Istri Barbar Tuan Muda

Istri Barbar Tuan Muda

Bab. 1

Seorang pria tampan yang dijuluki gelar tuan muda, sekaligus CEO muda, di perusahaan yang berkembang di bidang properti, yang bernama Jonathan Arya Robertho, mengucapkan ijab kabul pernikahannya, kepada seorang gadis cantik yang duduk di sampingnya sembari meneteskan air mata, bernama Alina Humaira.

"Sah!"

"Sah!"

"Sah!"

Terdengar suara riuh dari para tamu yang mengesahkan pernikahan mereka.

"Alina, sekarang kamu sungkem kepada suamimu!" ucap laki-laki paruh baya, yaitu ayahnya Alina bernama Jamal.

Alina mengangguk lalu sungkem kepada seorang pria yang sekarang sudah sah menjadi suaminya, dia mencium tangan suaminya begitu takzim.

"Arya, ayo cium kening istrimu sayang!" ucap seorang wanita yang bernama Utami yaitu mamanya Arya.

Arya hanya menuruti apa yang mamanya katakan. Bagai kerbau yang dicocok hidungnya. Dan dia bagaikan sebuah robot yang bisa dikendalikan remot oleh Utami.

"Sandra, Sukma, ayo sambut istri ketiga suami kalian, anggap dia adik kalian!" ucapnya lagi kepada kedua menantunya yaitu istri pertama dan kedua dari putranya yaitu Arya.

"Iya Ma," jawab keduanya lalu mendekati Alina sembari tersenyum.

Acara pernikahan Alina dan Arya berjalan dengan lancar. Dan sekarang Alina sudah harus ikut bersama suami dan kedua istri suaminya ke rumah mereka. Yaitu kediaman Robertho

"Nak, jujur Ayah mana yang tega melihat putrinya harus di peristri laki-laki yang sudah beristri, tapi Ayah juga tidak kuasa dan tidak berdaya sayang, maafkan Ayah!!" ucap Jamal saat harus melepas putri sulung nya pergi dibawa keluarga suaminya.

"Ga apa-apa Ayah. Al, bahagia kok! Dan lihat Mbak Sandra, dan Mbak Sukma, keduanya sangat baik sama aku, insyaallah aku akan baik-baik saja. Dan sekarang Ayah fokus saja pada pengobatan Ayah. Dua hari lagi Ayah kan, mau operasi!" jawab Alina mencoba menyembunyikan kesedihannya.

"Al, jaga dirimu baik-baik ya! Dan jangan lupa sholat." Aida kemudian memeluk putrinya sembari menangis. Tak lama adiknya Alina yaitu Aura menghampiri sang kakak lalu memeluknya.

"Alaah… lebay…" Utami memutar bola mata sambil menaikan sudut bibirnya sebelah saat melihat perpisahan Alina dan kedua orang tua dan adiknya.

"Ra, titip Ibu dan Ayah ya! Dan kalau ada apa-apa kamu hubungi Kakak saja!" pesan Alina.

"Iya Kak, pasti." jawab gadis itu lirih.

***

Alina pergi dengan suami dan mertua serta kedua madunya meninggalkan rumah sederhana yang sejak kecil dia tempati bersama orang tuanya.

Perjalanan mereka cukup jauh. Dan ditempuh sekitar dua jam lamanya.

"Udah kamu jangan menangis Alina, ingat ayah kamu jangan sampai tangismu ini menghambat biaya pengobatan ayahmu! Dan kata siapa kamu bebas berkabar dengan orang tua dan adikmu?" ucap Utami saat melihat menantunya tak henti meneteskan air matanya.

Sandra dan Sukma hanya menelan salivanya ingin rasanya mereka menyeka air mata dari sang madu baru mereka, tapi apalah daya. Mereka pun takut saat ini.

"Ayo semua masuk! Rasanya Mama ingin segera merebahkan diri di kasur Mama yang empuk! Sandra, bilang sama Surti, panggilkan tukang spa langganan Mama segera! Juga kasih tahu si Mumut, siapkan segala keperluan Mama!" suruh Utami lalu melenggang masuk ke dalam rumah mewahnya bak istana dengan sangat angkuh dan sombong.

"Iya Ma," jawab Sandra begitu hormat dan patuh kepada sang mama mertua.

Sedangkan Arya tak mengatakan hal apapun kepada ketiga istrinya, termasuk Alina yang baru beberapa jam dia nikahi. Arya pun, menyusul mamanya masuk ke dalam rumah.

"Al, ayo! Udah kamu tidak usah takut. Nanti aku dan Mbak Sandra akan menunjukan kamarmu! Dan semua bajumu sudah lengkap disana, dan baru semua!" ajak Sukma kepada Alina.

Alina tak menjawab dia hanya mengangguk lalu mengikuti kedua madunya itu masuk ke dalam istana itu.

Sampai dalam rumah itu Alina hanya melongo saat melihat rumah mewah dan juga megah yang baru seumur-umur dia injak sekarang.

Alina berjalan mengekori kedua istri suaminya menuju kamarnya di lantai tiga, dan saat menaikinya pun mereka harus naik lift.

"Nah Al, ini kamarmu! Mari masuk!" ucap Sukma lalu membuka pintu kamar baru Alina di rumah itu.

"Sukma, kamu temani Alina. Aku akan menemui bi Surti. Mama pasti nungguin!" tukas Sandra.

"Iya Mbak, silahkan!" jawab Sukma sedangkan Alina hanya mengulas senyum.

Selepas Sandra pergi Alina dan Sukma masuk ke dalam kamar baru Alina.

"Mbak Sukma, aku masih heran dengan kalian! Kenapa kalian baik sama aku? Padahal jelas-jelas aku ini adalah perebut suami kalian?!" tanya Alina, terlihat bingung.

Sukma terkekeh saat mendengar pertanyaan Alina. "Lalu apa bedanya aku?? Aku pun sama merebut tuan muda dari mbak Sandra, tapi mbak Sandra tetap baik sama aku,," jawab Sukma.

Dahi Alina mengerut. Dirinya tak habis pikir dengan jawaban Sukma saat ini.

"Intinya, kita bertiga disini hanya dijadikan mesin penghasil anak oleh keluarga ini. Sampai mereka bisa mendapatkan keturunan laki-laki,," kata Sukma dan itu membuat Alina terkejut.

"Mbak Sukma dan mbak Sandra sudah punya anak dari tuan muda??" tanya Alina penasaran.

"Jujur aku sudah punya dua anak dari tuan muda tapi semua anakku perempuan. Dan aku terpaksa mengangkat rahimku, karena saat itu, baru saja selesai melahirkan anak kedua, aku disuruh harus hamil lagi. Mungkin rahimku masih lemah sehingga aku keguguran dan ada luka di rahimku lalu terpaksa dokter harus mengangkatnya untuk menyelamatkan nyawaku waktu itu,," jelas Sukma agak membuang nafasnya.

"Terus mbak Sandra??"

"Kalau dia adalah istri pertama tuan muda. Dia dijodohkan oleh kedua orang tuanya padahal mbak Sandra sudah punya kekasih. Dan mbak Sandra divonis dokter tidak bisa punya anak. Makanya keluarga tuan muda khususnya mama mertua kita menikahkan tuan muda denganku agar bisa punya keturunan." jawab Sukma panjang lebar.

Alina hanya manggut-manggut, "kamu penasaran tidak bagaimana aku bisa menikah dengan tuan muda??" tanya Sukma.

"Iya, memangnya Mbak Sukma, kenapa bisa menikah dengan tuan muda??" balas Alina.

"Aku bukan dijodohkan seperti mbak Sandra atau ditukar dengan uang sepertimu. Untuk mengobati penyakit ayahmu. Tapi aku memang mencintai tuan muda. Dan kami pernah pacaran sebelum tuan muda menikah dengan mbak Sandra. Tapi seiring berjalannya waktu. Rasa cinta itu hambar begitu saja Al, setelah aku merasa kalau cinta dan pengabdianku tak dihargai. Aku dan mbak Sandra hidup di rumah ini, seperti burung di sangkar emas. Kami di sayang saat di butuhkan, setelah kami tidak berguna, kami tidak dianggap. Tapi kami terima nasib saja, aku bertahan karena kedua putriku. Sedangkan mbak Sandra karena alasan kedua keluarga, sebab keluarga tuan muda paling anti yang namanya perceraian! " jawab Sukma lirih.

"Maaf ya Mbak, aku tidak bermaksud membuatmu sedih!" Alina merasa tidak enak terhadap Sukma.

"Tak apa, ya sudah aku mau menemui Sifa dan Naya dulu ya! Jangan lupa mandi dan berganti pakaian soalnya malam ini tuan muda pasti menemuimu!" pesan Sukma, seraya mengelus tangan madunya itu, lalu keluar dari kamar Alina saat ini.

Selepas Sukma pergi. Alina menjadi tak karuan. Rasa takut kini menghantuinya. Apalagi setelah mendengar cerita dari Sukma. Apakah dirinya akan bernasib sama dengan kedua madunya? Bagaimana jika dirinya tidak bisa melahirkan seorang putra melainkan putri? Apakah nasibnya akan sama seperti Sukma baru melahirkan harus disuruh hamil lagi?

Bulu kuduk Alina tiba-tiba berdiri. "Ya Allah, bismillah lindungi hamba, jangan biarkan hamba bernasib sama seperti kedua madu hamba.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka, dan tampak seorang pria tampan masuk ke dalam kamarnya.

Glek

Glek

Alina menelan salivanya karena yang masuk adalah suaminya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!