Mimpi Aqila hanya satu, mendapat kasih sayang keluarganya. Tak ada yang spesial dari dirinya, bahkan orang yang ia sukai terang-terangan memilih adiknya
Pertemuannya tanpa disengaja dengan badboy kampus perlahan memberi warna di hidupnya, dia Naufal Pradana Al-Ghazali laki-laki yang berjanji menjadi pelangi untuknya setelah badai pergi
Namun, siapa yang tau Aqila sigadis periang yang selalu memberikan senyum berbalut luka ternyata mengidap penyakit yang mengancam nyawanya
.
"Naufal itu seperti pelangi dalam hidup Aqila, persis seperti pelangi yang penuh warna dan hanya sebentar, karena besok mungkin Aqila udah pergi"
~~ Aqila Valisha Bramadja
.
.
Jangan lupa like, komen, gift, dan vote...🙏⚘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 : Lelah
Suara debur ombak terdengar keras di malam yang dingin, angin bertiup kencang menciptakan suara gemersik dedaunan pohon, malam yang gelap hanya disinari secercah cahaya rembulan sebagai penerang
Puluhan motor berderet memenuhi jalan raya yang sepi, tempat yang akan dijadikan balapan para geng motor yang cukup terkenal
Sorak ramai penonton memenuhi arena, menyorakkan nama jagoan mereka masing-masing
"NAUFAL"
"REGAN"
"NAUFAL"
"REGAN"
Begitulah suara para penonton meneriakkan nama dua ketua terkenal dari masing-masing geng tersebut, Felis Catus dengan Naufal sebagai ketuanya dan Kobra dengan Regan sebagai ketuanya
"Lo udah siapin mental belum? Gue takut lo nangis-nangis terus pulang ngadu sama ummi abi lo" Regan mengatakan itu sambil memandang Naufal dengan tatapan merendahkan
"Nggak salah ngomong lo? Udah siap kalah yang keenam kalinya? Upsss mungkin tujuh kali?" Naufal membalas dengan ejekan yang pasti membuat Regan panas mendengarnya
"BR*NGS*K LO" Regan mulai memasang helm dan menyalakan motor yang menimbulkan suara berisik knalpot motor
Naufal tersenyum puas melihat itu, inilah yang dia tunggu, saat musuhnya mulai dikendalikan oleh emosi, emosi itu akan mengontrol mereka hingga tak fokus dengan apa mereka perbuat
Naufal mulai memakai helm dan menyalakan motor yang membuat gengnya juga penonton terutama perempuan menjerit histeris, ditengah malam yang gelap, suara bising knalpot motor menghiasi jalanan tepi pantai itu, suara debur ombak malam menjadi irama pertarungan mereka
"Siap"
"Mulai"
Seorang wanita berpakaian cukup terbuka mengangkat bendera, saat itulah dua kendaraan itu melesat dengan kecepatan diatas rata-rata untuk saling mendahului dan menyalip satu sama lain
Naufal melihat Regan seperti orang kesetanan yang dipenuhi ambisi untuk menang, ia tersenyum miring melihat itu, Naufal sengaja memperlambat sedikit kecepatan motornya, Regan yang merasa Naufal tertinggal dibelakangnya mengacungkan jari tengahnya ke arah Naufal, saat tikungan terakhir yang cukup curam Naufal menambah kecepatan motornya hingga mendahului Regan yang mulai lengah saat itu, akhirnya bisa dipastikan motornya yang sampai lebih dulu sebagai pemenang
"Gimana? Mental masih aman bro?" Naufal melepaskan helm dan melempar senyum meremehkan
"B*J**G*N LO" muka Regan memerah dan dengan cepat melayangkan pukulan ke arah Naufal
"Nggak malu lo bro? udah kalah main fisik lagi" Naufal menyeka sudut bibirnya yang berbdarah akibat pukulan itu
"Gue seharusnya yang nanya, nggak malu lo? anak kyai kok jadi brandalan kayak gini?"
"Jangan pernah bawa-bawa nama orang tua gue b*j*ng*n" Naufal memegang kerah leher baju Regan dengan kuat, ia memang sangat sensitif jika ada hal yang berhubungan dengan orang tuanya
"Kenapa? malu lo?" Regan tersenyum miring, sedangkan para anggota dari kedua geng itu sudah bersiap, berjaga-jaga kalau pertengkaran dua pemimpin itu berujung pada penyerangan anggota
"Kenapa harus malu? kalau mereka aja kayak nggak pernah nganggep gue ada" Naufal melepaskan cekalannya dan mundur perlahan
"Pertarungan kita selesai sampai disini, gue nggak mau temen-temen yang lain terluka karena pertengkaran pribadi, kalau lo udah siap buat kalah lagi beritau gue" Naufal berbalik arah dan memasang helm menuju motornya setelah mengucapkan kata-kata itu
"GUE PASTIKAN INI KEMENANGAN TERAKHIR LO" Regan berteriak keras saat Naufal menyalakan mesin motornya hingga menimbulkan suara bising
Ditemani malam yang gelap dengan purnama dan jutaan bintang yang menghiasi langit, dua pemimpin itu merenung, dulu pernah bersama layaknya sebuah saudara, kini terpisah jarak jauh sebagai musuh karena satu alasan hati dan sebuah kesalah pahaman yaitu perempuan
.
Cahaya mentari bersinar cerah menyambut hari baru dengan harapan dan semangat baru sebagian orang untuk memulai hari menjadi lebih baik lagi
Aqila menenteng buku-buku pelajarannya juga buku gambar yang tak pernah absen dibawanya, ia menuruni tangga perlahan sambil berbalas pesan dengan Renata melalui ponsel di tangan kanannya
Sayup-sayup terdengar suara tawa dan obrolan hangat dari meja makan, Aqila melihat dari atas tangga ternyata orang tuanya sudah pulang dari perjalanan bisnis, ia tersenyum miris, bahkan tak ada yang memberitahunya atau setidaknya mengetuk pintu kamarnya untuk sarapan bersama?
Aqila memasukkan ponsel dalam tas slempangnya dan mendekap erat buku yang dibawanya, ia menarik nafas panjang dan memilih berjalan lurus ke arah pintu dari pada ikut sarapan bersama
Ia sekarang bukan lagi Aqila yang akan menagih oleh-oleh dari papanya, berteriak semangat untuk mengucapkan selamat pagi, atau menanyakan kepada ibunya kapan akan pergi belanja bersama ke mall
Hatinya pedih melihat semua ini, bohong jika ia mengatakan tidak iri kepada Reyna, ia iri melihat Reyna yang dimanjakan tapi apa yang bisa dilakukannya jika mereka bahkan seperti enggan melihatnya
"Mereka mungkin akan menyadari keberadaanmu saat kau menjauh dari mereka"
Kata-kata Naufal terngiang di kepalanya, sekarang ia mulai menjauh tak peduli apakah mereka menyadarinya atau tidak, tapi ia sudah lelah dengan semua ini, lelah berharap, lelah berusaha yang tak dihargai dan lelah selalu tersenyum disaat hati terluka
"Non Aqila nggak ikut sarapan?" Pak Roni yang sedang memanaskan mobil menyapa dirinya saat menuju bagasi mengambil motornya
"Aqila buru-buru pak nanti aja di kampus"
"Non Aqila keliatannya pucet banget, yakin baik-baik aja?"
"Mungkin karena kebanyakan begadang pak, biasa banyak tugas"
"Tugas memang penting tapi kesehatan lebih penting, jadi jangan anggap remeh kesehatan"
"Makasih pak"
Inilah salah satu alasan yang membuat Aqila tak terlalu kesepian dirumah besar ini, karena ada orang yang masih membuatnya bisa merasakan rasanya dikhawatirkan sebagai keluarga
Pohon-pohon besar yang rindang menutupi jalan dengan daunnya yang lebat, daun-daunnya yang kering berjatuhan tertiup angin, cahaya matahari terlihat menembus dari celah-celah dedaunan pohon
Tak banyak kendaraan yang lewat, itulah salah satu alasan Aqila memilih ke kampus lewat jalan ini walaupun jaraknya lebih jauh dari jalan yang biasa dilaluinya
Pikirannya sedang kacau pagi ini, jadi ia memilih menyegarkan pikirannya dengan melihat pepohonan rindang dan mendengar suara kicauan burung dibandingkan mendengar suara klakson dan melihat kendaraan berlalu lalang
Pandangan Aqila terfokuskan pada motor besar yang terparkir di seberang jalan dan seseorang berpakaian serba hitam yang tergeletak disamping nya
"Samperin nggak ya?" Aqila memelankan laju kendaraannya dan mulai berkutat dengan pikirannya untuk menolong orang itu atau melewatinya
Tak sedikit kasus yang ia dengar tentang seseorang yang berpura-pura pingsan atau terluka di pinggir jalan, namun saat di tolong orang itu malah melakukan kekerasan seperti merampok bahkan melukai orang yang telah berbaik hati menolongnya
"Gue sebenernya mau nolongin, tapi kalau dia balik ngelukain gue gimana dong?"
Aqila mengamati orang itu dari dekat tanpa turun dari kendaraanya untuk berjaga-jaga
"Hei"
"Hei"
Aqila memilih turun dari motornya saat melihat orang itu benar-benar terluka, nampak di lengannya terdapat goresan yang cukup panjang dan terlihat dalam
"To tolong"
.
Banyak Typo...🙏🙏🙏