Hidupku semula baik-baik saja, tapi ketika aku berani melanggar aturan keluarga.
Semua berubah. ketika aku masuk kedalam kamar mendiang nenek dan kakekku, aku menemukan sebuah novel usang berdebu.
Ketika aku membuka sampul novel bercahaya, cahaya itu membuat mataku perih dan secara refleks terpejam.
Namun ketika aku membuka mata, aku tidak berada di kamar mendiang kakek dan nenek. Aku berada di sebuah kamar asing.
Seketika ingatan yang bukan milikku memenuhi memoriku. Ternyata aku memasuki novel usang itu, dan bagaimana mungkin aku harus terjebak di peran figuran yang hanya satu kali namanya di sebutkan sebagai mantan dari seorang pemeran utama laki-laki kedua!!
Cover from pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Maryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Sekarang aku sedang berada di taman belakang mansion rien, setelah makan bakso rien langsung mengajak ku kesini-- katanya di ingin mengajakku untuk piknik disini.
Saat tiba di taman-- semuanya sudah tersedia jadi aku dan rien hanya tinggal duduk manis menikmati cemilan dan potongan buah-buahan yang telah para pekerja rien siapkan.
Sekarang aku sedang memakan potongan buah seraya melihat sekeliling taman mansion rien, disini ada berbagai macam bunga cantik-- aku ingin memetiknya namun takut tak di perbolehkan oleh rien.
Apa aku coba meminta izin saja pada rien? siapa tahu aku di beri izin untuk memetik bunga' untuk ku bawa pulang. semoga.
Wangi bunga sangat terasa di sini, rasanya aku ingin berlari di sekitar bunga, aku juga ingin mengambil foto bunga-bunga cantik ini, tapi aku malu.
"Kamu pengen metik bunga ya?" aku menolehkan kepala dan menatap terkejut kearah rien, bagaimana bisa dia tahu pikiran ku? apa ada dia seorang cenayang?
"Nggak usah kaget gitu, aku bukan cenayang-- muka kamu keliatan jelas kayak pengen petik bunga" rien meraup muka ku, aku memandang kesal kearahnya.
Dia tak tahu apa kalau skincare itu mahal-- dengan seenak jidatnya dia meraup muka ku ini. aku semakin menatap kesal kearahnya.
"Nggak usah cemberut, ayok kita petik bunga-- kamu mau metik banyak juga nggak papa, mama pasti seneng kalau kamu metik bunga disini" rien berdiri kemudian dia mengulurkan tangan kanannya.
Aku menyambut uluran tangan kanannya "kenapa mama kamu seneng? aku kan mau metik bunga, sama aja aku ngambil bunga punya mama kamu dan pasti bunganya akan berkurang gara-gara aku" kami berjalan beriringan.
"Kalau orang lain mungkin mama nggak akan ngizinin tapi kalau kamu pasti seratus persen dia izinin-- walaupun kamu minta bunga sama kebunnya aku yakin mama pasti akan ngasih" kami sampai di depan bunga, aku dengan buru-buru melepaskan genggaman tangan rien dan untungnya bisa, tumben.
Aku memposisikan diri untuk berjongkok di depan bunga-bunga "aku boleh metik mawar warna putih nggak?" aku mendongakkan kepala menatap kearah rien yang masih berdiri, kemudian rien ikut berjongkok di samping ku.
"Petik aja, tapi hati-hati ya. pelan-pelan aja ngambilnya-- jangan buru-buru, aku takut tangan kamu luka kena duri mawar kalau kamu buru-buru" aku menganggukkan kepala dan hendak memetik bunga dengan tangan ku.
Rien menahan tanganku, kenapa? apa dia berubah pikiran? apa di tak jadi memberiku izin?
"Nanti dulu, tunggu gunting dulu. kamu nggak boleh petik bunga pakai tangan kamu langsung" aku menganggukkan kepala mengerti.
Tak sampai lima menit seorang pelayan menghampiri kami berdua, pelayan itu membawa keranjang, sarung tangan dan gunting. dia menyerah itu pada rien.
Kemudian rien meraih tanganku dan memasangkan sarung tangan di kedua tanganku, rien menyerahkan gunting kearahku sementara keranjang tetap dia pegang.
Kemudian aku mulai fokus untuk mulai memetik bunga-bunga cantik ini, akhirnya satu mawar putih berhasil aku petik. aku menolehkan kepala kearah rien.
Aku tersenyum dengan lebar seraya menunjukkan bunganya mawar putih yang berhasil ku petik pada rien "bagus kan?" tanyaku dengan senyum tak luntur dari bibirku.
Aku sangat senang, akhirnya aku bisa memetik bunga-- di kehidupan ku yang dulu aku selalu ingin memetik bunga-- tapi tak bisa karena aku dulu lebih sering diajak liburan ke pantai.
Aku dulu pernah meminta pada mama dan papa tapi mereka mengatakan untuk apa datang ketempat seperti itu, kata mama dan papa aku tak boleh memetik bunga karena takut tanganku bisa terluka.
Aku dulu hanya bisa pasrah dan tak pernah meminta untuk memetik bunga lagi. ah kenapa aku harus inget-- kan aku jadi kangen sama mereka, aku kangen di larang ini itu oleh kedua orang tua ku.
Aku ingin cepat pulang ke dunia nyata, aku sudah benar-benar merasa tinggal disini.
"Jangan petik bunga sambil ngelamun la, kamu lagi mikirin apa sih? sampai nggak fokus begitu" aku yang baru tersadar dari lamunanku-- menatap rien kemudian menggelengkan kepala sebagai jawabannya.
Aku kembali memetik bunga mawar putih lagi-- aku hanya memetik sekitar 7 mawar puti, lalu aku pindah posisi menuju bunga tulip. dan keranjang berisi bunga masih di pegang oleh rien.
"Bunga mawarnya dikit banget, kamu yakin cuma mau segini?" rien menatap bunga di atas keranjang.
"Iya, aku cukup segitu. aku nggak mau metik banyak-banyak" rien menatap kearahku kemudian dia menganggukkan kepala.
Aku mulai memetik bunga tulip sebanyak 5 tangkai, kemudian aku bergeser kearah bunga yang lain. aku terus memetik semua bunga yang ada di taman ini, wah ternyata banyak ya.
Keranjang bunga sampai penuh "rien ini beneran nggak papakan? aku metik banyak banget loh, mama kamu beneran nggak akan marahkan sama aku?" aku menatap khawatir kepada rien. aku takut di marahin oleh mama rien.
"Nggak akan di marahin, kamu tenang aja kalau mama sampai marah sama kamu-- aku bakal marahin mama balik" rien mengelus puncak kepalaku dengan lembut.
"Nggak boleh gitu rien, kamu nggak boleh marahin mama kamu-- kalau sampai kamu berani aku nggak mau ketemu kamu lagi"aku memberikan tatapan mengancam pada rien.
Rien menganggukkan kepala tanda mengerti, kemudia kami berdua bangkit dari posisi jongkok kami, kami berjalan beriringan menuju kursi taman.
Aku duduk di kursi lalu setelahnya meraih keranjang yang ada di genggaman rien, aku meraih satu bunga mawar putih lalu menghirup wanginya, wanginya sangat enak.
"Biar aku aja yang bersihin batang bunganya" setelahnya dia kembali merebut keranjang dan mulai membersihkan batangnya menggunakan tangan dan gunting. oh iya, rien menggunakan sarung tangan bekas yang tadi ku pakai.
Aku terus memperhatikan gerakan tangan rien yang terlihat sangat cepat. apa dia sudah membersihkan bunga? tangannya begitu terampil-- gerakan tangannya sama dengan video tutorial yang ada di aplikasi itube.
iFyi. Itube adalah aplikasi yang berisi berbagai macam video.
"Kamu udah biasa bersihin batang bunga ya?" aku menatap kearah wajah rien, dia sedang fokus namun ketika dia mendengar aku berbicara dia langsung menghentikan gerakan tangannya.
Rien menatap ku "nggak, aku baru pertama kali nge bersihin batang bunga" setelah berucap seperti itu dia kembali meneruskan membersihkan batang bunga.
"Masa sih" aku menatap ragu pada rien, jujur aku sangat tak percaya pada ucapan rien.
"Iya la, aku ngomong jujur kok kalau kamu nggak percaya kamu bisa tanya langsung sama mama dan para pekerja yang ada di mansion" dia berucap tanpa melihat kearahku.
Aku menganggukkan kepala mencoba percaya pada perkataan yang terlontar dari rien.
"Mama sama papa kamu kemana? kok dari tadi nggak keliatan" aku menolehkan kepala kebelakang-- melihat kearah pintu belakang mansion.
"Sekarang mereka berdua lagi ada di kantor, paling mereka pulang sore" aku hanya menjawab 'oh' lalu menganggukkan kepala ku tanda mengerti.