cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenangan Terakhir Sin Kai Sian.
Tanpa terasa, tiga musim berlalu kembali dengan begitu cepat, kini usia Cin Hai sudah genap sepuluh tahun.
Wajah nya kini terlihat sangat tampan dengan kulit putih bersih dan tubuh kekar berotot.
Kini kegiatan mengambil air di sungai, atas saran dari Yin Mei putri sang Patriak, sudah menjadi kegiatan rutin Cin Hai, tidak lagi bergantian dengan murid murid perguruan yang lain nya l.
Entah karena apa, semakin lama, kebencian Yin Mei kepada Cin Hai semakin menjadi jadi saja, apa lagi kini Cin Hai sudah semakin akrab dengan Me Hwa yang kini sudah menjadi dara cantik berusia tiga belas tahun itu, kebencian Yin Mei kian besar kepada nya.
Ditambah lagi dengan bantuan dari kakak sepupu nya Sin Wen dan Mei Li, kebencian nya seperti mendapat angin segar.
Kakek Guan dan nenek Mou Ni bukan nya tidak tahu, tetapi mereka juga tidak berdaya menghadapi semua ini.
Seluruh teori pelajaran silat jurus Sin Houw Liong Cam (Harimau sakti membunuh naga) yang di ajarkan oleh kakek Guan dan nenek Mou Ni, sudah dia kuasai di luar kepala, tinggal pematangan nya lagi dengan cara selalu latihan terus menerus.
Begitu juga dengan jurus Sin Kai Thien Tin (pengemis sakti menggoncang langit ) dari kakek Sin Kai Sian, sudah dia kuasai keseluruhan nya, tinggal pemantapan nya saja lagi.
Begitupun dengan ilmu meringankan tubuh Hui Fung, sudah hampir mencapai tingkat ke delapan.
Dalam tiga tahun itu pula, tingkat kultivasi Cin Hai melesat, tiga tingkat, menerobos ke ranah Alam Ksatria tingkat menengah, tanpa siapa pun mengetahui nya.
Ini semua terjadi tentu saja atas bimbingan dan bantuan kakek Sin Kai Sian sendiri, yang tanpa rasa lelah, membimbing Cin Hai.
Kini di usia sekarang ini, Cin Hai sering pergi ke hutan selama berhari hari lama nya.
Hal itu dia lakukan, Disamping menghindari murid murid perguruan Sin Houw yang mulai banyak yang tidak senang kepada nya terutama pihak laki laki. karena banyak nya murid murid perempuan yang mengidolakan Cin Hai karena ketampanan dan bentuk tubuh nya yang luar biasa itu, juga untuk berlatih silat dan berkultivasi di tengah hutan yang jauh dari keramaian.
Tidak jarang juga Cin Hai pergi kehutan hingga berhari hari bersama kedua sahabat nya itu.
Di pondok mereka yang berada di tengah hutan itulah Cin Hai menginap.
Diam diam dia sering memberi petunjuk tentang kelemahan kelemahan dari jurus silat yang di mainkan kedua sahabat nya itu, serta memberikan petunjuk bagai mana cara menutupi kelemahan dari jurus itu, agar tidak ada celah yang dapat di manfaatkan pihak lawan.
Dengan mengetahui titik titik kelemahan jurus mereka itu, bila nanti mereka Berti dengan lawan dengan jurus yang sama, mereka tahu letak kelemahan lurus lawan nya.
Yi Feng dan Ma Qiau memang sudah tahu dengan kejeniusan otak Cin Hai itu, jadi mereka tidak terlalu heran bila sahabat mereka itu bisa tahu letak titik titik lemah dari jurus itu.
Dengan menutupi celah dari jurus jurus mereka, kini Yi Feng dan Ma Qiau sebenar nya menjadi tokoh remaja yang cukup pilih tanding juga.
Pada suatu hari, seperti biasa nya, setelah selesai mengambil air di sungai untuk memenuhi gentong gentong air di seluruh perguruan Sin Houw, Cin Hai segera mengunjungi kakek tua Sin Kai Sian di pondok nya.
Saat itu kakek tua itu sedang duduk di depan pintu pondok nya itu.
Wajah kakek Sin Kai Sian nampak berseri seri saat melihat Cin Hai datang.
"Ayo ayo masuk nak, kakek sedari tadi menantikan kamu" ujar kakek Sin Kai Sian sambil mempersilahkan Cin Hai naik kedalam pondok nya itu.
Cin Hai segera mengeluarkan bekal yang dia bawa untuk kakek Sin Kai Sian.
"Nak!, ini kali terakhir kau mengantarkan bekal untuk ku, setelah ini kau jangan datang kesini lagi nak!" ujar kakek Sin Kai Sian sambil mengunyah makanan yang di berikan oleh Cin Hai.
Terperanjat Cin Hai mendengar perkataan dari kakek tua renta yang baik hati itu, "memang nya setelah ini, kakek mau kemana kek?" tanya nya lugu.
"He he he he, tentu saja meneruskan pengembaraan kakek nak, menyusuri alam semesta yang tak bersisi ini!" jawab kakek Sin Kai Sian terkekeh tertawa.
"Apakah Cin Hai boleh ikut kek?" tanya Cin Hai lagi.
"He he he he, tentu saja tidak boleh nak, tugas dan tanggung jawab mu masih banyak, ini terimalah cincin ruang kelas satu ini nak sebagai warisan dari kakek, mulai sekarang kau resmi sebagai murid satu satu nya dan penerus dari Sin Kai Sian, kau bisa mengaktifkan cincin itu dengan meneteskan darah mu, aku sudah mengajarkan semua pengetahuan ku pada mu, ilmu silat, teori berkultivasi, ilmu tabir gaib , ilmu Formasi sudah ku turun kan semua, tinggal kau berjalan lah di jalan kebenaran nak, para Dewa akan menjaga mu, sekarang terimalah pemberian terakhir dari ku ini nak, kau duduklah dengan sempurna, buka semua titik Meridian mu, dan salurkan apa yang kuberikan ini kedalam Dantian mu, tidak usah kau lawan!" ucap kakek tua renta itu menyuruh Cin Hai duduk sempurna membelakangi diri nya.
Setelah Cin Hai duduk sempurna, kakek Sin Kai Sian segera menempelkan kedua telapak tangan nya ke punggung Cin Hai.
Cin Hai merasa ada arus qi murni yang mengalir dari telapak tangan kakek Sin Kai Sian memasuki tubuh nya.
Mula mula arus itu terasa kecil saja, namun semakin lama, arus itu semakin membesar memasuki setiap titik Meridian nya, memenuhi Dantian nya.
Arus energi qi murni itu terus mengalir memasuki tubuh Cin Hai, sehingga tubuh anak itu bergetar hebat sekali.
tetapi beruntung, dengan latihan beban membawa ember setiap hari, menjadikan daya tahan tubuh nya sangat kuat sekali.
Seandainya bukan diri nya yang menerima energi sebesar itu, sudah bisa dipastikan jika tubuh orang itu akan meledak dahsyat, karena Dantian nya pecah.
Setelah beberapa saat lama nya, energi qi murni yang mengalir kedalam tubuh Cin Hai semakin melemah, dan akhirnya berhenti sama sekali, bersamaan dengan ambruk nya tubuh Sin Kai Sian di belakang Cin Hai.
Cin Hai membalikan tubuh nya, dilihat nya tubuh Kakek tua Sin Kai Sian tinggal tulang belulang berbalut kulit saja lagi yang tersisa.
"Kakek!, kakek!" suara Cin Hai memecah kesunyian hutan.
Tiba tiba dari dalam tubuh kakek tua renta itu l, memancar cahaya putih ke biru biruan.
Cahaya putih itu menggumpal dan memadat, membentuk tubuh seorang pemuda tampan berusia sekitar dua puluh lima tahunan berpakaian serba putih.
"Cin Hai murid ku, tugas terakhir ku telah selesai ku tunaikan, inilah wujud asli ku sekarang nak, akulah Sin Kai Sian yang sejati, aku sengaja menutupi kultivasi mu agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari, aku akan meneruskan pengembaraan ku, sewaktu waktu, aku akan datang menjenguk mu, pergilah ke Utara, carilah lembah Dewa Maut, ada sesuatu yang menanti mu di sana nak, berjalan lah dengan takdir mu sendiri, tebarkan kebaikan di muka Bumi ini, perangi lah semua kejahatan , perbanyak lah berbuat kebajikan!" ucap pemuda tampan perwujudan dari Sin Kai Sian sekarang ini.
Setelah itu, pemuda perwujudan dari cahaya itu pecah seperti kunang kunang, lalu menghilang dari pandangan mata.
Bersamaan dengan sirna nya tubuh sang Suhu, pondok yang tadi ada, perlahan ikut sirna menjadi sebatang pohon Ara besar.
Lama Cin Hai berdiri terpaku ditempat nya, tidak mengerti apa yang harus dia lakukan.
Dia meyakini jika sang Suhu sekarang sudah menjadi seorang Dewa.
...****************...