Kehidupan mewah serba berkecukupan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan. Contohnya saja Evelina, memiliki segalanya. Apapun yang dia inginkan bisa ia dapatkan. Namun, Eve selalu merasa kesepian, hatinya terlalu gunda mengharapkan perhatian kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka.
Suatu hari, karena selalu meninggalkan putri mereka sendirian. Kedua orang tua Eve memutuskan untuk menjodohkan putri mereka dengan salah satu anak dari sahabatnya.
Pertanyaan nya, akankah Eve bisa bahagia? menikah muda dan bergabung dengan keluarga baru apa bisa membuat kesepian itu hilang?
Mau tahu jawabannya? yuk ikutin kisah perjalanan cinta Eve dan Joenathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Kringg!!!!!!!!!
Suara nyaring alarm terdengar begitu memekakkan telinga. Siapapun yang mendengarnya pasti akan merasa terganggu.
Namun, berbeda dengan gadis yang masih bergelung di dalam selimut tebalnya. Ia merasa seolah mendapat nyanyian merdu dari suara alarm itu.
Seseorang yang sejak tadi memperhatikannya hanya bisa menggeleng pelan.
"Dasar cewe aneh" gumamnya. Mata cokelat kehijauan nya terlihat masih memantau sang gadis.
Dia merasa heran, sekeras itu suara alarm, gadis itu masih saja tidur dengan nyenyak. Dia saja yang bangun merasa terganggu mendengar suara nyaring itu.
Merasa tidak tahan lagi, dia pun mematikan alarm.
Teg.
"Sangat mengganggu." Bisiknya kesal dengan lirikkan mata tajam menatap jam weker itu.
Mata coklat itu kembali menatap Eve yang kini mulai menggeliat.
"Enggg...." erang Eve merenggangkan tubuhnya. Perlahan ia membuka kelopak matanya.
"Huh, saking bencinya gue sama tu cowo. Sampai sampai gue melihat dia di kamar gue." Gumam Eve menggerutu.
Dia belum sadar, jika yang di lihatnya adalah nyata. Ia hanya berfikir itu hanyalah sebuah halusinasi. Perseteruan di antara dirinya dan pria itu semakin rumit sejak perjodohan ini.
Eve Kemabli menutup matanya, lalu mencoba membukanya secara perlahan. Berharap bayangan itu telah hilang.
"Eh, kenapa gak hilang sih. Ih kenapa semakin menyebalkan!" Ucap Eve mulai kesal. Ia memejamkan matanya lagi, kemudian membukanya lagi. Begitulah terus menerus yang dia lakukan sampai bayangan itu hilang. Tapi, sayang sekali itu manusia asli bukan bayangan atau khayalan nya.
"Gue udah gila deh kayaknya. Otak gue bermasalah." umpat Eve sambil memukul mukul kepalanya agar kembali normal.
"Selain bodoh, Lo itu juga gak waras."
Deg.
Eve sangat terkejut, ia langsung duduk dan menarik selimut menutupi tubuhnya yang hanya memakai baju tidur tipis saja.
"Lo beneran ada di kamar gue?"
"Menurut Lo??"
Eve masih tidak percaya, dia mengambil bantal di sampingnya. Kemudian melemparkan kearah Joe. Ia berharap bantal itu menembus Joe dan membuat bayangan itu menghilang seperti yang ada di tv.
"Bego!" Balas Joe melempar kembali bantal itu mengenai kepala Eve.
"Cepat mandi! gue tunggu lo di bawah!" titah Joe tegas. Seraya ia beranjak keluar dari kamar Eve. ketika di ambang pintu, Joe berhenti dan berkata Tampa berbalik.
"Gue gak tertarik dengan tubuh kerempeng lo itu, jadi gak usah menutupinya seperti itu." Ucap Joe yang langsung berlalu keluar tanpa menutup pintu kamar.
"What?" Eve terkejut dan kesal mendengar perkataan Joe. Dia melirik ke bentuk tubuh nya yang ada di balik selimut.
"Kerempeng?" gunanya, tangan Eve segera meraba kedua buah dadanya.
"Gilak, Segede ini di bilang kerempeng. Emang kelainan tu bocah!" umpat Eve merasa terhina dengan ucapan Joe yang mengatakan dirinya kurus.
Masih dalam kebingungan, Eve segera membersihkan tubuhnya lalu bersiap untuk pergi ke sekolah.
15 menit Eve habiskan untuk bersiap, dia emang tidak terlalu ribet soal bersiap. Lalu Eve turun ke bawah dan mendapati Joe sudah duduk di meja makan rumahnya. Langkah Eve semakin cepat mendekati Joe.
Brak.
"Ngapain Lo di rumah gue?" tanya Eve dengan nada tidak suka. Tatapan kebencian terlihat jelas di matanya.
Dengan santai Joe melirik kearahnya, lalu kembali melanjutkan kegiatannya menikmati sarapan yang di buatkan oleh bibi.
Merasa di abaikan Eve kembali menggebrak meja.
Brak!
"Lo denger gak sih!"
"Lo budek huh?" Bentak Eve semakin geram. Joe tetap santai dan bersikap biasa saja.
"Eh non sudah bangun, ayo ini bibi sudah siapkan sarapan buat non."
Bibi menatap sepiring nasi goreng di atas meja untuk Eve dan juga segelas susu.
Biasanya Eve dengan senang hati melahapnya. Tapi pagi ini selera makannya hilang ketika melihat pria gila yang sangat ia benci itu ada di rumahnya.
"Simpan aja bi, aku gak selera makan."
"Loh kenapa non, harus sarapan nanti loh, nanti sakit non." Bujuk bibi.
Eve tetap menggeleng, kemudian hendak berlalu meninggalkan ruang makan. Namun, Joe dengan santai menahannya dengan beberapa kalimat.
"Lo gak akan bisa kemana mana sebelum Lo menghabiskan sarapan Lo." Ucap Joe.
Eve tetap tidak peduli, dia melangkah meninggalkan ruang makan menuju ke garasi.
Tak berapa lama Eve kembali lagi. Wajahnya semakin merah menahan amarah. Bagaimana bisa pintu rumahnya terkunci semua.
"Mana kunci rumah gue? sejak kapan Lo berani mengatur atur hidup gue huh?"
Brak!
"Lo pikir ini sekolah apa?"
"Habiskan sarapan Lo, atau Lo gak akan bisa pergi kemana mana." Balas Joe tanpa membalas tatapan Eve. Hal ini semakin membuat Eve geram.
"Heh, Lo pikir Lo siapa huh? ngatur ngatur hidup gue?"
"Cepat berikan kunci rumah gue!!!"
Joe tetap diam saja, dia tidak memperdulikan Eve yang sudah meradang. Dengan santai Joe menikmati susu coklat buatan bibi.
Hufff...
Eve menarik nafas dalam, kemudian beralih mendekati bibi.
"Bi, mana kunci cadang rumah?" tanya Eve meminta.
Bibi melirik pada Joe, dia seperti nya mempertimbangkan apa yang harus ia lakukan. Sebenarnya dia ingin berpihak ke Eve. Tapi, dia juga ingat amanah dari majikannya.
"Maaf non, semuanya sudah di ambil tuan semalam." Jawab bibi sembari menunduk.
"Apa?"
Eve terkejut, dia tidak menyangka kedua orang tuanya akan bersikap seperti ini setelah perdebatan semalam.
"Mau mereka apa sih." Geram Eve menahan emosi.
Eve kembali mendekati Joe, dia kembali meminta kunci rumahnya.
"Cepat berikan kunci rumah gue!!"
Joe tidak bergeming, dia tetap melanjutkan menikmati makanannya.
Eve memejamkan matanya sejenak, berusaha mengontrol dirinya agar tidak terlalu terpancing. Dia memutar otaknya, mencari cara bagaimana keluar dari rumahnya tanpa mengikuti ucapan pria yang sangat ia benci ini.
Eve melihat ke jendela ruang tamu dan juga dapurnya. Semuanya sudah di tralis, dan tidak bisa di lewati.
"Ayo Eve, berpikirlah. Lo gak boleh kalah sama pria licik ini." Gumamnya di dalam hati.
Eve melirik ke dapur, dia ingat jika di dapur ada pintu. Ia yakin Joe tidak akan tahu soal pintu di dapur itu.
"Oke fine, Lo pikir bisa menahan gue begitu saja. Ceh, sorry yah!" Ucap Eve seraya berjalan cepat menuju ke pintu dapur yang tidak terlihat dari depan.
"Eh non." Kaget bibi, dia lupa mengunci pintu itu.
"Kenapa bi? apa di sana ada pintu lain?" tanya Joe.
"Ada tuan"
"Tidak apa apa, gerbang sudah saya kunci" ucap Joe tersenyum menang.
"Maaf tuan muda, tapi pagar di belakang ada pintu yang langsung keluar." Cicit bibi.
Joe sedikit terkejut mendengar ucapan bibi. Tapi, dia tetap berusaha bersikap santai.
"Tidak apa bi." ucap nya, ia segera menghabiskan sarapannya. Lalu kemudian Joe bergegas pergi.
semoga aja Risna gak jadi penghalang kebahagiaannya Eva.,kalo udah nikah sama Joe
masa guru gak bisa memberikan keringanan buat muridnya, masalah foto ajah dipermasalahkan yang penting kan bukan foto senonoh,aneh banget deh .
Jia yah yg datengin Leo ,mau ajak sekongkol 😏😏😏