Arsen pria tampan berusia 33 tahun, akibat kekejaman ayahnya, membuat dia memiliki kepribadian kejam.
Dan ya jika dia mendengar nama sang ayah disebut, maka dia akan mengeluarkan sisi gelapnya, dengan menghukum diri sendiri dan juga orang sekitarnya.
Adelia putri, wanita sederhana, harus mengurus ibunya yang sakit-sakitan akibat perbuatan ayahnya.
Dimana sang ayah lebih memilih pergi bersama dengan wanita lain, hanya karena wanita itu memiliki segalanya.
Bagaimana kehidupan Arsen dan juga Adelia, mari kita ikuti kisah selengkapnya di bab-bab berikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdlanAdam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BCMD: Bab 15
Melangkah semakin maju, Adel pun merasa semakin gugup, membuat dia hanya bisa mengeratkan pegangan tanya pada Hanum ibunya. Sedangkan untuk Wira yang ada di samping satunya, terus gandengan tangan Adel dan membawa gadis itu semakin ketempat ramai dan menuju tempat acara di adakan.
"Buk, Adel bener-bener merasa gugup," ucap nya, masih dengan menggenggam tangan sang ibu.
"Kamu tarik nafas yang penjang, lalu hembuskan dengan perlahan. Agar kamu merasa lebih baik, karena pengantin yang gugup itu sudah menjadi hal yang biasa, dan itu semua pasti di rasakan setiap wanita yang menjadi pengantin," ucap Hanum, dia pun menenangkan putrinya.
"Apa yang ibumu katakan itu benar, Del. Kamu santai saja, dan jangan terlalu di pikirkan, rileks aja, oke," sambung Wita, yang ikut memberi semangat pada Adel. Wita yang sebenarnya di sewa oleh Arsen, dia pun sudah seperti tante sungguhan bagi Adel.
Sedangkan Adel, mendengar apa yang di katakan oleh ibu dan juga Wita yang saat ini ada disampingnya,mencoba untuk mengikuti apa yang dua orang itu katakan.
Mengenang kan hati dan pikirannya, dia pun menarik nafas panjang dan berusaha untuk bersekap santai, agar dia siap dan tidak lagi merasa gugup.
Di depan sana, saat orang-orang mengatakan, kalau pengantin wanita sudah datang. Dita pun terus melihat ke arah depan, dari arah Adel dan ibunya datang.
"Hanum."
Dita pun bergumam, saat dia melihat wanita yang ada di samping Adel, yang ia ketahui adalah seorang pengantin, ya ibunya Adel. Lalu dia beralih melihat ke arah Adel, dan kali ini dia fokus pada gadis itu, "Apakah dia benar-benar calon menantu Ibu?" tanya Dina, berbisik pada Arsen.
Arsen yang mendengar pertanyaan dari ibunya, mengangguk dan dia pun segera melihat ke arah Adel, "Iya, Buk, bagaimana dia cantik bukan? Ibu pasti suka 'kan, punya menantu seperti Adel?" jawab Arsen, lalu dia pun kembali bertanya pada ibunya itu.
Arsen juga sedikit menggesar duduknya, agar dia lebih dekat dengan Dita dan wanita itu bisa mendengar apa yang dia katakan,
Dita hanya bisa tersenyum, karena Adel juga sudah sampai dan siap untuk duduk di samping Arsen, pria itu pun bergeser sedikit, tapi dia masih lebih dekat pada Dita.
"Sudah nanti saja kita bicarakan, kamu lihat, calon istrimu sudah duduk di sampingmu," balas Dina, dia pun tersenyum saat Hanum melihat ke arahnya.
Kalau dia adalah Hanum, tapi kenapa dia tidak mengenal aku?" ucap Dina di dalam hatinya, dan masih terus memperhatikan Hanum, yang terus tersenyum padanya, dan wanita itu benar-benar tidak mengenalnya.
Lain dengan Dina, dia sangat mengenal Hanum, itu karena penampilan Hanum tidak jauh berbeda dengan yang dulu.
Sedangkan Dita, dia sangat berbeda dengan Hanum, penampilannya sangat jauh berbeda, karena sekarang dia jauh lebih cantik, di tambah lagi dia pun terlihat masih muda, tidak ada keriput di wajahnya.
Di persilakan duduk, Adel pun duduk di samping Arsen, di dalam ke gugupan nya, dia pun mencoba untuk tersenyum, agar dia terlihat bahagia.
"Bisa Kita mulai acaranya?" tanya Penghulu. Saat melihat mempelai wanita sudah duduk manis di samping mempelai prinya.
"Bisa, Pak. Kita mulai saja acaranya," jawab Dina, dengan tidak sabaran dia pun membantu Arsen untuk, agar pria itu mengulurkan tangannya.
Penghulu dan Arsen pun sudah saling berjabat tangan, lalu pak penghulu pun mengucap kan ijab kabul dengan lancar. Berbeda dengan Arsen, dia malah gagal di ucapan pertanyaan. Itu semua karena dia benar-benar merasa gugup.
Kembali mengulang ijab kabul nya, dan yang kedua kalinya, barulah pria itu berhasil, mengucapkan kata sakral yang di sambut kata sah dari semua para saksi yang hadir di acara itu.
Menyematkan cincin di jari manis Adel, begitu juga dengan Adel sendiri, dia memasangkan cicin di jari manis Arsen. Setelah itu Adel pun mencium tangan Arsen, yang di sambut Arsen juga dengan mengecup kening Adel.
Ya walaupun dengan kegugupan yang yang sangat besar, tapi Arsen tetap memberanikan diri untuk mengecup kening Adel. Setelah itu mereka berdua pun menyalami kedua orang tua mereka, yang kenyataannya, keduanya tidak lagi memiliki seorang ayah.
"Semoga kamu betah ya Sayang, jadi istrinya Arsen, dan semoga kamu juga menerima semua kekurangan dan juga kelebihannya," ucap Dina, dia pun memeluk menentukannya itu dengan sayang.
"Iya, Tante. Adel akan berusaha menjadi istri tuan Arsen dan juga menjadi menantu untuk, Tante," balas Adel, dia pun memanggil Dina tante, dan Arsen sendiri tuan.
Mendengar itu, Dina mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan panggilan menantunya itu, "Kok Tante dan juga tuan sih!" cetus Dina, mencoba untuk protes dengan panggilan menantunya itu.
"Ibuk, Sayang. Sama seperti kamu memanggil ibu mertua, kan sekarang kita sudah jadi keluarga," ujar Arsen, sedikit tersenyum pada Adel.
"Kamu panggil aku mas!" perintah Arsen, dia berbisik tepat di telinga Adel. Lalu mereka pun sama-sama tersenyum, dan melihat ke arah Dita.
"Ah iya, aku masih sedikit grogi, Buk. Jadi lupa. Untuk kamu juga, Mas." Sambil tersenyum, Adel pun bicara pada Dita dan juga Arsen.
"Ya sudah, tidak masalah, tapi biasakan ya, Sayang. Panggil Ibu, sama seperti kamu memanggil ibumu," ucap Dina, dia pun mengelus tangan Adel.
Gadis itu hanya mengangguk, mengiakan apa yang Dita katakan, lalu dilanjut dengan Dita dan Hanum yang memberi selamat pada keduanya.
Di dalam hati Dita, ingin rasanya dia menegur dan bertanya, kenapa wanita itu bisa lupa padanya, tapi dia urungkan, dan menunggu nanti saja, jika mereka sudah sampai dirumah, sekarang ini dia lebih memilih untuk membiarkan saja, dan menikmati pesta dadakan yang di persiapkan oleh Erik tentunya.
"Kamu capek ya?" tanya Arsen, saat melihat wajah Adel yang sedang kelelahan.
"Ti-tidak, Mas. Tapi kaki ku yang sakit, aku tidak bisa memakai yang seperti ini," jawab Adel, dia pun bicara dengan terbata, laku menunjukkan kakinya yang memakai hak tinggi.
"Ya sudah kita duduk saja, dan ini kamu lepas saja," balas Arsen dengan pe uh perhatian dia pun membantu Adel untuk duduk di pelaminan, lalu dia membuka hak tinggi yang gadis itu kenakan.
Sedikit malu dengan apa yang Arsen lakukan, Adel pun berkata, "Jangan begitu, Mas. Tidak enak di lihat orang-orang."
Adel bener-bener merasa tidak enak, tapi Arsen tidak perduli, dia hanya tersenyum dan malah membalas ucapan Adel, dengan mengatakan tidak apa-apa. Lalu mereka menunggu para tamu yang memberikan selamat kepada mereka.
*
*
*
*
*Bersambung.