Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya berubah semenjak kematian sang ayah, membuat dirinya berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Setelah melakukan misi terakhir, kami pun lantas pulang. Malam itu Puteri yang menyetir mobil dengan izin Selvi, sementara Selvi hanya duduk diam membisu, pandangannya kosong.
Entah mengapa, semenjak melihat aksi Puteri tadi, Selvi merasa takut padanya, pasalnya itu kali pertama baginya melihat sisi lain dari saudari sepupunya itu.
Sorot mata, aksen bicara, tawa horor serta kelakuannya yang bisa dibilang cukup sa*is yang ditunjukan malam ini oleh Puteri benar-benar masih terbayang dalam ingatannya.
Puteri menyadari perubahan sikap Selvi, lantas ia pun menepuk dengan pelan bahu sepupunya itu.
"Hei, kok kamu diem terus dari tadi!! Ada apa Vi??"
"Eee-eh aaa-aku gak apa-apa kok Put!!" Jawab Selvi kaget.
"Gak apa-apa tapi kok grogi gitu jawabnya, kenapa Vi?? Bilang sama aku!!!"
"Hmmm jujur aku masih takut sama kamu Put!!, maaf tapi aku liat kamu tadi seperti orang lain, bukan seperti Puteri yang aku kenal selama ini." Jawab Selvi sambil menundukan wajahnya tak berani melihat ke arah Puteri.
"Ooh jadi karena itu, hehehehe yaudah itu kita bahas nanti dirumah kamu ya, sekarang mending kita cari makan dulu, apa kamu gak laper??
"Laper sih, terus mau makan apa??" Tanya Selvi sambil melirik Puteri.
"Hmm aku sih bebas ngikut aja, kamu mau minum gak??" Tanya Puteri sambil fokus menyetir.
"Ayoook, aku lagi pengen merefresh otak nih!!" Selvi menjawab dengan girangnya. Pasalnya dia pun sedang merasa kacau dengan masalah pribadinya sendri, namun masih enggan bercerita dengan Puteri.
"Habis makan kita clubbing aja gimana??"
"Ok, yaudah makan sate aja tuh didepan mau gak??"
"Gaskeunlah!!" Jawab Puteri sambil melipirkan mobil yang sedang ia kendarai.
****************************
Setelah selesai makan mereka pun menuju salah satu club malam di daerah Braga. Mobil pun melipir dan mereka berada tepat disebrang club tersebut.
"Yakin mau kesitu??" Tanya Puteri sambil melirik kearah club, sejujurnya ia merasa tidak nyaman dengan suasana seperti itu.
"Hmm, kamu gimana??" Selvi terlihat ragu.
"Jujur aku sih gak pernah clubbing!!!" Jawab Puteri polos, karena memang itu benar adanya.
"Lah aku juga!!" Selvi menimpalinya dengan polos juga.
Ahahahahahahah akhirnya mereka tertawa, konyol memang kelakuan 2 saudari sepupu ini.
"Yaudah kita pulang aja deh, mending kita minum dirumah aja gimana??" Ajak Selvi sambil masih terkekeh
"Ide bagus, okeh gas!!!"
Mereka melipir ke sebuah warung minuman, membeli beberapa kaleng bir ditambah 1 botol minuman yang biasa mereka minum, juga membeli beberapa bungkus cemilan dan rokok sebagai pelengkap.
********************
Akhirnya mereka pun tiba dirumah Selvi, rumah yang megah namun sepi, karena penghuninya jarang ada dirumah. Selvi kadang hanya ditemani oleh Bi Irah dan Mbak Lika saja.
" Om sama tante kemana Vi??"
"Gak tau, mereka emang jarang ada dirumah, sibuk masing-masing!!!" Jawabnya dengan cuek kemudian berlalu menuju dapur.
" Kalo kakak kamu??
" Kakak sekarang tinggal di apartment sama temenya, makanya jarang pake mobil, karena pulang pergi kerja pakai motor sportnya, biar cepet katanya!!!" Selvi menjawab sambil memberikan 2 gelas sloki dan piring kosong kepada Puteri.
Puteri hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian Bi Irah keluar menyapa mereka.
"Non Selvi sudah pulang, eh ada non Puteri juga, gimana keadaan non Puteri sekarang, bibi dengar non Puteri habis dirawat karena kecapean ya??
" Alhamdulillah sudah pulih bi!!!" Jawabnya sambil menyalami bi Irah.
"Kok bibi kebangun, kan Selvi bawa kunci sendiri." Ucap Selvi sambil ikut salam juga.
"Bibi cuma mau tanya, non Selvi sudah makan belum, mau bibi siapin makannya sekalian sama non Puteri, atau barangkali butuh sesuatu??"
" Sudah bi, bibi balik istirahat aja gih, ini udah malem!!! Nanti kalo Selvi butuh apa-apa Selvi bisa ambil sendiri kok!!!"
"Yasudah kalo begitu bibi kembali ke kamar ya non, mari non Puteri!!" Jawabnya sambil berlalu.
Mereka pun segera menuju kamar Selvi yang berada dilantai 2. Setelah mengganti pakaian, mereka ngobrol santai di balkon sambil membuka makanan dan minuman yang mereka beli sebelumnya.
**********************
"Put, kamu belum jelasin yang tadi itu loh." Tagih Selvi yang masih penasaran, sambil menenggak minumannya.
" Hmm, Sebenarnya aku merasa diriku sendiri mulai berubah sejak kepergian alm. Ayah. Aku dituntut harus kuat, mandiri, bertanggung jawab dan tidak boleh mengeluh. Semua itu aku tanggung sendiri. Dan seiring berjalannya waktu merubah seorang Puteri yang bisa dibilang manja, menjadi wanita tangguh."
"Terlebih saat aku kehilangan janinku, hatiku benar-benar hancur, rasa dendam menyelimuti diriku, sakit hati yang mendalam menorehkan luka yang membekas dalam ingatan."
"Semua itu tidak bisa aku terima lagi, beban yang sebelumnya aku pikul sendiri ditambah beban baru yang aku hadapi membuat sisi gelapku keluar."
"Sampai aku berprinsip pada diriku sendiri, orang yang berbuat baik padaku, akan aku perlakukan dengan lebih baik. Tapi jika orang itu menyakitiku, maka aku akan membalasnya berkali-kali lebih menyakitkan."
"Awalnya sisi gelapku ingin membalas Rita, ia sudah merebut kekasihku, bersekongkol dengannya untuk melenyapkan bayiku, tapi saat kenyataan yang berbicara, aku tau bahwa hukum alam itu ada, aku tidak perlu merasa khawatir, tanpa perlu mengotori tanganku sendiri untuk membalasnya, ia sudah mendapatkan hukuman itu, bahkan jauh lebih menyakitkan."
"Sebagai balasan atas perbuatannya karena menyakitiku, ia justru diperlakukan kasar oleh Nino, bahkan Nino tidak pernah melakukan hal itu padaku. Dan parahnya lagi Rita harus kehilangan Adi untuk selama-lamanya, sama halnya aku kehilangan calon anak pertamaku."
"Disisi lain, aku harus memaafkannya, karena ia sudah meminta maaf dan menyadari kesalahannya, semua adalah kuasa Tuhan, dan apa yang terjadi padaku, adalah takdirku yang tidak bisa aku rubah." Jawab Puteri panjang lebar.
"Lalu dengan Nino, mengapa kamu membalas dengan mengotori tanganmu sendiri???, mengapa tidak menunggu hukum alam saja yang membalasnya??? Selvi bertanya penuh penasaran.
"Aku hanya mengingatkannya sedikit tentang rasa. Rasa sakit, tertekan, malu dan kecewa." Jawab Puteri yang sudah habis menenggak minumannya, lalu menyalakan rokok.
"Maksudnya??" Tanya Selvi sambil mengisi gelas mereka.
"Sakit yang Nino rasa dipipinya, tidak sesakit apa yang aku rasakan, diperlakukan semena-mena untuk mengikuti mauku, akan membuatnya tertekan. Sama seperti perlakuannya kepadaku dulu." Sambil menenggak kembali minumannya.
"Lalu mengapa aku harus sampai men*lanj*nginya?? Karena hal Itu akan membuatnya ingat, dengan apa yang ia lakukan dulu kepadaku, saat ia merenggut keper*w*nanku, tapi mungkin yang ia rasakan kini akan menjadi trauma tersendiri baginya."
"Namun yang terpenting adalah, semua hal itu akan membekas dihati dan pikirannya, karena diperlakukan seperti itu oleh orang yang ia cintai jelas akan membuatnya kecewa." Tuntasnya sambil mematikan rokok yang hampir habis.
"Apa menurutmu ini tidak keterlaluan??, dia bersama ketiga temannya, pulang dalam keadaan bertel*nja*ng tanpa sehelai benangpun, berada di tempat umum pula!!!" Kali ini Selvi bertanya dalam keadaan yang hampir mabuk, karena dari tadi mendengarkan Puteri bercerita sambil terus menenggak minumannya.
"Keterlaluan?? Itu adalah sangsi sosial, yang harus mereka dapatkan karena sebelumnya niat mereka adalah untuk membuat Rita malu bukan??? dan rasa malunya bisa sampai keubun-ubun jika itu terjadi." Balas Puteri menegaskan.
"Kamu yakin dia gak akan membalas??" Tanya Selvi yang masih merasa khawatir.
"Jika dia membalas, kita sudah punya kartu AS nya, dan aku tidak akan main-main dengan ucapanku. Lagi pula semua itu kini hanya menjadi masa lalu saja bagiku. Aku harus memulai hidup baru yang jauh lebih baik dari sebelumnya bukan??" Sambung Puteri yang sudah mulai ikutan mabuk.
"Hu'um, aku kagum padamu Put, seandainya aku bisa sekuat kamu, aku pasti bisa move on dengan kehidupan ini!!" Selvi mengucapkannya dengan melow, seolah menahan sesak didadanya.
"Ada apa?? Ceritalah Vi, aku siap mendengarkannya, dan aku juga akan membantumu sebisaku!!!" Bujuk Puteri sambil mengusap punggung sepupunya itu.
Selvi hanya menangis, sulit baginya untuk bercerita, sekalipun Selvi tau Puteri pasti bisa membantunya. Hanya saja harus memulai dari mana itu yang dia tidak tahu.
"Dengar, sebetulnya aku tau apa tujuanmu menemuiku kala itu di tempat kerja, kamu lagi ada masalahkan, lalu kamu ingin bercerita tentang masalah kamu, hanya saja keburu aku yang mendapat masalah ini, jadi kamu kesampingkan dulu masalahmu, benarkan???" Tutur Puteri menjelaskan sambil menyimpan gelas yang baru ditenggaknya.
"Hmmm hu'um, a-aku" Belum selesai Selvi berkata, Puteri sengaja memotong perkataannya.
"Aku tau kamu bingung, bagaimana cara menceritakannya padaku, jadi tanpa menunggu kamu cerita, sebenarnya aku sudah mencari tau."
"Apa yang kamu tahu??" Selvi bertanya dengan was-was
"Yaaaa bisa dibilang hampir semua, kecuali satu, yaitu alasanmu mengapa kamu menggugurkan janin kamu"
Seketika itu Selvi langsung syok mendengar penuturan Puteri, dalam hatinya berkata, bagaimana ia bisa tahu soal itu?? Padahal ia tidak pernah bercerita pada siapapun soal kehamilannya, apalagi soal aborsi yang ia lakukan termasuk pada Aldi.
"Kenapa diam??, apa aku salah??, kamu gak perlu tutup-tutupin lagi apapun dari aku, sekarang ceritakan alasannya padaku, atau kamu ingin aku mencari tau dengan caraku sendiri??" Puteri bertanya dengan nada menekan dan tatapan yang horor, membuat Selvi ketakutan.
"Ka- kamu tau dari mana Put??" Tanya nya sambil berusaha menelan saliva.