Seorang pendekar muda bernama Panji Rawit menggegerkan dunia persilatan dengan kemunculannya. Dia langsung menjadi buronan para pendekar setelah membunuh salah seorang dedengkot dunia persilatan yang bernama Mpu Layang, pimpinan Padepokan Pandan Alas.
Perbuatan Panji Rawit ini sontak memicu terjadinya kemarahan para pendekar yang membuatnya menjadi buronan para pendekar baik dari golongan putih ataupun hitam. Sedangkan alasan Panji Rawit membunuh Mpu Layang adalah karena tokoh besar dunia persilatan itu telah menghabisi nyawa orang tua angkat nya yang memiliki sebilah keris pusaka. Ada rahasia besar di balik keris pusaka ini.
Dalam kejaran para pendekar golongan hitam maupun putih, Panji Rawit bertemu dengan beberapa wanita yang selanjutnya akan mengikuti nya. Berhasilkah Panji Rawit mengungkap rahasia keris pusaka itu? Dan apa sebenarnya tujuan para perempuan cantik itu bersedia mengikuti Panji Rawit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Warung Makan
'Panji Rawit?!
Nama ini tidak pernah terdengar di dunia persilatan. Tapi kemampuan beladiri nya luar biasa. Aku Pramodawardhani, si Perawan Gunung Wilis, tak pernah kesulitan untuk menghadapi seorang pendekar pun bahkan jika dia adalah seorang pendekar ternama seperti Si Malaikat Buta ataupun Setan Pengemis Gunung Kumitir. Tapi menghadapi nya aku seperti anak kecil yang baru belajar silat. Bahkan ayam hutan panggang nya pun tak bisa aku rebut. Apakah dia adalah seorang pendekar yang baru turun gunung? '
Berbagai pikiran berkecamuk di dalam otak Pramodawardhani. Dia terdiam mendengar jawaban Panji Rawit dengan sejuta pertanyaan. Hal ini membuat Panji Rawit menatapnya lekat-lekat dengan sedikit keheranan.
"Nisanak nisanak Pramodawardhani.. ", panggil Panji Rawit segera. Namun perempuan cantik berkemben coklat itu tak juga menjawabnya karena masih sibuk dengan pikirannya sendiri hingga Panji Rawit langsung menggoyangkan telapak tangan nya di depan wajah Pramodawardhani.
" Hei, kenapa kau malah melamun?! ", ucapan sedikit Panji Rawit langsung menyadarkan Pramodawardhani dari pikiran nya.
" Oh eh iya, ada apa Kisanak Panji Rawit? ", gagap Pramodawardhani berbicara hingga Panji Rawit langsung menggelengkan kepalanya.
" Kau ini kenapa malah melamun begitu heh? Jangan kebanyakan melamun, tidak baik. Apalagi di tempat seperti ini. Bisa kemasukan setan.. ", Panji Rawit bergidik ngeri sembari tolah-toleh memperhatikan keadaan sekitar.
"T-tidak melamun kog. Cuma lagi memikirkan sesuatu saja. Oh iya Kisanak, kemana tujuan mu setelah ini?", tanya Pramodawardhani kemudian.
Panji Rawit terdiam sejenak mendengar pertanyaan ini. Sejujurnya, ia tidak ingin melibatkan siapapun dalam urusannya membalas dendam atas kematian keluarga ayah angkatnya akan tetapi dia juga tidak bisa mengajak orang lain dalam urusan ini.
'Lebih baik aku berhati-hati dan waspada terhadap semua kemungkinan yang mungkin akan terjadi. Pramodawardhani orang yang baru ku kenal jadi lebih baik aku tidak mengatakan hal yang sebenarnya'
"Eh aku ingin ke utara, Pramodawardhani. Tepatnya ke wilayah Pakuwon Tanjungsari. Ada sesuatu yang perlu aku selesaikan disana", jawab Panji Rawit sambil tersenyum.
" Wah kita satu arah. Kalau kau tidak keberatan, bagaimana kalau kita jalan bersama? Setidaknya kita bisa saling menjaga selama perjalanan. Kau tahu, jalur ini tidak terlalu aman karena sering terjadi perampokan", senyum Pramodawardhani merekah selesai berbicara.
"T-tapi aku.. "
"Tapi apa? Jangan khawatir, aku bisa menjaga diri dengan baik. Aku pasti tidak akan merepotkan mu selama perjalanan", keukeuh Pramodawardhani ingin jalan bersama.
" Bukan itu maksud ku. Aku hanya eh bagaimana ngomong nya ya eh begini bekal perjalanan sangat sedikit dan itu tidak cukup untuk kita berdua ", mendengar alasan Panji Rawit, Pramodawardhani tersenyum sembari merogoh buntalan kain di punggungnya. Dia mengeluarkan sekantung kepeng yang jumlahnya cukup banyak.
" Kau tak perlu mengkhawatirkan hal itu. Bekal ku cukup banyak untuk beberapa purnama ke depan "
Mendengar jawaban dari Pramodawardhani, Panji Rawit tak punya alasan lagi untuk menolak keinginan perempuan cantik berwajah bulat telur ini. Maka setelah selesai membereskan barang bawaannya, Panji Rawit melenggang ke arah utara bersama dengan Pramodawardhani.
Melewati jalan setapak yang membelah kawasan hutan dan ladang penduduk, mereka terus bergerak ke arah utara. Sepanjang perjalanan, dua muda-mudi ini saling berbincang-bincang tentang banyak hal.
Dari perbincangan ini, Panji Rawit menjadi tahu bahwa Pramodawardhani bukanlah seorang pendekar wanita biasa. Pramodawardhani adalah putri dari pejabat menengah dalam tata pemerintahan kerajaan Medang yang bernama Demung Wiratama. Ayahnya mengurusi pergudangan Istana Medang yang disebut dengan Keraton Medang Sawit.
Sekedar tahu saja, saat itu Kerajaan Medang baru berpindah dari wilayah tengah Pulau Jawa ke wilayah timur. Perpindahan ini terjadi karena ibukota Medang di Pohpitu hancur karena meletusnya Gunung Mandrageni yang mengubur seluruh wilayah Kotaraja Pohpitu dengan lahar panasnya.
Raja Medang terakhir di Pohpitu, Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa Rakai Pangkaja yang bergelar abhiseka Sri Vijayalokanamotunggadewa, tewas di istananya karena tidak mau mengungsi meskipun keadaan Pohpitu sedemikian gawatnya. Putra kakaknya yang tewas dalam perebutan tahta di awal masa pemerintahan Dyah Wawa yakni Sri Maharaja Mpu Wagiswara, Rakai Hino Mpu Sindok membawa serta beberapa pejabat penting, pendeta dan beberapa benda penting seperti panji kerajaan serta pusaka yang dianggap menjadi bukti kekuasaan raja ke wilayah timur.
Sebenarnya, carut marut pemerintahan Kerajaan Medang berawal dari meninggalnya Prabu Dyah Balitung yang belum sempat menunjuk putra mahkota sebelum kematiannya. Karena ketiga putra raja masih kecil, maka Mapatih Dyah Daksa yang masih saudara Dyah Balitung naik tahta. Selepas ketiga putra Prabu Dyah Balitung dewasa, Prabu Dyah Daksa enggan untuk segera menyerahkan tahta kepada salah satu putra mendiang Prabu Dyah Balitung yang mengakibatkan pemberontakan besar-besaran.
Dyah Daksa tewas dalam pemberontakan para pangeran yang akhirnya memunculkan Dyah Tulodong sang putra ketiga yang juga merupakan putra kesayangan Prabu Dyah Balitung naik tahta menggantikannya. Sementara itu kedua kakaknya hanya bisa memendam kekecewaan dan dendam.
Di bawah hasutan Dyah Wawa sang putra kedua, Mpu Wagiswara yang merupakan putra tertua memberontak yang berhasil menggulingkan tahta Dyah Tulodong pada tahun 924 Masehi atau 846 Saka. Namun perebutan kekuasaan di Pohpitu masih belum selesai.
Dyah Wawa yang ingin menduduki tahta kerajaan Medang menyuruh seorang dayang istana untuk mencampurkan racun ke dalam minuman Mpu Wagiswara kakaknya sendiri. Mpu Wagiswara tewas setelah gagal mendapatkan pengobatan sepekan setelah peristiwa itu. Dyah Wawa akhirnya naik tahta juga namun untuk mengamankan tahta ia mengangkat anak Mpu Wagiswara di jabatan penting kerajaan Medang.
Itulah kenapa sebabnya, para punggawa kerajaan Medang dan para pemuka agama bersedia mengikuti Mpu Sindok mengungsi ke daerah Pulau Jawa bagian timur. Mpu Sindok pun yang tak ingin keturunan nya terlibat lagi dalam masalah lama di Dinasti Syailendra, memilih untuk menggunakan gelar abhiseka berbeda dengan para pendahulunya yakni Sri Maharaja Isyanawikrama Dharmotunggadewavijaya.
Kembali ke perjalanan Panji Rawit dan Pramodawardhani, dua orang pendekar muda ini akhirnya mencapai tepian Sungai Wulayu tepatnya di wilayah Wanua Mantingan. Pramodawardhani yang kelaparan langsung menggelandang tangan Panji Rawit ke arah warung makan yang ada di pertigaan jalan.
"Ki, kami pesan makanan nya ya.. Apa saja yang penting bisa untuk mengganjal perut", ucap Pramodawardhani setelah mereka masuk ke dalam warung makan ini.
" Menu masakan kami yang menjadi andalan kami adalah ikan bakar disiram kuah santan. Jika nisanak berkenan, kami segera menyiapkannya ", ucap lelaki paruh baya bertubuh gemuk yang merupakan pemilik warung makan ini dengan ramah.
" Aku tidak keberatan. Siapkan saja dua hidangan dan antar ke meja kami. Perkara bayar, kau tak perlu khawatir Ki, uang ku cukup untuk membeli banyak makanan mu", Pramodawardhani menepuk pinggangnya hingga gemerincing kepeng beradu terdengar. Sang pemilik warung langsung tersenyum lebar dan mempersilahkan Panji Rawit dan Pramodawardhani untuk memilih tempat. Keduanya pun segera berjalan ke arah sudut ruangan warung yang dekat dengan jalan raya.
Sejak awal kedatangannya, pasangan Panji Rawit - Pramodawardhani memang menarik perhatian para pengunjung yang sedang makan atau menunggu pesanan mereka selesai. Tak terkecuali dua orang bertampang sangar yang duduk di pojokan.
"Sepertinya perempuan itu banyak duit Kang. Kita harus memberitahu Lurah e hal ini", bisik si lelaki berkumis tebal lirih pada seorang laki-laki berbadan gempal di sebelahnya.
" Iya Ndung.. Ayo, jangan buang waktu ", balas si lelaki berbadan gempal itu setuju. Keduanya bergegas keluar dari warung, meninggalkan makanan mereka yang masih separuh. Gerak gerik mencurigakan dari kedua orang ini tak lepas dari lirikan mata Panji Rawit.
Begitu makanan pesanan Panji Rawit dan Pramodawardhani datang, keduanya langsung menyantapnya dengan lahap. Maklum saja, seharian penuh di perjalanan mereka berdua hanya mengisi perutnya dengan ayam hutan panggang tadi pagi dan beberapa buah yang mereka dapat di perjalanan.
Tak berapa lama kemudian, beberapa orang bertubuh kekar dengan tampang seram datang ke warung makan. Mata mereka celingukan kesana kemari. Saat itu dua orang yang keluar dari warung makan tadi langsung menunjuk ke arah tempat Panji Rawit dan Pramodawardhani.
Melihat itu, Panji Rawit menghela nafas panjang dan bergumam dalam hati,
'Sepertinya mereka memang ingin mencari masalah.. '
eh lha kok justru nyawa mereka sendiri yang tercabut 😆
modyar dengan express dan success 😀
bisa membuat tanah terbelah...keren! 👍
Ajian Malih Butha tak ada gregetnya di hadapan Lokapala 😄
up teruus kang ebeezz..🤗🤗
tuh kan bnr iblis pencabut nyawa cmn skdr nama.
nyatanya nyawa mreka sndiri yg di cabut