NovelToon NovelToon
Istri Barbar Tuan Muda

Istri Barbar Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:27.9k
Nilai: 5
Nama Author: Arsy Humaira

Gadis cantik bernama Alina Humaira, dinikahi Tuan muda tampan, bernama Jonathan Arya untuk memberikan seorang keturunan anak laki-laki dari keluarga konglomerat itu. Dia rela menjadi istri ketiga demi menyelamatkan ayahnya yang sedang sekarat.

Meski berat, gadis itu harus berani menghadapi segala resiko yang akan ia hadapi setelah terjadi pernikahan itu, termasuk meninggalkan calon suaminya yang sedang bekerja di luar negri.

Mampukan ia menjalani takdir, yang tak pernah terbayang sebelumnya? Apakah ia akan menjalani kehidupan seperti surga? Ataukah kehidupan seperti di neraka setelah kakinya menginjak rumah mewah bak istana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arsy Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 32

Utami naik ke kamarnya. Dan sampai di dalam kamarnya, wanita itu terus saja mondar-mandir seperti gosokan pakaian.

"Aku harus bagaimana? Jika aku minta cerai, semua harta akan dinikmati si Erina pelakor itu. Jika aku tetap disini, aku tidak mau dimadu, dan jika aku menyudahi mempersembahkan cicit laki-laki kepada ayah. Maka harta ini tidak akan berpindah tangan atas nama Arya atau putranya, karena Ayah hanya ingin mewariskan harta itu untuk putra laki-laki dari, Arya. Bagaimana jika Alina tidak bisa melahirkan putra laki-laki? Aku bagai makan buah simalakama, jika Arya aku suruh menikah lagi, maka papa akan membawa istri baru ke rumah ini," gumamnya.

"Tapi, apa benar aku ini egois? Alina benar, Sandra dan Sukma menahan sakit selama ini karena aku. Harta tidak menjamin kita bahagia, bagaimanapun kita kejar kalau harta itu belum di genggaman kita, mungkin ayah memberikan syarat cicit laki-laki, hanyalah agar aku ini sadar, kalau harta bukanlah segalanya dibanding keluarga, buktinya kemewahan ini, tidak mengobati rasa sakit hati ini! Aaarrrggh…!"

Utami mengacak seisi kamarnya. Lalu dia berdiri di dekat balkon kamarnya, dengan kedua mata yang sembab. Tanpa sengaja Utami melihat Alek sedang bersama Erina di taman rumahnya, bermain bersama Tegar.

"Apakah ini yang dirasakan Sandra dan Sukma?" lirihnya sembari memegangi dadanya yang sakit.

***

Di kamar Sukma, Alina dan Sandra sedang mengobrol bersama. Mereka kadang sesekali tertawa, seperti sahabat. Padahal suami mereka itu sama.

Tok tok tok

"Al, ada yang mengetuk pintu kamar, siapa ya?" tanya Sukma.

"Mungkin Mei, bersama Sifa dan Naya," jawab Alina dan Sandra.

"Masa sih? Mei kan sedang membawa Sifa dan Naya jalan-jalan bersama kakek Agung dan Joni keluar, masa udah pulang?" ucap Sukma.

"Yaudah aku buka, ya!"

Alina kemudian berjalan menuju pintu kamar.

Klik

Ceklek!

Alina sedikit terkejut saat, melihat mama mertuanya ada di hadapannya sekarang.

"Mama!" ucapnya. Sandra dan Sukma yang mendengar Alina mengucapkan kata mama, langsung berdiri dari duduknya.

"Boleh, saya masuk!" kata Utami yang masih berdiri di ambang pintu.

"Silahkan Ma, mari masuk!" jawab Alina mempersilahkan Utami masuk ke dalam.

Wanita itu melenggang masuk ke dalam kamar menantu keduanya itu. Namun tetap mode angkuh tergambar di wajahnya. Sandra dan Sukma keduanya menunduk tak berani menatap wajah mertuanya.

"Sandra, Sukma, Alina, kenapa kalian bisa akur begini? Memangnya kalian tidak sakit hati, kalian kan saingan? Dan kalian harus berbagi, suami?" tanya Utami lalu duduk dengan angkuh di sofa di depan ketiga menantunya yang sedang berdiri.

"Menerima karena terbiasa Ma, lagipula. Kami dan tuan muda, tidak harmonis!" jawab ketiganya kompak.

Mendengar jawaban para menantu, Utami hanya menarik nafasnya, lalu membuangnya.

"Jika saya kasih kamu kebebasan untuk memilih, kalian mau apa?" tanya Utami.

"Ma, maksud Mama apa?" tanya Sandra.

"Jawab saja!" suruh Utami, dengan tetap menatap ketiga menantunya.

"Maaf Ma, jika aku disuruh memilih kebebasanku, aku ingin kembali pada keluargaku Ma, aku ingin menjalani hidup normal, sesuai impianku!" jawab Sandra.

"Sukma, sekarang giliran kamu yang jawab!" suruh Utami.

"Maaf Ma, selama empat tahun ini, aku dan tuan muda, sudah masing-masing, dan jika Mama mengizinkan, aku ingin memulai hidup baru, dan mewujudkan cita-citaku selama ini, membuka usaha, dan bahagia bersama Sifa dan Naya!" jawab Sukma tegas.

"Lalu, apa pilihanmu Alina? Apa kamu jug sama ingin pergi dari rumah ini? Meninggalkan, saya?"

Nada suara wanita itu berubah menjadi serak karena menahan tangis. Namun sekuat tenaga dia tahan agar tidak tumpah.

"Ma, prinsipku menikah itu, sekali seumur hidup, mbak Sandra dan mbak Sukma sudah mengutarakan jawaban mereka, sekarang, dan itu keinginan mereka sebelum aku ke rumah ini. Dan mereka pun bilang, keinginan mereka bukan karena ada aku sebagai istri baru di rumah ini. Jadi aku akan serahkan keputusan ini kepada suamiku! Yaitu tuan muda. Mama dan tuan muda, yang membawaku dari orang tuaku, maka. Mama dan tuan muda harus mengembalikannya lagi kepada orang tuaku, sama saat Mama dan tuan muda memintanya, kepada mereka!"

Tegas Alina.

"Jadi kamu, tidak berniat meninggalkan saya kan?"

"Tidak Ma, jika Mama dan tuan muda benar-benar berubah. Aku akan tetap bertahan!" jawab Alina.

"Sandra, Sukma, jika Arya dan saya berubah, apakah tetap kalian akan memilih pergi?" Utami kembali memberikan pertanyaan kepada mereka.

"Iya Ma, karena sudah bertahun lamanya, kami memikirkannya. Dan kami pun tahu, tuan muda pasti tidak keberatan!" jawab keduanya.

"Sini, kalian peluk Mama!" ucapnya.

Tanpa mereka duga, Utami melebarkan tangannya meminta agar ketiga menantinya memeluknya, dan untuk pertama kalinya, wanita itu. Menyebut dirinya mama, kepada Sandra, Sukma, dan Alina.

"Hah…!" ketiganya hanya melongo.

"Ayo, tunggu apalagi! Peluk Mama," imbuh Utami.

Sandra, Sukma, dan juga Alina berlari menghampiri mama mertua mereka lalu memeluknya bersamaaan.

"Maafkan Mama, ya! Selama ini. Mama egois kepada kalian, maukah kalian memaafkan Mama?" tanya Utami, dan sekarang tangis wanita itu pecah.

"Mama tidak sedang bohong kan ini? Kok peluk aku kenceng amat sih, Ma! Engap," tanya Alina, terengah-engah.

"Ou kekencangan, ya mana Mama tahu, kan Mama tidak merasakannya!"

"Aku juga engap Ma,!" balas Sandra yang sama terengah-engah.

"Kamu Sukma? Bagaimana?" tanya Utami.

"Aku tidak terasa Ma, tangan Mama tidak nyampe ke tubuhku, aku kan berada di tengah!" jawab Sukma nyengir.

"Aduh, maaf kalau begitu! Mama tidak sengaja. Alina, Sandra!"

"Iya Ma, tidak apa-apa kok!" jawab keduanya setelah Utami melonggarkan pelukannya.

"Jadi bagaimana? Kalian, maafin Mama gak nih?"

"Mama, kami tidak pernah membenci Mama, kami semua sayang terhadap Mama, kami janji, akan selamanya menyayangi Mama!" jawab mereka.

"Janji ya! Sandra, Sukma, jika kalian pergi dari sini, jangan lupakan Mama! Rumah ini pasti sepi tidak ada, kalian!" ucap Utami.

"Tapi Ma, bagaimana dengan kakek Agung, apakah dengan kami meminta pisah pada tuan muda, kakek Agung akan mengizinkannya?" tanya Sandra terlihat cemas.

"Semua itu urusan, Mama. Yang penting kalian sekarang bahagia! Sekali lagi maafkan Mama, ya!" jawab Utami.

Menantu dan mertua itu, yang terbatas dinding tebal itu pun, kini bersatu. Yang tampa Utami sadari, jika selama ini. Dia sudah menyiakan wanita/menantu sebaik dan sesabar mereka.

***

Malam hari.

Utami mengajak para menantu, juga semua orang berkumpul di ruang besar di rumahnya, termasuk Arya putranya.

Utami, dengan mulut gemetar menyampaikan atas keinginan Sandra dan Sukma. Meskipun takut, kepada ayah mertuanya, tapi Utami tetap bicara.

"Utami, apa kamu tau, kalau perceraian di keluarga itu, dilarang?" ucap kakek Agung, seraya membulatkan matanya.

"Iya Ayah, aku tahu. Tapi selama ini, aku dan Arya, sudah membuat mereka menderita. Jadi kami tidak akan memaksa mereka, untuk tetap tinggal di rumah ini, jika mereka tidak, bahagia!" jawab Utami.

"Utami, apa kamu serius dengan keputusanmu? Semua ini bukan karena, gara-gara Alek menikah lagi kan? Dan kamu memutuskan ini hanya untuk mengambil simpati, Alek?" tanya kakek Agung.

"Tidak Ayah, aku betul-betul menyesal!"

"Apa kamu siap, jika Sandra dan Sukma tetap bercerai dari Arya, kamu kehilangan kemewahan ini? Karena jika ada yang melanggar peraturan Ayah, pasti ada hukumannya." tanya kakek Agung.

"Tapi Yah, aku hanya ingin mereka bahagia, dan melepaskan dari poligami ini, semua ini bukan keinginanku, tapi keinginan mereka sendiri," jawab Utami, menunduk.

"Tapi, yang membuat mereka di poligami itu adalah ulahmu, kan? Ayah tidak menyuruh poligami di rumah ini, Ayah hanya melarang perceraian!"

"Oke Ayah, jika aku harus dihukum, aku terima, yang penting mereka bahagia! Aku juga ingin segera lepas dari dosa ini, aku sadar, aku egois selama ini!"

Utami menangis, tersedu-sedu.

"Arya, apa kamu siap menceraikan kedua istri kamu?" Pikirkan ada Sifa dan Naya?" tanya kakek Agung.

"Saya, ikut mereka saja, Kek!" jawab Arya singkat.

"Baiklah, jika ini yang Sandra dan Sukma inginkan, Ayah akan izinkan! Tapi ingat, jangan sampai hal ini terulang lagi!" ucap kakek Agung, dengan mata memberi kode-kodean kepada Alek.

"Sukma, Sandra, Kakek mau tanya. Apa semua ini sudah kalian pikirkan?"

"Sudah Kek!" jawab keduanya sembari tersenyum.

"Kalian ini aneh, mau cerai kok pada ketawa?" tanya kakek Agung.

"Seneng Kek, terimakasih ya!" jawab keduanya. Terlihat jelas, kalau mereka begitu tersiksanya di istana itu.

Ujung mata Sukma sekilas melirik ke arah Gilang, dan Gilang pun membalasnya dengan senyuman. Sedangkan Sandra terus membayangkan akan bersama kekasihnya Akas, setelah resmi bercerai dari Arya.

"Lang, kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Arya heran.

"Ah tidak, Tuan Muda salah lihat kali!" elak Gilang salah tingkah.

"Dan kamu Alina, istri ketiga cucu saya. Apa keinginan kamu?" tanya kakek Agung.

Dug deg dug deg

Jantung Arya, tiba-tiba berdetak cepat. Pria itu begitu takut, kalau istri ketiganya pun meminta pisah, darinya.

"Kakek, aku serahkan keputusannya kepada Tuan Muda! Karena aku tidak akan ingkar janji, Mama dan Tuan Muda lah yang menolong ayahku, dan keluargaku!" jawab gadis itu mengulas senyum.

"Arya, apa jawaban kamu?" tanya kakek Agung kepada cucunya.

"Lanjut, Kek!" jawabnya singkat.

"Lanjut? Yang jelas, lanjut apa?"

"Lanjutkan menikahnya!" jawab Arya datar.

"Kamu serius?"

"Iya Kek!"

"Apa kamu mencintai, Alina?"

"Tidak tahu!"

"Kok tidak tahu?"

"Iya jawabannya, belum nemu!"

"Yaudah, cari tahu dulu jawabanya! Kakek capek, mau istirahat. Semuanya kembalilah ke kamar kalian masing-masing! Besok kita lanjut lagi, bahas tentang masalah ini, dan kamu Alek, persiapkan dirimu, kita akan kerumah keluarga Sandra, dan kita harus bicara baik-baik kepada mereka!" ujar Kakek Agung sembari geleng-geleng kepala.

"Siap Ayah,!" jawab Alek.

___

"Jon, Bu Sukma dan Bu Sandra bebas dari kakek besar, mereka tidak akan jadi korbannya, kamu lihat tadi, kakek besar agak keberatan mereka pergi dari rumah ini," bisik Boneng saat mereka mengintip dari balik tembok.

"Mei, tapi gue kagak percaya, masa kakek besar doyan makan daging manusia? Apa dia pesugihan ya? Makanya dia kaya raya?"

"Bisa jadi itu?"

"Tapi masa iya, sih? Gue lihat, tidak ada yang mencurigakan,"

"Jon, mereka tidak akan menunjukkannya! Udah percaya sama gue, kapan kita kabur? Gue belum sempat bicara pada, Alina!" ucap Boneng begitu serius.

"Jon, aku ingat sekarang!"

"Apa?"

"Dulu, mas Gilang pernah bilang kalau penghuni rumah ini, suka makan orang! Iya itu katanya, gue inget sekarang!" jelas Boneng.

"Hah… serius lo?"

"Iya, kalau kagak percaya ayo kita tanyakan padanya!" ajak Boneng.

Semua orang sekarang, akan kembali ke kamar mereka masing-masing. Boneng dan Joni menghentikan langkah kaki Gilang.

"Mas Gilang tunggu!" ucap Boneng.

"Eh, Mei. Ada apa?" tanya Gilang.

"Mas, boleh aku bicara sebentar! Mas Gilang ini gawat. Ternyata apa yang Mas Gilang katakan itu benar, kakek besar suka makan orang!" ungkap Boneng.

"Hah… makan orang?" Gilang kaget.

"Iya, tak tanggung-tanggung, kakek besar mau menyembelih tiga orang dari rumah ini!"

"Apa maksud kamu Boneng?" Arya tiba-tiba datang menyela ucapan Boneng.

"Boneng? Nama lo Boneng, Mei?" Joni kaget.

"Mei Tuan, namaku Mei!" tegas Boneng.

"Ada apa ini sih Bon?" Alina juga tiba-tiba ikut menyela dan memanggilnya Bon.

Gilang dan Arya hanya menahan tawa.

"Namaku Mei, bukan Boneng, bukan juga. Bon! Kalian jahat sama aku!" Boneng pergi sembari menangis.

"Hah… si Boneng kenapa? Jon, ada apa, sih? Alina tampak heran.

"Aduh, saya juga kurang tahu Non, malahan saya baru tahu namanya Boneng, karena yang aku tahu, nama dia adalah Mei!" jawab Joni. Sedangkan Alina berlari mengejar sahabatnya itu.

"Jon, apa maksud tadi soal, kakek makan orang?" tanya Arya.

"Ou itu, Tuan. Si Mei, mendengar kalau kakek besar akan menyembelih orang dan memakannya! Saat menelpon seseorang. Itu yang saya tahu dari, si Mei," jawab Joni apa adanya.

"Apa? Kakek suka makan orang?" Arya membekap mulutnya, tak percaya.

1
Siti Khoyimah
😂😂😂 hnya demi ank laki" punya istri 3 menyakitkn
Nuraeny
lanjut
strawberry milk
ini yg bikin ketawa trs pasangan gesrek si Joni sama Boneng 🤣🤣
Nuraeny
lanjut
Nuraeny
lanjut thor 💪🏼💪🏼
harwanti unyil
manis sekali kata" mu menantu mama
Nuraeny
lanjut thor 💪🏼💪🏼
strawberry milk
hadeuh gak anaknya ga emaknya egois bukannya sadar diri.
jiee💚
heran dah kenapa Arya gak tegas sama mamanya padahal kan laki"harusnya jgn mau di perbudak meskipun dalih orang tua
Giselle Bustamante
Gak nyangka bisa ketawa terbahak-bahak saat baca ini😂
Yue Sid
Cerita ini bagus banget, aku sangat penasaran dengan kelanjutannya.
Arasyi: Maaciw kak🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!