NovelToon NovelToon
Beringin : The Sacred Tree System

Beringin : The Sacred Tree System

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Spiritual / Mengubah Takdir
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

*Untuk mengerti alurnya di sarankan membaca terlebih dahulu Nightmare system sampai selesai*

Kisah seorang pemuda yang memiliki cita cita untuk menjadi seorang atlet mma, terpaksa harus meninggalkan cita citanya karena dia harus bekerja menghidupi ketiga adiknya dan dirinya sendiri akibat ayahnya menghilang. Di usia 10 tahun, dia mengalami sebuah kejadian yang membuatnya mengalami amnesia ringan dan tidak sadar dirinya pernah menolong sesuatu yang sekarang kembali membantu dia menyelesaikan masalah yang sedang di hadapinya.

Genre : Fantasi, fiksi, action, comedy, drama, super heroes, mystery.

Mohon tinggalkan jejak ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 35

“Blam...blam,” “dor...dor,” “crak...crak,” Ardo terus menangkis serangan tembakan dari makhluk wanita yang terus menembaki dirinya dengan membabi buta menggunakan perisai meja nya sambil menghindari serangan pukulan dan tusukan dari empat tangan makhluk pria yang maju menyerangnya. Menghadapi dua makhluk sekaligus, Ardo terlihat kewalahan walau dia belum terluka sama sekali,

“Bener bener merepotkan....dua lawan satu berat juga,” ujar Ardo di dalam kepalanya.

[Bantuan akan datang sebentar lagi.]

“Prang,” terdengar suara kaca jendela pecah, “sruuut,” sebuah dahan pohon masuk dan melilit leher makhluk wanita yang kebetulan tepat berada di belakang jendela. Sesosok tubuh wanita pohon masuk dari jendela dan berdiri di belakang makhluk wanita separuh ular yang ke empat tangannya berusaha melepaskan lilitan dahan di lehernya. Ardo tersenyum melihat wanita pohon yang masuk itu dan berbalik, “buaak,” tinju Ardo menghantam ke empat tangan makhluk pria yang menangkisnya dan memaksanya mundur beberapa langkah ke belakang.

“Serahkan yang ini ama gue,” ujar Desi di kepala Ardo.

“Sip, gue beresin yang laki,” balas Ardo di kepalanya.

Ardo langsung melemparkan kedua meja yang di jadikan perisai ke arah makhluk yang berada di depannya, tentu saja makhluk itu dengan mudah menangkis kedua meja itu dan melontarkannya, tapi “buaak,” wajahnya langsung terhantam oleh tinju Ardo yang keras dan membuatnya jatuh tersungkur ke lantai. Ketik makhluk itu berusaha bangkit, Ardo sudah berdiri di belakangnya dan menjepit lehernya menggunakan lengannya yang besar. Ke empat tangan makhluk itu langsung memegang lengan Ardo dan berusaha melepaskan jepitannya, separuh tubuh ularnya menggelepar ke mana mana sampai menghantam kursi dan meja di sekitarnya.

Ardo menoleh dan melihat Desi yang berwujud manusia pohon sedang bertarung dengan makhluk wanita itu dengan gaya menari balet, tendangan demi tendangan Desi bersarang di tubuh makhluk wanita itu sampai akhirnya membuat makhluk itu terpental menghantam dinding dan keluar dari kelas. Ardo mengencangkan jepitan lehernya, makhluk itu mulai menepuk nepuk lengan Ardo tanda dia sudah tidak berdaya dan melawan lagi, namun karena ini bukan pertandingan, Ardo meneruskan jepitannya sampai makhluk itu tidak bergerak lagi.

“Brugh,” Ardo melepaskan makhluk itu dan jatuh terlungkup di lantai, kemudian Ardo menjejakkan kakinya di atas punggung makhluk itu,

[Skill activated : Binding soul roots.]

Jari jemari kaki Ardo mulai mengeluarkan banyak akar akar pohon dan kakinya berubah menjadi akar yang membelit seluruh tubuh makhluk itu sampai nampak seperti sebuah kepompong dari akar. Sinar hijau kekuningan merekah keluar dari dalam kepompong dan makhluk di dalam kepompong menghilang begitu saja tanpa bekas. Setelah itu, Ardo menunggu kakinya pulih menjadi seperti semula dan langsung berlari keluar kelas untuk memeriksa keaadaan Desi.

Begitu di luar, dia melihat Desi sedang mengurung makhluk wanita menggunakan kedua lengannya yang berubah menjadi sulur pohon dan membentuk kepompong. Setelah Desi selesai, Ardo langsung menghampiri Desi,

“Lo ga apa apa ?” tanya Ardo.

“Ga apa apa, tapi kenapa mereka ada di sini ya,” balas Desi.

“Bukan itu yang bikin gue penasaran, hubungan si Oki ama beginian apa ? dia ngapain emangnya,” ujar Ardo.

“Nah itu, gue juga penasaran ama soal itu,” balas Desi.

“Whoaaaaaa,” terdengar teriakan di belakang mereka, keduanya menoleh melihat ke belakang dan melihat Oki yang berwajah babak belur sedang terduduk ketakutan sambil melihat mereka. Ardo dan Desi berbalik kemudian mereka melangkah menghampiri Oki yang terus merangkak mundur,

“Ma..makluk apa ini......kenapa ada di sini,” ujar Oki gemetar sambil terus mundur.

Desi berjalan melewati Oki dan berdiri di belakangnya, Ardo langsung jongkok di depan Oki kemudian dia mendekatkan wajahnya melihat wajah Oki yang nampak pucat dan ketakutan di depannya. Ardo membuka mulutnya, asap putih keluar dari dalam mulutnya,

“Ja..jangan....jangan makan gue....gue masih belom mau mati....to...tolong...siapa saja...to..tolong,” ujar Oki sambil merangkak mundur.

“Buk,” tubuh Oki mengenai sesuatu di belakangnya, dia langsung menoleh ke belakang dan melihat sepasang kaki dari pohon berdiri di belakangnya, kemudian dia mendongak ke atas dan melihat Desi yang sedang melihat wajahnya sehingga nampak wajah Desi sangat dekat dengan wajahnya. Melihat wajah mengerikan di depannya, Oki langsung ketakutan dengan teramat sangat, bagian celana Oki mulai basah,

“Aaaa....to...tolong,”

Mata Oki langsung berubah menjadi putih dan dia langsung tidak sadarkan diri, kemudian Desi melihat Ardo yang berdiri.

“Kita berubah dan kemudian tolong dia,” ujar Ardo.

“Iya,” balas Desi.

Tanpa menunggu lagi, keduanya melihat sekeliling, setelah memastikan aman tidak ada seorang pun di sana, keduanya langsung berubah kembali ke wujud asli mereka, kemudian keduanya langsung jongkok,

“Ki...Ki, bangun Ki,” ujar Ardo sambil menepuk nepuk pipi Oki.

Desi mengambil sebotol air mineral dan memerciki wajah Oki dengan air supaya Oki cepat bangun, beberapa saat kemudian, “ugh,” Oki mulai bergerak dan kemudian membuka matanya, dia melihat wajah yang dia kenal dan langsung duduk kemudian memeluk Ardo di depannya,

“Woi...apa apaan ?” tanya Ardo.

“Gue takut banget Do,” jawab Oki.

“Ugh lo kencing ya, bau banget, lo ganti celana dulu gih dan lepasin gue, nular nih,” ujar Ardo.

“Iye iye, sori,” balas Oki melepaskan pelukannya.

Oki berdiri dan masuk ke dalam toilet, tak lama kemudian dia keluar memakai pakaian terusan berwarna orange milik petugas kebersihan yang berada di dalam kamar mandi. Di tangannya ada sebuah kantung plastik berisi pakaiannya yang basah,

“Sori Do, lo jadi liat gue kayak gini,” ujar Oki.

“Ga nyangka gue, muka ganteng, pakai anting, kelakuan preman tapi kencing di celana haha,” ujar Ardo meledek.

“Lo pingsan kenapa Ki ?” tanya Desi.

“Lo berdua kaga bakal percaya dengan apa yang gue liat, ada dua orang pohon berdiri di depan gue, gila serem abis,” jawab Oki.

“Dua orang pohon ?” tanya Ardo pura pura.

Oki langsung menceritakan apa yang dia lihat di depannya dan menggambarkannya di lantai menggunakan jarinya untuk memperlihatkan kepada Ardo dan Desi yang sebenarnya hanya berbasa basi. Setelah Oki selesai bercerita,

“Lah lo kenapa masuk ke sini ?” tanya Ardo.

“Gue denger ada suara tembakan dan suara bising di dalam gedung, gue penasaran trus masuk ke dalem,” jawab Oki.

“Trus yang di parkiran siapa tadi ?” tanya Desi.

“Eh...lo liat ya Des ?” tanya Oki kaget.

“Iyalah, ada beberapa orang model preman yang masuk ke lingkungan kampus trus langsung ke parkiran motor, ya gue ikutin mereka, ga taunya mereka nyamperin lo, gue langsung nyamperin Ardo tapi pas gue ama Ardo dateng, orang orang itu udah tergeletak,” jawab Desi pura pura.

“Iya bener Ki, lo sebenernya ada masalah apa ama mereka ? trus yang bikin mereka roboh elo ?” tambah Ardo.

Mendengar pertanyaan Ardo, Oki terdiam dan menunduk, tangannya mengepal kemudian dia menatap Ardo dan Desi,

“Itu masalah gue, sebaiknya lo berdua ga usah ikut campur,” ujar Oki tegas.

Ardo menoleh melihat Desi yang juga sedang melihat dirinya, kemudian keduanya kembali melihat ke arah Oki,

“Cerita aja Ki,” ujar Ardo.

“Iya bener Ki, gawat kan kalo ada orang orang modelan mereka masuk ke kampus,” ujar Desi.

“Gue bakal selesaikan masalah gue, sekarang gue jalan dulu, ada yang nungguin gue di rumah,” ujar Oki.

“Hah...siapa ? setau gue lo tinggal sendirian kan ? keluarga ?” tanya Ardo.

“Sori Do, gue ga bisa bilang, udah ya, gue cabut,” jawab Oki.

Oki terlihat tergesa gesa dan berlari kecil meninggalkan keduanya, kemudian Ardo menoleh melihat Desi,

“Kita ikutin dia ?” tanya Ardo.

“Hmm...sebenernya sih gue ga terlalu pengen tau juga, tapi Oki kan temen akrab lo kan, ya terserah lo, gue ikut lo aja,” jawab Desi.

“Ya udah, ayo, gue tau rumahnya, kita datengin aja,” balas Ardo.

“Ok, ayo aja,” balas Desi.

“Bwuung,” sebuah layar hologram berwarna kuning terbuka di depan wajah keduanya, menandakan tugas sudah selesai dan mendapatkan hadiah penyelesaiannya. Setelah itu, mereka berjalan keluar dari gedung kampus dan langsung ke mobil mereka.

1
Ellya Syaji'ah
bagus... lanjut...
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kakak
total 1 replies
Razali Azli
wow! menarik. masih awal chapter. terlalu banyak persoalan. mungkinkah bapa mereka telah ditransmirgasi ke dunia kultivator?
Mobs Jinsei: terima kasih dukungannya kakak
total 1 replies
Linna_Naa^•^
tamatin ya thor, seru banget soalnya
Mobs Jinsei: siap kak, makasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!