah menduga pernikahannya dengan tunangannya Ralph Smith akan batal karena Ralph lebih memilih bersama Clara William yang jatuh sakit disebabkan kelelahan sehingga dirawat di rumah sakit daripada memenuhi janji suci mereka dalam ikatan pernikahan.
Saat hati Brittany terluka akan sikap Ralph yang membatalkan acara pernikahan mereka demi Clara, dihari itulah Brittany tak sengaja dipertemukan dengan seseorang yang juga sedang kesulitan dikarenakan kekasihnya meninggalkannya dihari pernikahan mereka.
Nama pria itu adalah Adam Bennet, seorang pengusaha kaya raya yang merupakan pemilik perusahaan distributor jam mewah diberbagai penjuru dunia.
Lantas bagaimana kelanjutan cerita ini, saksikan terus disetiap babnya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Acara Jalan-jalan Yang Unik
Sebuah rumah mewah berdiri diatas lahan luas berhektar-hektar dengan kokohnya.
Mobil silver bergerak cepat menuju rumah saat melewati area halaman luas disekitar rumah mewah.
Tampak beberapa penjaga berpakaian rapi tengah berlarian ke arah mobil silver itu.
Mobil berhenti tepat didepan beranda rumah mewah, lalu dua orang berjas hitam berdiri didekat mobil seraya membukakan pintu.
Keluar Brittany dari dalam mobil saat pintu terbuka oleh laki-laki berpakaian rapi itu kemudian disusul oleh Adam Bennet yang turun dari dalam mobil.
Adam berjalan mengitari mobil, menghampiri Brittany yang telah menunggunya.
"Ayo, kita masuk, Brittany !" ucap Adam.
Adam menawarkan lengannya kepada Brittany agar gadis itu menggandengnya saat masuk ke rumah.
"Maaf, jika keadaan rumahku tidak terlalu nyaman buatmu, tapi kuharap kau dapat beradaptasi segera dengan tempat ini", kata Adam.
"Rumahmu sangat nyaman bahkan sangat luas buat seukuran tempat tinggal, tuan Bennet", ucap Brittany.
"Panggil saja Adam, tidak perlu sungkan", kata Adam seraya tersenyum simpul.
"Apa kau tinggal sendirian dirumah ini ?" tanya Brittany.
Brittany mengedarkan pandangannya ke arah sekitar rumah mewah milik Adam Bennet yang luas.
"Ya, aku tinggal sendirian disini tapi ada banyak orang yang bekerja dirumah ini, menemaniku setiap harinya", kata Adam.
"Oh...", gumam Brittany.
"Kenapa ?" tanya Adam sambil menoleh ke arah Brittany.
"Tidak apa-apa, aku hanya sekedar bertanya saja", sahut Brittany seraya menggelengkan kepalanya.
"Apa kau ingin menemaniku, nona Brittany ? Dan kuharap demikian adanya...", sambung Adam.
"Ha... Ha... Ha... ?!" tawa Brittany gugup.
Adam hanya tersenyum sekilas lalu mengalihkan pandangannya ke arah depan.
Terlihat beberapa pelayan wanita berjalan tergesa-gesa ke arah mereka berdua saat menyambut kedatangan Brittany dan Adam disana.
Adam lalu berkata tegas.
"Tolong siapkan hidangan kue manis buat nona Brittany, karena dia akan menjadi tamu dirumah ini", kata Adam kepada seorang wanita berseragam pelayan warna ungu tua.
"Siap, pak Adam, apa perlu diantarkan ke ruangan biasanya atau ke ruangan makan ?" tanya pelayan wanita itu dengan memberi hormat.
"Aku ingin suasana yang lebih santai, sebaiknya kau antarkan saja ke ruangan yang ada didekat ruang baca", kata Adam.
Adam menunjuk ke lantai atas rumahnya seraya menatap serius.
"Oh, baik, akan saya antarkan pesanan anda kesana, dan minumannya, apa anda ingin dingin atau panas ?" ucap pelayan perempuan itu.
"Jika melihat suasana hari ini yang agak panas, kurasa lebih baik menikmati minuman yang segar-segar saja, kalau bisa yang bersoda ringan karena lebih nikmat", sahut Adam.
"Baik, pak Adam, akan kami kerjakan tugas anda", kata pelayan perempuan itu sambil mengangguk pelan.
"Aku tunggu diruangan atas, jangan lama-lama, karena aku tidak ingin acaraku bersama nona Brittany tertunda oleh sesuatu yang lambat", kata Adam.
"Siap, pak Adam", sahut pelayan itu sembari mengangguk kembali.
Pelayan perempuan itu lalu berlalu pergi bersama rekannya ke arah tempat masak dibelakang rumah. Sedangkan Adam mengajak Brittany naik ke lantai atas menuju ke salah satu ruangan favorit Adam.
Mereka harus melewati tangga besar yang luas saat naik ke lantai atas, butuh waktu kurang lebih lima belas menit, untuk sampai ke atas sana.
Brittany yang sejak tadi mengagumi kemegahan rumah milik Adam Bennet hanya bisa tercengang diam sembari terus melangkahkan kakinya bersama-sama dengan Adam yang ada disebelahnya.
"Wow, rumahmu sangat luas sekali, bahkan untuk ukuran tempat tinggal, ini benar-benar terlalu besar", kata Brittany terkagum-kagum.
"Terimakasih atas pujiannya", sahut Adam sembari menganggukkan kepalanya.
"Aku tidak menyangka kau sangat sekaya ini, menurutku, kekasihmu yang bernama Amanda mungkin salah memilih pergi darimu", kata Brittany.
Adam terdiam, namun raut wajahnya terlihat kaku saat Brittany menyebutkan nama Amanda.
"Kenapa kekasihmu meninggalkanmu dihari pernikahan kalian ?" tanya Brittany.
Adam hanya menggertakkan kedua gerahamnya kuat-kuat tanpa membuka suara.
Pria tampan nan mempesona dengan penampilannya yang terlihat selalu elegan dalam balutan busana apapun itu lantas mengajak Brittany masuk ke salah satu ruangan terkunci, yang tak jauh dari mereka berjalan saat ini.
"Masuklah, kurasa ruangan ini sangat privasi, akan lebih terasa nyaman jika kita berbicara berdua saja", kata Adam.
Adam mendorong pintu didepan mereka lalu mempersilahkan Brittany untuk masuk ke dalam sana.
Brittany yang penurut hanya mengikuti permintaan dari Adam yang menyuruhnya masuk ke dalam ruangan itu.
Tampak sebuah ruangan luas terhampar mewah dihadapan mereka berdua.
"Ternyata kau punya ruangan sekeren ini, Adam", kata Brittany tercengang.
"Ruangan favoritku, karena itu aku membuatnya lebih menarik dan nyaman dari ruangan lainnya dirumah ini", ucap Adam.
Adam berjalan mendekat ke sebuah kursi berbantal empuk lalu berdiri disana sembari menatap ke arah Brittany Moon.
"Duduklah, agar lebih santai", kata Adam.
"Terimakasih", sahut Brittany seraya melangkah ke arah sebuah kursi kayu berbantalan busa yang nyaman berwarna hijau tua.
Brittany lalu duduk dikursi itu sembari merapatkan kedua kakinya dengan sopan.
"Sudah berapa lama kamu bertunangan dengan Ralph Smith ?" tanya Adam lalu ikut duduk.
"Kira-kira sudah lima tahun lebih aku mengenalnya, tapi aku bertunangan dengan Ralph mungkin baru sekitar dua tahunan lebih", sahut Brittany.
"Dua tahun bukan waktu yang pendek buat suatu hubungan serius, lalu kenapa kau tidak mempertahankannya padahal hubungan kalian sudah sangat lama dan serius", kata Adam.
"Kurasa sudah tidak ada yang perlu lagi dipertahankan dari hubungan kami berdua, Ralph sendiri tidak pernah menjaga hubungan kami dengan baik dan hormat", ucap Brittany.
"Sangat disayangkan sekali, kalau hubunganmu harus kandas dan putus begitu saja, hanya karena pihak ketiga yang tidak jelas", kata Adam.
"Aku tahu itu...", sahut Brittany dengan kepala tertunduk.
"Apa keputusanmu sudah bulat ?" tanya Adam.
"Yah, aku sudah memutuskannya bulat-bulat, untuk melanjutkan rencana ini, aku memang berniat mempermalukan Ralph Smith dengan melihatku menikah denganmu", kata Brittany.
Brittany menatap ke arah Adam Bennet seraya tersenyum samar.
"Kau yakin itu ?" kata Adam.
"Yah, tentu saja, aku sangat yakin sekali", sahut Brittany.
"Mmm, baiklah, kalau begitu !" ucap Adam. "Mari kita buat suatu kesepakatan diantara kita, tapi jika kamu tidak menyukainya maka kau boleh mengurungkannya, Brittany", sambungnya.
"Tidak, aku tidak akan pernah mengurungkan niatku ini atau mundur dari rencana untuk membalas dendam", kata Brittany.
"Apa kau tidak ingin memikirkannya lagi, mungkin dengan lebih matang lagi ?" tanya Adam.
Brittany menggeleng pelan, namun, pandangannya terlihat sedih.
Adam yang menyadari kemurungan dari tatapan Brittany hanya bisa menarik nafas dalam-dalam.
"Aku sangat menyesal dengan apa yang kau alami ini, mungkin aku tidak akan merasa kasihan lagi jika perempuan lain yang mengalaminya tapi kau sangat berbeda dari wanita lainnya", kata Adam.
"Yah, aku tahu itu", ucap Brittany sembari tersenyum tipis.
Adam tampak ragu-ragu untuk mengatakan tentang kesepakatan itu dengan Brittany.
Namun Brittany segera tanggap dengan reaksi Adam lalu dia bertanya pada pria pengusaha distributor jam mewah itu.
"Kesepakatan apa yang akan kamu bicarakan denganku ?" tanyanya serius.
Adam terlihat gugup saat Brittany bertanya tentang kesepakatan yang akan mereka bahas sekarang ini.
"Begini, Brittany...", ucap Adam seraya menarik lengan kemejanya.
Adam melirik sekilas ke arah Brittany sebelum melanjutkan kembali ucapannya. Kemudian menarik nafasnya dalam-dalam agar hatinya terasa tenang ketika dia berbicara nanti, saat akan membahas kesepakatan dengan Brittany.
"Mungkin isi kesepakatan ini agak memberatkanmu, tapi, tapi, tapi..., aku bisa memberikan keringanan untukmu, supaya kau bisa mengajukan banding nanti", ucapnya terdengar tegas seraya mengacungkan jari telunjuknya ke arah Brittany.