Dion Mahesa Birawa adalah seorang menantu yang tidak berguna di keluarga Wolf. Setiap hari hanya mendapat hinaan dari seluruh anggota keluarga mereka, terutama Jasmine istrinya, dengan teganya berkhianat di belakangnya.Perceraian sudah tidak bisa di elakkan lagi. Tapi, tanpa mereka sadari, lelaki yang selalu di anggap tidak berguna itu, adalah seorang putra mahkota, pewaris tunggal sebuah perusahaan besar dunia. Tidak ada yang tidak mungkin baginya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aditya Jetli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Gelandangan baru
"Kalian tidak bisa seenaknya mengusir kami dari rumah kami sendiri. Kami telah menempati rumah ini sejak lama." Kata nenek Wolf dengan emosi
"Suamimu telah meminjam uang dari bank kami, dan belum lunas seluruhnya. Jaminannya adalah rumah ini. Silakan kalian baca baik baik surat perjanjian itu." Jawab petugas itu lagi
"Kalian benar benar iblis, kalau kami keluar dari rumah ini, di mana Kami akan tinggal?" Kata Everly asal bicara. Dia tidak tahu fakta yang sebenarnya. Tapi nenek Wolf mengetahui akan masalah peminjaman uang dari bank tersebut, tapi itu sudah cukup lama
"Itu bukan urusan kami. yang kami tahu adalah, Sekarang juga kalian keluar, rumah ini telah disita, dan bukan milik kalian lagi." Tegas petugas penyitaan tersebut tanpa beban
Lemas sudah tubuh nenek Wolf mendengar pemberitahuan itu. Baginya, rumah ini adalah aset terakhir keluarganya, tapi sekarang juga mau diambil oleh pihak bank yang tidak berhati tersebut
"Kenapa kesialan terus menimpa keluargaku, apakah ini gara gara Dion yang tak berguna itu?" Kata nenek Wolf dalam hati
Di saat seperti itu pun dia masih menyalahkan Dion, padahal semua yang terjadi karena tindakan mereka juga, yang telah seenaknya mengusir dan menghina Dion dari rumah mereka
Sekarang karma telah terjadi, dan kembali pada mereka sendiri. Ucapan Dion telah menjadi kenyataan, bahwa dia akan membuat keluarga yang telah menghina serta mengusirnya, akan mengalami kehancuran secara perlahan
Ini bukan perlahan lagi namanya, hanya dalam satu hari, bahkan cuma membutuhkan waktu tidak lebih dari 2 jam, semua harta mereka telah ludes, dirampas secara paksa, oleh orang orang terkuat Birawa Group
Uang mereka yang ada di rekening pun telah ditarik seluruhnya, hingga tidak menyisakan sepeserpun di tabungan tersebut, kecuali uang kontan yang saat ini ada pada mereka
"Nenek! Apa yang harus kita lakukan lagi?" Chalista masih saja memborbardir neneknya dengan pertanyaan yang semakin membuat nya pusing
"Tuan, tolong beri kami waktu untuk berkemas dan mengambil barang barang berharga kami." Ucap nenek Wolf menghiba
"Apakah kau tidak dengar nenek tua?. tiga menit yang lalu, aku sudah menyuruh kalian keluar tanpa syarat, dan tidak diberi waktu sedikitpun untuk melakukan apa apa, jadi cepat tinggalkan rumah ini." Teriaknya geram
Kemudian dia mengedarkan pandangannya, kearah 7 orang laki laki, dan 2 orang perempuan yang ikut bersamanya, untuk melakukan sesuatu
Mereka yang diberi kode segera bertindak, dengan bringasnya, nenek Wolf beserta keluarganya, di usir keluar dari rumah yang sudah sekian lama mereka tempati itu
Nenek Wolf, Danis dan istrinya Everly ditarik keluar dengan paksa, dan didorong keluar pagar rumah mereka, sedangkan Chalista memberontak, ketika tangannya ditarik oleh dua orang laki laki, agar keluar dari rumah tersebut
Dengan lantang dia berkata " Tidak!. Aku tidak mau keluar dari rumah ini. Kalian iblis, badjingan, bangsat!" Ucap Chalista sambil berteriak teriak memaki mereka
Dua orang wanita yang ada di rombongan itu, geram, dengan sigap, keduanya menangkap tubuh Chalista, dan membopongnya secara paksa, begitu sampai di luar pagar, tubuhnya dilemparkan ke pinggir jalan, dan hampir mengenai pejalan kaki yang kebetulan lewat
Tubuh Chalista mengalami luka luka, tangan kananya berdarah, dan kakinya terkilir. Sungguh pemandangan yang sangat mengenaskan
Seorang wanita cantik, kebanggaan keluarga terhormat nomor 2 di kota B waktu jayanya, kini tengah merintih kesakitan di jalanan. Pakaiannya kotor, dan rambutnya berantakan, sekilas kalau diperhatikan mirip gelandangan cilik tapi cantik
Orang orang yang lalu-lalang di jalan, tidak ada satupun yang peduli atau ikut campur, apalagi menolong karena mereka tidak mau terlibat dalam masalah orang lain
"Brengsek, dasar badjingan. Kalian benar benar manusia iblis, tak punya hati!" Teriak Everly emosi ketika memaki mereka. Teriakannya itu didukung oleh nenek Wolf juga Danish, tapi hanya dalam hati
Sedangkan chalista, masih menangis sesenggukan, akibat diperlakukan tidak manusiawi oleh orang orang itu, dia sekarang sedang duduk di pinggir jalan, bersandar di dekat tiang listrik depan gerbang rumah
Bruk..bruk..!
Bunyi sesuatu jatuh ke tanah. Sesuatu itu adalah buntalan kain lusuh, yang membelit barang didalamnya
Sekarang di depan mereka, terdapat 2 buntalan kain yang lumayan besar, mungkin berisi pakaian
"Bawa buntalan itu, dan nikmati kejayaan dan kesombongan kalian dijalanan. Renungkan bahwa selama ini, kalian telah menganggap orang lain hina, tidak berguna, pengemis, brengsek dan sebagainya."
"Sekarang rasakanlah apa yang selalu kalian timpakan kepada orang lain."
Brakk!
Pintu rumah ditutup dengan kerasnya, menyisakan kebisuan bagi orang orang yang telah terusir dari rumah sendiri
Nenek Wolf terduduk lemas di tanah, tubuh rentanya tidak mampu lagi menahan hawa dingin di luar, ditambah lagi sekarang ini, dia sudah tidak mempunyai tempat tinggal lagi
Danish dan Everly hanya bengong saja, tidak berusaha menolong anaknya, apalagi ibunya
Mereka sibuk dengan pikiran masing masing, sehingga tiba tiba terdengar teriakan keras dari nenek Wolf
"Apakah kalian sekarang telah menjadi orang tidak berguna, sama seperti Dion kurang ajar itu. ha!" Nenek Wolf marah pada Danish dan Everly. Dari matanya mengalir air mata penyesalan, tapi entah apa yang di sesalkannya
Danish dan Everly yang dibentak baru menyadari, bahwa ibunya tengah menangis, buru buru mereka mendekatinya, dan berusaha menolong ibunya untuk berdiri
"Tidak kusangka, nasibku akan berakhir seperti ini. Rumah yang dibeli oleh mendiang suamiku, sekarang telah dirampas oleh manusia kejam dan tidak berperikemanusiaan itu."
Sambil berjalan dengan dipapah oleh Danish, dia berguman seperti itu. kemudian melanjutkan berkata" Aku harus membalaskan sakit hatiku ini pada mereka." Gumannya pelan
Chalista yang sudah bisa berdiri sejak nenek Wolf berteriak tadi, sekarang tengah dipapah oleh ibunya, sambil bersungut sungut dan meracau tidak menentu
Kondisi keempatnya mirip gelandangan, terlunta lunta di jalanan. Mobil dan kendaraan lain yang lalu lalang di jalan, pengendaranya, sedikitpun tidak menoleh pada keempat gelandang baru itu
"Ibu, sekarang kita mau kemana?" Tanya Danish tiba tiba
"Percuma kamu sebagai anak laki lakiku, tapi tidak bisa berbuat apa apa di saat seperti ini. Kau berpikirlah, gunakan otak jantan mu itu, agar kita bisa berteduh."
"Lihat!. Sudah mulai turun hujan. Cepat bawa nenek dan yang lain untuk berteduh."
"Itu ada gazebo yang kosong, mari kita ke sana!" Ujar nenek Wolf gembira. Dia sudah sangat yakin sekali, bahwa mereka bisa ke sana, untuk sekedar berteduh dari hujan yang sudah mulai turun dengan derasnya
Bergegas keempatnya berjalan menuju gazebo kosong itu, tapi begitu mereka duduk, datang dua orang yang mengenakan pakaian pelayan sambil berteduh di bawah payung yang mereka bawa
"Selamat malam!. Apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya pelayan itu sopan
"Kami hanya numpang berteduh di sini, apa boleh?" Tanya Everly menjawab pertanyaan mereka
"Maaf, ini bukan tempat untuk berteduh gratis, ini cafe dan yang duduk di sini harus pelanggan yang sudah memesan makanan di cafe ini. Apakah kalian akan memesan sesuatu?" Tanya pelayan tersebut masih dengan sikap hormat
"Tolonglah. Kami tidak mau memesan sesuatu, kami hanya ingin berteduh saja, mohon izinkan nona." Kali ini nenek Wolf yang bersuara
"Kalau tidak memesan sesuatu, silakan tinggalkan tempat ini, karena ada 2 orang yang akan menempatinya." Jawabnya sudah mulai ketus
"Jangan kurang ajar!. Kau tahu siapa nenek itu? Dia nenek Wolf, orang terkaya nomor 2 di kota ini." Chalista tidak tahan lagi untuk tidak bersuara, setelah mendengar perdebatan panjang meteka
"Kalau kalian benar orang kaya, tidak mungkin kalian sampai berhujan hujanan seperti ini, mana mobil kalian?" Tangkis pelayan itu ketus, kemudian melanjutkan berkata
"Sekarang Cepat pergi!" Bentak pelayan itu sambil menutup payungnya
Dengan payung itulah, kedua pelayan tersebut mengusir mereka berempat, untuk segera meninggalkan gazebo tersebut. Mereka dipaksa dan didorong keluar dari sana seperti pengemis
Miris. benar benar miris!