Nidu Dorgan seorang bos ganster ibukota tak pernah menduga, dia akan tertukar roh dengan seorang pelajar culun bertubuh gendut dan sering jadi korban bullyan teman-teman sekolahnya. Semenjak pelajar itu dimasuki roh Nidu Dorgan, sang pelajar culun ini tiba-tiba berubah bak ganster, dia tak segan hajar semua pelajar yang selama ini membullynya. Tak ada yang mengira, si pelajar ini aslinya bukan si pelajar culun itu. Masalah mulai timbul, saat tubuh si ganster yang masih koma di rumah sakit mulai sadar dan kaget tubuhnya berubah jadi Nidu Dorgan, padahal dia merasa masih seorang pelajar culun. Kelucuan, ketegangan dan juga kelakuan Nidu bikin anak buahnya kebingungan, kenapa Nidu Dorgan berubah penakut dan tak lagi kejam. Kekasih Nidu yang merupakan anak Kepala Ganster paling berpengaruh sampai aneh melihat kelakuan Nidu yang berubah jadi ‘jinak’ ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mrd_bb, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Bertemu Musuh Besar
Wajah Reza pucat, saat Dipo ajak dia langsung ke markas Hungin. “Ingat, jangan lengah, sebelum mereka menembak, kita tembak duluan,” cetus Dipo.
“A-apakah tidak sebaiknya kita n-nego dahulu Om?” sahut Reza gugup.
“Nego, emank mau borong sembako?” sungut Dipo, hingga Reza terdiam, tak berani lagi bawel bertanya.
Reza menguat-nguatkan mentalnya, saat mereka tiba di depan pagar sebuah vila mewah yang terletak di kawasan Nusa Dua Bali.
Tempat ini di jaga 10 orang centeng berbaju necis dengan kacamata hitam, saat melihat Reza dan Dipo turun dari mobil. Semuanya langsung todongkan pistolnya!
Hati Reza langsung ciut, tetapi kakinya terburu di sepak Dipo, agar jangan mundur apalagi berlindung di belakangnya.
“Kamu bicara, ingat kamu saat ini bukan Reza, tetapi Nidu Dorgan..!” bisik Dipo.
Diingatkan soal ini, Reza baru nyadar, kini dia pun sekuat tenaga bersikap santai dan senyum terhias di bibirnya.
Kagetlah Dipo, seingatnya Nidu kalau berhadapan dengan musuh, apalagi hanya selevel centeng, jangankan kan senyum, yang ada malah bersikap sinis.
“Ha-hai semuanya, apa kabar, saya dan rekan saya mau bertemu Tuan Hungin, bukan bermusuhan!” safa Reza bersikap ramah.
Dipo hampir menepuk jidatnya, melihat kelakuan ‘Nidu’ yang beda dari kelakuan aslinya.
Ke 10 orang ini saling pandang, mereka tentu saja kaget, Nidu Dorgan yang terkenal ganas tanpa ampun, mengapa jadi beda hari ini. Senyum ramah dan menyapa mereka seolah sudah kenal baik.
“Tuan Nidu, mau apa tuan bertemu bos kami?” sahut salah seorang centeng itu, yang agaknya di dapuk jadi pimpinannya.
Ucapannya terkesan hati-hati, reputasi Nidu Dorgan sudah dia ketahui, yang terkenal kejam tanpa kompromi.
Apalagi saat melihat di pinggang Reza ada pistol. Inilah yang bikin Dipo kaget sekaligus lupa menegur, mengapa Reza tak rapi simpan senjata apinya.
Reza bukannya menjawab, dia malah cabut pistolnya, akibatnya ke 10 orang ini serentak mundur beberap langkah dan makin menodongkan pistolnya ke Reza.
Siaga penuh mereka lakukan, sekali klik agaknya bakal geger di tempat ini.
Dipo pun mau tak mau juga siaga dan tangannya sudah ke pinggang, dia tak mau mati konyol tertembak centeng tuan Hungin.
“Tenang…tenang, saya tak bermaksud menembak, ini pistol mau ku serahkan pada kalian, agar aku dan temanku boleh bertemu Tuan Hungin?”
Dipo melongo, ke 10 orang itu apalagi, saat Reza dengan entengnya serahkan pistolnya ke pria tadi.
Orang tadi buru-buru ambil pistol dari tangan Reza, lalu dia beri isyarat agar temannya juga ambil pistol di pinggang Dipo.
Dipo mau tak mau mengalah, apalagi saat Reza dengan cueknya minta tangan kanan Nidu ini serahkan senjatanya.
Kini keduanya di giring ke dalam sebuah ruangan di dalam vila yang luas dan mewah ini.
Lalu di bawah todongan pistol dan di kawal ketat ke 10 orang tadi, keduanya terus menggiring Reza dan Dipo ke belakang, dan di sana ada tempat santai yang menghadap ke pantai.
Reza langsung terbelalak menatap…4 wanita cantik yang hanya pakai bikini, sedang di peluk bergantian seorang pria setengah tua, dengan kumis dan rambut di sisir rapi dan wajah membayangkan kelicikan.
Pakaiannya santai saja, kemeja yang terbuka bagian dada dan celana pendek.
Tubuhnya tegap dan banyak tato menghiasi lengan bahkan dadanya, termasuk di perut. Benar-benar lelaki jantan habis.
Inilah Tuan Hungin si bos gangster yang jadi musuh sekaligus saingan Tuan Marko, yang juga musuh bebuyutan Nidu Dorgan.
Melihat Reza begitu, Dipo hanya bisa menghela napas panjang.
“Sialan ni anak, mengapa malah melongo lihat 4 wanita cantik seksoi itu,” gerutu Dipo dalam hati, dirinya sebenarnya mulai ketar-ketir, mereka sudah berani muncul di sarang macan.
Terlebih mereka sudah di kurung 10 centeng bersenjata, di tambah 5 orang lagi, sedangkan senjata mereka justru sudah di ambil.
“Ha-ha…Nidu Dorgan, sudah ku duga kamu datang juga ke sini, tak tak kusangka kamu nekat sekali berani mati muncul hanya dengan satu anj*ngmu itu,” ejek tuan Hungin.
Reza bukannya tersinggung, dia malah dengan enjoynya duduk di depan tuan Hungin tanpa di persilahkan, Dipo saja sampai terperanjat.
“Gila ni anak, cari mati rupanya, belum tahu dia siapa si Tuan Hungin ini,” batin Dipo yang terkaget-kaget dengan ulah Reza.
Jangankan Dipo, Tuan Hungin pun sampai terbelalak melihat gaya Reza yang cuek bebek berani duduk di depannya, tanpa di persilahkan.
“Ahh tuan Hungin ini, pesta dengan gadis cantik kok tidak ngajak-ngajak sih, tahu begini sejak kemarin-kemarin aku ke sini,” sahut Reza cuek.
Lalu dengan santainya ambil cerutu tuan Hungin kemudian mengisapnya dengan wajah merem melek dan mata melirik nakal kepada 4 wanita cantik tersebut.
“Apaa…hua-ha-ha-ha…sejak kapan seorang Nidu Dorgan doyan wanita, setahuku dia paling tak suka wanita model ginian!” sahut Tuan Hungin terbahak, sambil menowel dada sebesar melon milik dua orang wanita berbikini ini, hingga keduanya terpekik manja.
“Aku kan masih normal tuan Hungin, siapa sih yang tak suka wanita, apalagi se denok ke 4 orang ini” sahut Reza enteng dan matanya melotot menatap satu per satu.
Makin terbahaklah tuan Hungin, Dipo justru yang makin melongo.
“Heii kalian bodoh, turunkan senjata semua, sahabatku si tuan Nidu Dorgan hari ini jadi tamu istimewaku. Kita akan pesta sampai malam, cepat ambilkan minuman terbaik buat tuan Nidu!”
Kelabakanlah ke 15 orang centeng ini mendengar perintah tuan Hungin. Dipo sudah tak bisa berkata-kata lagi.
“mengapa malah jadi begini…???!!” batinnya bingung sendiri.
**
Lanjut terus yaa