Love Scandal

Love Scandal

1

Aletta menyusun semua berkas yang berserakan di bawah lantai. Ia tanpa sengaja menjatuhkannya sendiri. Berkas-berkas penting itu, akan ia serahkan kepada pak Damar, bosnya. Aletta sendiri bekerja di sebuah perusahaan marketing besar sebagai ketua tim bagian 1. Aletta adalah anak pertama, dari dua bersaudara. Ia bersama dengan adik laki-lakinya, yang sekarang berada di tingkat SMA. Aletta sudah menikah dengan pria pilihan ayahnya. Ia mengikuti perjodohan sang ayah, dengan anak temannya. Karena Aletta tidak terlalu sibuk pada urusan percintaan dan menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja, maka dari itu ia menuruti permintaan ayahnya. Pria yang sekarang menjadi suaminya, saat itu setuju dan merasa nyaman-nyaman saja. Maka mereka melangsungkan pernikahan secara sederhana setelah setengah bulan pertemuan mereka. Keluarga Aletta memang tidak kaya, tapi hidupnya tetap terjamin. Ibu Aleta sendiri sudah lama meninggal, saat ia masih di bangku kelas 2 SMA. Sedangkan sang adik, masih kelas 6 SD. Aletta dan suaminya, memilih untuk tinggal terpisah dari keluarga.

"Pagi mas," sapa Aletta saat Brian, suaminya, menuruni tangga.

"Pagi sayang, kamu lagi masak apa?" Tanya Brian sambil berjalan mendekati istrinya, lalu memeluk tubuh Aletta dari belakang. Aleta sedikit terkejut dengan tindakan suaminya yang manja. Akhir-akhir ini ia sudah mulai terbiasa dengan hal itu.

"Bukankah hanya kita berdua di rumah ini, kenapa masakanmu hari ini banyak sekali?"

"Aku ingin memberikannya kepada tetangga baru kita, di apartemen sebelah."

"Kamu ini terlalu baik, aku makin sayang deh sama kamu."

"Mas ini kebanyakan gombalnya. Ayo duduk, aku ingin menyajikannya."

Brian membantu mengangkat satu persatu perlengkapan makan, dan ditaruh di atas meja makan. Brian juga membantu istrinya mengangkat lauk pauk yang akan mereka santap bersama.

"Kelihatannya enak nih,"

"Iya dong mas, aku yang bikin pasti selalu enak."

"Aku jadi nggak pengen kamu membagi masakanmu ke tetangga baru itu."

"Kenapa mas?" Tanya Aleta bingung mendengar perkataan suaminya.

"Nanti kamu diculik lagi dari aku." Kata Brian dengan senyuman di sudut bibirnya.

"Kok diculik sih."

"Iya, karena dia pengen kamu memasak untuknya apalagi masakanmu ini terlalu enak." Brian tertawa melihat wajah istrinya yang kebingungan. Tidak disangkanya sang istri menanggapi perkataannya dengan serius. Mendengar suara tawa yang keluar dari mulut suaminya, Aletta menyadari kalau suaminya sekarang sedang bercanda.

Mereka kembali melanjutkan menyantap sarapan pagi mereka.

"Kamu mau bareng sama aku nggak? Biar aku antar kamu ke kantor."

"Nggak usah mas, kamu duluan saja. Lagian aku mau cuci piring dulu, lalu mengantar makanan itu ke penghuni baru di sebelah." Kata Aletta sambil menunjukkan kotak makan yang ada di atas meja.

"Apa sebaiknya kita cari pembantu, biar kamu lebih banyak punya waktu istirahat."

"Aku masih bisa kok mas, mencari pembantu hanya menghabiskan uang kita saja."

"Ya sudah, terserah kamu. Aku berangkat dulu ya." Brian mencium kening istrinya, lalu mengambil tas kerjanya yang ada di atas meja.

Aletta mulai membersihkan perkakas yang ia gunakan untuk memasak. Setelah itu ia naik ke atas menyiapkan dirinya untuk pergi bekerja. Tidak lupa pula, ia mengambil berkas yang telah disiapkan nya tadi pagi. 30 menit kemudian Aletta turun dengan pakaian yang casual dan sesuai dengan gaya fashionnya. Sederhana namun tetap terlihat elegant. Aletta mengambil tempat makan yang ada di atas meja. Pintu mereka terkunci otomatis menggunakan sandi. Setelah memastikan pintu terkunci rapat, Aleta berjalan ke kamar 305 yang tepat berhadapan dengan apartemen milik nya.

Ding dong...

Aleta menekan bel yang ada di samping pintu. Ia juga mengetuk pintunya berulang kali, tetapi tidak ada pergerakan sedikit pun dari dalam. Apa ia salah mengira kalau ada penghuni baru di kamar tersebut. Tetapi kemarin ia melihat sendiri, kalau ada petugas delivery yang mengangkut barang. Mereka juga membawa masuk barang-barang tersebut ke kamar 305 itu.

"Sepertinya memang aku yang salah lihat." Saat akan pergi, Klek....

Bunyi pintu itu terbuka perlahan. Seorang pria tampan bertubuh tinggi keluar dari dalam. Wajahnya terlihat campuran antara indo-belanda. Mata birunya terkesan indah saat dipandang.

"Hai.." Suara pria tersebut menghentikan lamunan Aletta.

"Hai... Selamat pagi." Aletta menyodorkan rantang makanan yang dipegangnya kepada pria tersebut. Pria tersebut menerimanya dengan wajah bingung. "Ini sebagai bentuk penyambutan kepada penghuni baru." Pria tersebut tersenyum mendengar perkataan Aleta.

"Jangan lupa di makan ya, itu saya bikin sendiri kok. Kalau gitu saya permisi dulu, soalnya saya sedang terburu-buru." Saat akan pergi pria itu menahan tangan Aletta.

"Siapa namamu?"

"Oh iya, hampir lupa masa memberikan kamu makanan tanpa berkenalan sih."

Aletta menyodorkan tangan kanannya mengajak berkenalan. "Nama saya Aleta." Pria tersebut membalas genggaman tangannya.

"Nama saya Gion."

"Maaf ya saya harus berangkat sekarang."

Aleta pamit pergi setelah selesai berkenalan. Sesampainya di tempat parkiran, dengan gesit nya, ia mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas. Ia dan sang suami memiliki mobil masing-masing, sehingga lebih mudah ke tempat kerja, karena tempat kerja mereka berbeda arah. Aletta mendekati mobil hitam miliknya, lalu menekan tombol buka pada kunci tersebut. Ia menjalankan mobil meninggalkan apartemen.

Aleta keluar setelah memarkir mobilnya. Ia berjalan masuk ke dalam kantor. Semua orang yang ia temui, menyapanya dengan penuh hormat. Bagaimana tidak, ia sendiri bisa di bilang aset perusahaan, karena sering memenangkan beberapa tender besar. Aletta berjalan menuju ruangannya, ia menaruh tasnya dengan rapi di gantungan kayu yang ada di dalam ruangan kerjanya. Aleta merenggang kan otot pinggang, kaki, serta tangannya. Sebentar lagi ia akan menduduki kursi kutukan. Mengapa ia anggap sebagai kursi kutukan, karena setelah itu ia akan menghabiskan waktu dengan duduk di kursi itu berjam-jam. Ia mengatur posisi duduknya, memulai ketikan demi ketikan pada komputernya dan meneliti berbagai macam berkas yang masih tersisa banyak di atas mejanya.

Tok tok tok

Seseorang mengetuk pintu ruangannya.

"Masuk!" Kata Aletta tanpa melihat siapa yang masuk.

"Ada apa?" Matanya masih tertuju pada berkas-berkasnya.

"Ibu dipanggil sama pak Damar untuk segera ke ruangannya." Kata karyawan tersebut yang merupakan sekretaris dari bosnya.

"Saya akan segera ke sana." Wanita itu pamit keluar. Aleta mengambil berkas yang telah disiapkan nya tadi pagi. Ia keluar dari ruangannya dan berjalan menuju ruangan pak Damar.

"Permisi pak,"

"Masuk!" Suara tegas dari dalam memintanya untuk masuk. Seorang pria tua duduk dengan gagahnya di hadapan Aletta.

"Bagaimana perkembangannya."

Aleta menyerahkan berkas tersebut kepada pak Damar.

"Begini pak....." Aleta menjelaskan isi dari berkas yang ia kerjakan dengan sangat jelas. Pak Damar mengangguk memahami maksud dari Aleta. Terlihat senyuman bermekar di sudut bibirnya setelah Aleta selesai menjelaskan.

"Ini bagus sekali. Saya sangat setuju dengan ide ini. Saya yakin kita bisa memenangkan tender baru ini."

Kata pak Damar dengan suara penuh kemenangan.

"Kamu memang sangat pintar Aletta. Tidak sia-sia saya mempercayakan kamu ke tender besar ini." Puji pak Damar.

"Kalau begitu saya permisi dulu pak, ada yang masih harus saya kerjakan."

"Baiklah." Aleta keluar dari ruangan pria tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!