Melani seorang wanita yang hidup sederhana padahal sebenarnya dia adalah anak orang kaya. Melani selalu menerima hinaan dan cacian dari sang ibu mertua.
Melani harus menerima kenyataan pahit dari sang suami Raka, yang menikah secara diam diam dengan cinta masa kecil nya.
Dan disaat Raka dan keluarga nya tahu jika melani orang kaya, justru harta kekayaan melani yang mereka perebutkan.
Mampukah Melani menghadapi keluarga mantan suami nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhewy R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nafkah bulanan
"Ma , Untuk uang bulanan sudah Mas transfer ya, seperti biasa. Jangan lupa bayar cicilan mobil sama motor nya Nina." Ucap suami ku saat sarapan. Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan suami ku.
Nafkah bulanan atau uang bulanan yang dia berikan sebenarnya tidaklah banyak, setiap bulan aku menerima uang 8 juta dari suami ku, Mas Raka. Tapi uang itu seperti numpang lewat saja, karena uang 8 juta itu harus aku bagi bagi, 2 juta untuk cicilan mobil mas Raka, 2 juta untuk cicilan bank karena mas Raka meminjam bank untuk biaya Renovasi rumah orang tua nya, 700 ribu untuk cicilan motor adik ipar ku, dan 1,7 juta untuk bayar listrik air dan kebersihan, dan 800 ribu untuk uang bensin adik ipar ku, jadi tiap bulan uang itu tersisa 800ribu untuk biaya sehari hari selama sebulan.
Miris kan?
Aku menikah 2 tahun yang lalu dengan mas Raka, Mas Raka bekerja di salah satu perusahaan besar di kota ku bahkan jabatan sebagai karyawan tetap di bagian keuangan dengan gaji pasti lumayan besar. Tapi selama ini aku tidak tahu berapa gaji suami ku, karena selama ini mas Raka tidak pernah memberitahu berapa gaji nya. Mas Raka hanya bilang kalau sebagian gaji nya dia tabung untuk membeli rumah. Aku hanya di beri uang bulanan 6 juta itupun harus aku bagi bagi tidak murni untuk jatah bulanan ku saja. Bahkan berapa dia memberi jatah bulanan untuk ibu nya aku pun tak tahu.
"Iya mas nanti aku bayar cicilan mobil dan motor nya " jawab ku dengan senyum yang ku buat semanis mungkin. Selama ini Mas Raka tidak tahu berapa sisa uang yang aku terima. Saat uang itu habis jika aku meminta lagi dia pasti marah dan bilang aku ini boros. Padahal uang itu hanya sisa 800 ribu,belum ibu dan nina yang sering kerumah mengambil stok makanan semau nya.
"Ma , nanti pulang kerja Mas mau kerumah ibu . Ibu bilang mintak di antar belanja bulanan. " ucap mas Raka dengan santai nya tanpa memperdulikan ku. Padahal selama ini aku sering minta antar dia untuk belanja tapi dia selalu menolak.
"Iya pergi saja mas. ! Bukan nya dah rutinitas tiap bulan kamu kalau tiap habis gajian belanja sama ibu dan Nina" Jawab ku sambil membereskan meja makan.
"Kamu jangan marah dong Ma, aku kan nganterin ibu dan nina. Mereka keluarga ku loh" Seru mas Raka sambil mengikuti ku ke dapur.
"Ini dah siang mas, sudah sana berangkat kerja nanti telat kena marah sama atasan mu" jawab ku sambil mencuci piring kotor. Aku sengaja tidak menjawab pertanyaan nya, aku tahu pasti jika ku jawab juga pasti akan aku yang disalahkan.
"Ya sudah mas berangkat dulu ya, jangan lupa kamu juga beli keperluan kamu kan mas sudah transfer uang bulanan" ucap mas Raka sambil berlalu menuju ke luar ruamah.
Dia pikir dengan uang segitu bisa untuk belanja keperluan ku. Aneh kamu mas ?
Mas Raka memang mengambil mobil 1 tahun lalu dengan sistim mencicil selama 3 tahun, jadi tinggal 2 tahun lagi selesai.
Dan motor Nina pun baru 6 bulan, ambil jangka 2 tahun berarti tinggal satu setengah tahun lagi selesai.
Belum cicilan bank 2 juta perbulan, selama 3 tahun baru jalan 8 bulan.
Setelah mas Raka berangkat kerja aku pun siap siap untuk pergi ke butik.
Aku memang mempunyai butik tapi aku jarang banget ke butik, mungkin hanya seminggu sekali atau dua kali. Mas Raka dan keluarga nya tidak ada yang tahu jika aku punya butik. Butik ini sudah berjalan sekitar 3 tahun, butik ini aku bangun 1 tahun sebelum aku menikah dengan Mas Raka.
Sebenarnya aku juga mempunyai usaha lain di bidang properti. Usaha ini saat ini di pegang oleh Ayah ku . Usaha property ini memang punya Ayah ku tetapi sudah di wariskan kepada ku, tapi aku meminta tetap Ayah yang menjalankan nya di bantu dengan paman ku,tidak ada yang tahu jika keluarga ku sebenarnya orang kaya, selama ini aku dan keluarga ku hidup sederhana. Sebenarnya aku sudah punya rumah sendiri tapi aku tidak mau menempati nya. Ayah dan Ibu pun memilih rumah yang sederhana.
"Selamat pagi Kak Melani" Sapa karyawan butik. Para karyawan memang memanggil ku dengan sebutan Kakak karena usia ku yang masih 25 tahun jadi mereka memilih memanggil ku kakak, tapi saat saat tertentu mereka akan memanggil ku Ibu.
"Pagi juga Put" Jawab ku dengan senyum ramah.
"Yang lain mana Put" tanyaku pada putri yang sedang membereskan meja kasir.
"Riri sama Intan ada di atas kak menyiapkan barang pesanan, terus Tina itu merapikan sebelah sana. Agus sama Budi ada di belakang lagi menyortir bahan kak. " jawab Putri dengan jelas.
"Oh.. Bagaimana penjualan minggu ini Put? pesanan seragam pesta keluarga nya bu Maya sudah selesai belum?" Tanyaku sambil menarik kursi samping putri.
"Sudah selesai kak, Riri sama Intan sedang menyiapkan nya. Jam 10 nanti bisa di antar ke rumah bu Maya" Jawab putri dengan mengacungkan jempol tangan nya.
"Bagus, tetap utamakan kualitas bahan jangan bikin pelanggan kecewa" Ucap ku dengan senyum bahagia.
"Beres kak, sebelum proses menjahit kita selalu cek kualitas bahan . Oh iya kak sepertinya kita perlu menambah satu penjahit lagi kak, ke tiga penjahit kita kualahan sama pesanan yang sering membludak " Ucap putri sambil tertawa .
"Iya sudah kamu atur saja, cari yang profesional ya put jangan asal terima saja. " ucap ku memperingatkan putri.
"Kakak nya Agus bisa menjahit kak, dulu dia pernah kerja menjahit 5 tahun. Sekarang berhenti karena kena PHK" Ucap putri memberitahu jika kakak agus bisa menjahit.
"Ya sudah besok suruh datang ke butik saja, nanti kita coba dulu kalau hasil nya bagus dan rapi kita terima dengan senang hati. " Ucap ku sambil tersenyum.
"Ok Kak " Jawab putri singkat karena butik sudah lumayan ramai jadi aku memilih untuk naik ke lantai dua di ruangan kerja ku.
****
Kulihat jam di tangan ku sudah menunjukan pukul 3 sore, aku keluar dari butik lalu menaiki mobil pribadi ku. Mobil yang ku beli dengan uang pribadiku tanpa sepengetahuan suami ku, mobil ini sebenarnya aku beli 1 bulan sebelum aku menikah. Selama ini mobil kadang aku tarok di butik atau dirumah pribadiku yang tidak jauh dari butik. Belum saat nya aku membawa pulang mobil ku ke rumah yang aku tempati dengan mas Raka.
"Mas Raka pun pasti saat ini masih menemani Ibu dan Nina belanja." Gumam ku saat sudah sampai di rumah. Saat ini aku sedang berbaring di depan Tv .
#Raka
Jam 5 sore Raka sudah sampai di depan rumah orang tuanya.
Ibu dan Nina sudah siap , mereka menunggu mas Raka di halaman rumah. Tanpa menunggu lama mereka langsung masuk kedalam mobil.
"Bapak tidak ikut bu?" Tanya Raka sambil fokus menyetir.
"Bapak mu tadi pergi sama pak karto, katanya ada bisnis jual beli tanah" Jawab ibu dengan bahagia.
"Wahhh bapak hebat juga ya bu, sudah main sama jual beli tanah " Ucap Raka bangga.
"Iya dong Bapak itu kalau urusan begituan mah kecil Ka', tapi ya itu uang yang di terima kecil" Ucap ibu dengan muka kecut.
"Berapapun harus di syukuri bu, kan lumayan untuk nambah nambah uang belanja " Jawab Raka sok bijak.
"Kak, cicilan motor ku sudah di bayar kan kak?" Tanya Nina dengan Tiba tiba.
"Tadi kakak sudah minta Mbak Melani untuk membayar nya, seperti biasa cicilan semua mbak Mel yang ngurus." Jawab Raka.
"Enak banget si jadi Melani, kerjaan cuma duduk saja di rumah tiap bulan rekening terisi terus. " Ucap ibu sewot .
"Iya mas Istri mu itu enak banget si, kerjaan dirumah saja tapi tiap bulan terima uang banyak. " Ucap Nina dengan ketus.
"Kapan Melani punya anak nya Ka?" Tanya ibu secara spontan.
"Bu, aku lagi nyetir jangan bahas itu dulu ya " Jawab ku dengan pelan takut menyinggung ibu. Aku tahu jika membahas anak pasti tidak berujung.
Setelah perjalanan 30 menit kami sampai di pusat perbelanjaan yang kita tuju.
Aku, Ibu dan Nina masuk kedalam Mall. Membeli barang barang keperluan ibu dan Nina.
"Bu, uang bulanan ibu sudah Raka transfer ya bu . Seperti biasa 2 juta . Ibu belanja seperlu nya saja dulu tidak usah beli baju dulu. Baju ibu dan Nina juga sudah banyak, bahkan banyak yang belum di pakai. " Ucap ku dengan nada yang lembut agar ibu tidak tersinggung.
"Iya ibu tidak beli baju tapi ibu mau beli tas" jawab ibu semau nya.
"Kak jatah bulanan Nina mana ? Kok belum di transfer kak?" Tanya Intan lagi.
Aku pun merogoh Hanphone di kantong celana ku, ku buka aplikasi untuk mentransfer , ku transfer uang untuk Nina, ku ketik nominal satu juta dan aku transfer ke rekening Nina.
"Jangan boros, ingat itu untuk 1 bulan!! uang semester besok Mas transfer langsung ke Rekening kampus. " Ucap Raka dengan kesal, karena setiap ketemu ibu dan Nina yang dibahas hanya uang dan uang.
Proses belanja pun berlangsung ibu beli ini dan itu begitupun Nina. Itupun masih harus Raka yang membayarkan.
Raka tidak bisa menolak permintaan ibu nya. Dari keperluan sehari hari pun raka yang harus membayarkan, uang bulanan ibu dan nina tidak terpakai sama sekali.
Masih aman dan utuh dalam dompet mereka.
******
Masih mau lanjut tidak nih. Berikan Like nya dong.
tggu aja harta yg kamu kpulkan dan tak pernah kamu beri sedikitpun utk istrimu akan hbs diembat sama Vera..
permainan yg sangat cantik Mel 🤣
siap² aja jamu sesak nafas dan terkena serangan jantung 🤣🤣🤣