Darra Smith adalah seorang anak yatim piatu yang menikah muda dengan suaminya Raynard Walt. Di tahun kedua pernikahannya, semuanya berubah. Mertua dan kakak iparnya kerap ikut campur dengan rumah tangganya. Di tambah perusahaan yang dibangun suaminya mengalami masalah keuangan dan terancam bangkrut. Situasi kacau tersebut membuat Raynard selalu melampiaskan kemarahannya kepada Darra. Ditambah lagi Darra tak kunjung hamil membuat Raynard murka dan menganggap Darra adalah pembawa sial.
"Aku sudah tidak sanggup hidup denganmu, Darra. Aku ingin bercerai!"
Kalimat itu seperti suara gelegar petir menghantam Darra.
Setelah kejadian pertengkaran hebat itu, kehidupan Darra berubah. Bagaimana kisah selanjutnya
ikuti terus ya....
Happy Reading 😊😊😊
Update hanya hari senin sampai jumat 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGHADIRI ACARA PANTI ASUHAN
💌 POSESIF SETELAH BERCERAI 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
Brinita Matthew mengernyitkan dahi, saat melihat Alton dan Dave sudah berpakaian rapi dengan celana dan kemeja. Sementara ini adalah hari minggu. Penampilannya seperti ingin berangkat ke kantor saja.
"Pagi-pagi sudah rapi sayang." Brinita melihat jam yang ada di pergelangan tangannya , masih pukul 8.15 wib. Brinita menatap heran. "Mau kemana nak?" Tanyanya lagi kepada Dave.
Alton tersenyum melihat wajah istrinya yang sudah segar dan wangi. "Sudah bangun sayang? kita sarapan dulu!" Alton bangun dari duduknya dan mengajak Brinita duduk di sampingnya.
"Hei....kalian belum menjawabku." Ucap Brinita memandangi suaminya dan Dave bergantian.
Dave tersenyum menatap wanita paruh baya yang hatinya begitu lembut itu. Selama ia tinggal bersama keluarga Mattew, tidak pernah sekalipun wanita ini mengeluarkan suara keras kepadanya. Dave benar-benar mereka anggap seperti anak sendiri dan diperlakukan dengan baik. Dave sangat bersyukur akan itu, banyak kejadian setelah keluar dari panti asuhan dan di adopsi keluarga barunya, mereka diperlakukan tidak baik.
"Mommy mau sarapan apa? biar Dave yang buatkan."
"Sayang, jangan bilang kalian lupa ini hari apa?" lagi-lagi Brinita tak menggubris ucapan Dave.
Dave terkekeh. "Ini hari minggu mom."
"Terus kalian mau kemana? bukankah kita sudah ada janji untuk mengunjungi keluarga di kota A." Tanya Brinita kepada suaminya. Ia tidak puas saat Dave tidak memberikan jawaban kepadanya.
Alton tersenyum sambil menikmati sarapannya, ia lalu mengambil air putih di sampingnya. Pria berwajah teduh itu meneguknya pelan. "Kita mau ke panti asuhan tempat Dave dibesarkan. Kau mau ikut?" tawar Alton kepada istrinya. Ia kembali memotong roti dengan pisau lalu memasukkan potongan roti itu ke mulutnya.
"Ke panti asuhan? Bukankah baru bulan lalu Dave ke sana?" Tanya Brinita. Walau sesungguhnya Brinita tahu tujuan suaminya pergi ke panti asuhan adalah memberikan sumbangan untuk pembangunan kapel yang ada di panti asuhan. Karena ia sudah melihat undangan berwarna biru di atas meja. Ya... mereka adalah salah satu penyumbang terbesar untuk pembangunan di sana. Dave juga ikut berpatisipasi dalam memperbaiki layanan kesehatan dan membantu banyak orang keluar dari kemiskinan. Setiap ada kegiatan kemanusiaan, Dave dan suaminya selalu ikut serta dalam hal itu.
"Ada pesta perayaan di sana, kalau kau mau ikut, silakan salin pakaianmu dan kita pergi bersama."
Brinita mengembuskan napas panjang. "Aku tidak bisa ikut sayang. Hari ini aku menghadiri Grand opening fashion boutique ternama di kota ini." Ucap Brinita.
Dave memberikan roti kesukaan Brinita. "Ini buat mommy,"
"Ahhhhh...terima kasih sayang." Brinita mengambil piring yang berisikan roti dari tangan Dave.
"Sekarang makanlah dulu sayang, kita bisa bicara setelah setelah selesai makan." kata Alton kemudian.
Dave dan yang lainnya setuju juga. Mereka menikmati sarapannya dalam tenang dan melakukan percakapan-percakapan kecil. Tak beberapa lama, Dave tersenyum melepaskan sendoknya secara terbalik. Menandakan ia sudah selesai sarapannya. Ia mengusap mulutnya dengan tissue, lalu bangun dari duduknya.
"Sepertinya aku harus pergi dad, mom."
Brinita mengangkat wajahnya melihat Dave. "Sayang, kau tidak pergi bersama daddy?"
"Dave ada urusan lain, kemungkinan ia menyusul ke panti asuhan." kata Alton menjawab.
"Aku pergi mom," Dave mendekat dan memberikan ciuman pipi kiri dan kanan kepada Brinita dan melakukan hal yang sama kepada Alton.
"Oke, sampai bertemu jam 12 nanti, Dave."
"Baik, dad."
Dave melangkah meninggalkan dapur. Dia pergi tanpa ditemani Albert. Jika hari libur, dia tidak pernah merepotkan Albert kecuali benar-benar terdesak. Hari ini Dave ingin menyelesaikan pekerjaannya dulu, baru ia ke panti asuhan.
⭐⭐⭐⭐⭐
SEMENTARA DI SISI LAIN.
Taksi membawa Darra menyusuri jalanan yang jauh dari kota. Mobil ini akan membawanya ke sebuah panti asuhan St Maria. Suasana pegunungan yang indah dan benar-benar menenangkan hati. Lokasi di mana tempat panti asuhan berada memang agak tinggi, dan angin sejuk berembus membawa bau pepohonan yang banyak tumbuh di sekitar. Hijaunya pepohonan rindang benar-benar memanjakan mata. Darra sengaja menurunkan kaca mobilnya. Ingin menikmati perjalanan ini. Matahari terhalang oleh gunung dan pepohonan.
"Hmmm.... udaranya sejuk sekali," Darra menutup matanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Ia menghirup udara sejuk yang menerpa wajahnya dan juga menerbangkan sebagian rambutnya. Ia terus tersenyum bahagia. Sang supir taksi hanya tersenyum dan tetap fokus melajukan mobilnya.
"Apa nona baru pertama kali ke sini?" tanya supir taksi.
Darra kembali memasukkan kepalanya dan tertawa lebar kepada supir taksi itu. "Terakhir aku datang ke sini sebelum aku menikah pak. sudah ada tiga tahun lah pak,"
"Sudah cukup lama nona,"
"Hmm, iya pak." jawab jawab tersenyum teduh, ia kembali menatap jalanan dengan perasaan bahagia, sambil membelai perutnya dengan lembut.
Setelah jalan berkelok-kelok melalui pegunungan yang indah, akhirnya mereka sampai pada sebuah desa yang damai dan menenangkan hati dan pikiran. Berada di bawah tonjolan batu besar, desa tersembunyi terletak sempurna untuk pemandangan yang sungguh indah. Supir taksi langsung berhenti di depan pagar kokoh. Bentuk dan tempat itu masih sama, hanya cat dulunya memudar kini sudah di cat ulang kembali. Dekorasinya sedikit berbeda. Sebagian dari panti asuhan itu sedang tahap renovasi dan sepertinya ada pembangunan baru lagi. Dari bentuknya Darra tahu bahwa itu adalah kapel.
Darra menarik napas singkat dan segera turun dari mobil, setelah memberikan uang taksinya. "Terima kasih pak," ucap Darra dengan sopan.
"Sama-sama nona,"
"Jangan lupa enam jam lagi, bapak bisa menjemputku kembali." kata Darra mengingatkan.
"Baik, nona." ucap supir taksi tersenyum mengangguk, lalu memutar mobilnya untuk meninggalkan tempat itu.
Di sini memang tidak ada mobil lalu lalang kecuali berjalan jauh menunggu di halte. Tapi itu tidak mungkin dilakukan Darra. Karena jalanan di sini sepi dan ia sedang mengandung. Darra tersenyum sambil membuka mulut. Ia rindu tempat ini. Apalagi dekorasi barunya, benar-benar membuat hati tenang. Darra memang datang lebih awal dari jadwal yang di tentukan. Karena ingin mengikuti misa di panti asuhan ini. Sudah cukup lama Darra tidak mengikuti kegiatan panti asuhan. Sebelum acara pembukaan dimulai. Anak-anak akan dikumpulkan untuk mendengarkan pengarahan dari suster dan berbagai permainan akan dilakukan agar anak-anak bahagia.
Darra berjalan, memasuki gerbang pagar kokoh itu. Pemandangan hamparan rumput hijau dengan beberapa bunga kecil kuning yang tumbuh di halaman panti menyambutnya ketika tiba di sana. Benar-benar tidak ada yang berubah. Taman itu jauh lebih indah dipenuhi dengan bunga-bunga. Biasanya para suster akan mengambil bunga ini dan ditempatkan di sekitar altar saat Misa. Karena gereja memiliki tata cara dan aturan yang berbeda mengenai bunga dan memaknai bunga sebagai simbolisme spiritual. Darra menghampiri salah satu biarawati yang begitu di kenalinya. Ia tengah asyik mengambil bunga.
"Selamat pagi suster?" Sapa Darra dengan lembut. Ia menahan senyumnya di sana.
Seorang biarawati bangun dari duduk jongkoknya dan membalikkan badan. Ia begitu terkejut saat melihat Darra ada di sana.
"Darra, benarkah kamu itu?" Tanya suster saat melihat perubahan badan Darra dari atas sampai ke bawah. Darra kini tengah mengandung.
Darra mengangguk antusias. Ia tersenyum saat melihat mata suster sudah berkaca-kaca menahan haru.
"Astaga Darra sudah lama sekali kau tidak berkunjung ke sini," Suster mendekat dan memeluk hangat tubuh Darra. Darra membalas pelukan itu dan kemudian melepaskannya. Mereka saling menatap haru.
"Apa kabar Darra?"
"Sangat baik suster,"
"Satu jam lagi ibadah akan dimulai. Saya membawa bunga-bunga ini ke kapel dulu. Nanti kita bicara lagi."
"Baik, Suster." ucap Darra mengangguk.
"Aku tinggal dulu, kau bisa langsung ke belakang." Ucap suster melangkah meninggalkan Darra.
Darra hanya tersenyum. Ia menarik napasnya dan kemudian berjalan menuju taman belakang dimana acara perayaan panti asuhan di langsungkan.
BERSAMBUNG.....
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini Novel ke sepuluh aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
orang kl dah move on dia akn biasa saja, tp kl lihat sikap dara dah tau dara blm move on, mending Dave cari yg lain saja lah, Dara blm selesai dng hatinya, drpd sakit nnti.
Dara biar jd istri ke dua ray kn masih cinta. kl dah gk cinta pasti akn biasa saja dan dng elegant melawan ray. 🤣
kurang /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/