"Kau tidak bisa pergi dariku, mana mungkin aku melepasmu setelah aku bisa merasakan hasratku bangkit, kau tidak bisa hanya datang karena ingin merasakan kepuasan! Selena Agatha." Lirih Bentley Leister.
Selena Bianca Agatha seorang mahasiswi cantik berumur (22 tahun) ia terkejut tat kala orang yang begitu ia kenal dan sudah beristri menanyakan hal dewasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya baik dia maupun pria tersebut.
Di samping itu keanehan terjadi pada pria tampan berkuasa yaitu Bentley Max Leister (32 tahun) dimana hasrat bercintanya malah membara ketika bertemu dengan adik dari sahabatnya sendiri yang seharusnya ia rasakan bersama sang istri.
.
.
Lantas bagaimana hubungan Bentley dan Selena ke depannya? dan apakah Ben mampu menahan gejolak pada dirinya yang ia anggap bermasalah?
SIMAK KISAH LENGKAPNYA>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
Setelah Selena masuk ke dalam, tak lama mama Bella menyusul untuk istirahat juga.
Sesampainya di kamar tampak Martin masih sibuk dengan layar komputernya, Bella duduk di samping pria paruh baya yang masih tetap tampan dan sehat itu. "Pah.."
Martin menoleh. "Belum tidur ma?."
"Belum ngantuk."
"Ya sudah, sekarang mau apa? papa sebentar lagi selesai." Timpal Martin.
"Jangan terganggu aku hanya ingin ngobrol sama kamu."
"Katakan."
"Berapa lama lagi sampai perusahaan kita Ricky yang ambil alih?." Tanya Bella.
"Tunggu semuanya matang dan stabil."
"Apa Selena tidak akan merasa dikesampingkan karena pewaris kamu jatuh pada Ricky?." Timpal Bella lagi, ia hanya tak mau anaknya ke depan bermusuhan hanya karena kekuasaan.
Martin menoleh pada sang istri. "Jangan khawatir mama pikir papa tak memikirkan itu?, saham perusahaan tetap akan dibagi sama rata baik Ricky maupun Selena.
"Cuma karena ke depannya mungkin Selena akan memiliki suami dan harus patuh padanya, papa melarang ia untuk jadi seorang pemimpin dan Selena sendiri setuju karena sudah punya bisnis sendiri."
"Bukan papa tak percaya pada putri bungsu kita tapi karena dia perempuan papa begitu menjaganya, dan saham perusahaan yang dibagi tetap ia pegang." Jelas Martin.
Bella menghela nafas lega, ia setuju dengan apa yang dikatakan suaminya. "Baiklah."
"Selena ke depannya hanya setuju untuk membantu Ricky di belakang layar, papa ikuti saja kemauannya." Lanjut Martin.
"Anak kita sudah dewasa ternyata mas."
Martin berdiri dari kursi, mengalungkan tangannya pada leher sang istri. Cup! diciumnya kening Bella. "Iya Selena sudah dewasa, tapi papa semakin khawatir dia kemana-mana masih sendiri. Rasanya ingin segera ada yang menjaganya."
"Kita tunggu saja mungkin Selena punya rencana setelah kuliahnya selesai, jangan dipaksakan lagi." Timpal Bella.
"Jika saja dulu Selena setuju, mungkin sekarang dia dengan Bentley bersama." Pikir Martin.
"Hust! sudahlah mungkin tidak ditakdirkan, depan orang lain jangan bilang seperti itu takut sampe ke telinga Tyla kasian dia." Potong mama Bella.
"Iya-iya." Mengalah Martin.
"Ayo kita istirahat."
"Ayo sayang."
.
.
Di dalam kamar
Setelah membersihkan diri, Selena merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan handphone di tangan.
Di tatapnya lama kontak yang bernama 'om m*sum' itu. Namun tak lama Selena memilih mencoba untuk melupakan seolah tidak terjadi apa-apa.
"Hallo Sel kau aman kan???." Tanya Melinda sewot setelah panggilan tersambung.
Rasanya Selena mau curhat namun ini bukan waktunya. "Biasa saja."
"Apanya yang biasa? nada bicaramu seperti itu kita sudah bertahun-tahun sahabatan aku tahu ya kamu gimana orangnya!." Timpal Melinda lagi sedikit khawatir.
"Iya-iya, tapi aku memang masih merasa aman Mel."
"Ya sudah terserah kau saja, ngomong-ngomong bagaimana dengan om itu?." Tanya Melinda.
"Entahlah aku hanya menahan diri untuk tidak terlalu dekat dengannya." Balas Selena.
"Gimana si Sel? tujuan kalian kencan kan untuk dekat kok kamu malah kayak gitu?."
"Dia kan sudah beristri Mel! sudahlah jika aku masih bisa mengatasi aku bisa sendiri, aku pasti minta saran mu kok jika mentok." Balas Selena.
Melinda menghela nafas berat. "Ya sudah aku percaya padamu, kalau ada apa-apa bilang Sel."
"Iya Mel."
"Ini sudah malam kau istirahat."
"Iya kau juga."
Panggilan pun berakhir, Selena guling-guling di atas kasur dengan menutup wajah cantiknya. "Aaaahh! kenapa tidak bisa tidur seperti ini!?."
Bayang-bayang saat berciuman semakin teringat, Selena masih dapat merasakan l*matan lembut Ben yang membangkitkan gairah.
"Stop Sel, stop!."
Keesokan paginya..
Seperti biasa keluarga itu pasti selalu sarapan bersama, dan hari ini Ricky datang ke sana untuk mengurus sesuatu.
"Selena mana ma?."
Bella yang sedang menghidangkan masakan melirik ke arah kamar putrinya di lantai dua. "Belum turun, panggilkan gih.."
Ricky menaiki anak tangga sesampainya di depan kamar sang adik ia langsung mengetuknya.
Tok tok tok tok!
"Sel ini kakak.."
"Masuk!." Jawab Selena dari dalam.
Dan ternyata pintu itu tak dikunci, Ricky langsung masuk ke dalam.
Betapa terkejutnya Ricky saat melihat penampilan sang adik yang duduk termenung dengan mata panda yang tampak pekat. "Kau ini kenapa!?."
"Kelihatannya?."
"Iya tidak tidur kenapa?."
"Ah gak tahu kak kapan-kapan aku cerita." Malas Selena.
"Kau masih berhubungan dengan Galang itu!? apa yang dia buat? katakan!." Ujar Ricky takut adiknya disakiti.
"Ck, kita sudah putus hampir tiga minggu. Lupakan kak aku begini bukan karena tuh anak kok." Ujar Selena.
"Syukur kalau begitu."
"Ada apa katakan?." Tanya Selena.
"Kau tidak ingat hari ini jadwal pengujian mu setelah bimbingan dua minggu dilakukan!?."
Mata indah Selena terbuka lebar. "Oh iya aku lupa."
"Siapkan diri untuk diuji jangan sampai lupa apalagi salah!."
"Kak..." Lirih Selena tampak memelas.
"Apalagi?."
"Cukup sama kamu saja pengujiannya ya jangan sama om Bentley." Pintanya dengan mata begitu memohon.
"Kenapa begitu? kau juga dibimbing olehnya."
"Sama saja bukan? aku sedikit tak enak badan jika harus banyak aktivitas ke sana kemari." Lirih Selena bohong, padahal ia ingin menghindari Ben untuk saat ini.
Ditatapnya lama sang adik. "Akan ku bicarakan padanya, kau siap-siap saja setelah sarapan temui kakak dan papa di halaman samping."
"Papa?."
"Iya sebagai ganti Bentley."
Selena menelan salivanya, Ben tidak ada tapi malah ada Martin. Namun Selena menghela nafas lega setidaknya jangan dulu Ben walaupun ia sedikit deg-degan dengan ayahnya.
.
TBC
Ayo tinggalkan jejaknya sebagai dukungan jangan lupa ya!🤗😉
kekurangannya menurutku pemilihan kata2 yg kurang sesuai dengan makna kata itu sendiri. bahasanya juga....😶🌫️
love sekebon deh