Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Pertemuan Yang Membuat Bisma Hancur Sehancur-Hancurnya
Bisma menatap Haura tanpa kata, lagipula kenapa juga gadis muda itu yang harus memanggilnya untuk makan malam, padahal ia bisa turun sendiri menuju meja makan. Bisma pergi lebih dulu dan meninggalkan Haura yang masih berdiri di dekat pintu kamar Bisma.
Haura menatap kepergian Bisma dengan sedih, sejak pertemuannya tadi siang di ruang keluarga, kakak angkatnya itu tidak sedikitpun bersikap ramah. Padahal kedatangan dia ke kamarnya ini, adalah disuruh Bu Sindi untuk memberitahu Bisma makan.
Bisma tiba di meja makan, tapi dia hanya memberitahu bahwa malam ini tidak bisa makan malam bersama, karena terlanjur ada janji dengan seseorang.
"Bisma tidak bisa makan malam bersama kalian Pa, Ma. Bisma minta maaf, sebab Bisma sudah ada janji dengan seseorang." Bisma memberi alasan.
"Janji dengan siapa? Dengan perempuan tadi siang yang memutuskan hubungan pertunangan kalian? Kenapa ditemui lagi? Kalau dia sudah mengembalikan cincin pertunangannya, itu artinya dia sudah tidak mau bersamamu," ujar Pak Saka dengan nada kecewa.
"Bisma minta maaf, Pa. Bisma pamit dulu, ya. Assalamualaikum." Tanpa membalas ujaran papanya, Bisma segera pamit dan melangkahkan kaki tanpa menunggu jawaban dari kedua orang tuanya.
Pak Saka dan Bu Sindi geleng kepala, mereka kecewa dengan sikap Bisma yang seolah masih mengejar dr. Jelita, padahal jelas-jelas dokter muda itu sudah memutuskan hubungan sepihak.
Pak Saka dan Bu Sindi pada akhirnya hanya bisa menatap kesal kepergian Bisma.
"Haura, duduklah. Kenapa kamu masih berdiri di sana?" tegur Bu Sindi pada Haura yang masih berdiri di ujung pintu ruang tengah. Haura tersentak lalu melangkah menuju ruang makan. Mereka bertiga makan malam tanpa Bisma, sesekali terdengar obrolan kecil di sela makan malam mereka layaknya keluarga kecil bahagia.
***
Di tempat berbeda, mobil Bisma tiba di depan sebuah kafe yang sudah dijanjikan oleh Bisma dan dr. Jelita tadi sore. Bisma segera masuk ke dalam kafe itu, dia langsung menuju meja paling ujung di kafe itu. Sembari menunggu dr. Jelita datang, Bisma memanggil seorang pelayan kafe untuk memesan minuman.
Pelayan datang, lalu Bisma memesan minuman milo dingin. Karena hawa kota Semarang malam ini terasa begitu panas.
Bisma sesekali menatap jam tangannya, sudah lima menit perempuan dambaannya terlambat datang. Padahal dr. Jelita sendiri yang menentukan jam berapa mereka janjian bertemu. Sampai 10 menit berlalu, perempuan itu masih juga belum datang. Bisma masih sabar menunggu. Hingga tepat di jam 20.15 menit, orang yang dinantikan akhirnya datang juga.
Bisma langsung berdiri dari duduknya dan menyambut kedatangan Jelita yang tampil sangat cantik malam ini. Bisma keluar dari kursinya, ia manarik kursi untuk Jelita lalu mempersilahkan gadis cantik berpendidikan itu duduk. Perlakuan Bisma masih belum berubah, dia tetap meratukan Jelita dengan perhatiannya.
"Sayang, aku sudah menunggumu lima belas menit yang lalu, aku pikir kamu tidak akan datang," ucap Bisma masih belum melepas kata sayang dari bibirnya untuk Jelita.
Jelita memalingkan muka, dia seperti keberatan saat Bisma memanggilnya sayang.
"Kenapa kamu memaksaku untuk bertemu, Mas? Sudah aku katakan, aku tidak akan merubah keputusanku. Aku tetap akan melanjutkan studiku, aku ...." Kalimat dr. Jelita terputus.
"Pakai lagi cincin pertunangan kamu ini, kamu masih bisa melanjutkan studi tanpa harus mengakhiri hubungan pertunangan kita. Lagipula aku tidak akan mengusik studi kamu atau menuntut kamu harus menjadi ibu rumah tangga dan meminta kamu cepat punya anak. Aku tidak akan mengekangmu, Lita. Jadi, apa salahnya kita menikah dan kamu tetap melanjutkan studi tanpa kekangan dariku?" bujuk Bisma seraya membuka kotak perhiasan yang di dalamnya cincin tunangan yang tadi siang dilepas Jelita.
"Sudah aku katakan aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Studiku ini bisa memakan waktu empat sampai enam tahun, Mas. Dan aku tidak mau kamu bosan menungguku. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Jelita langsung membantah ucapan Bisma, dia kukuh dengan pendiriannya, bahwa dia ingin tetap melanjutkan studinya tanpa melanjutkan hubungan kasih dengan Bisma.
Jelita meraih kotak perhiasan cincin itu, lalu dikembalikan ke tangan Bisma dengan paksa.
"Tapi kenapa Lita? Berikan alasannya kenapa kamu ingin mengakhiri hubungan ini, sementara aku selama ini begitu setia menantimu, bahkan kalau kamu mau melanjutkan studi kembali, aku tidak akan mengganggu studimu, aku siap menunggumu jika memang itu yang kamu mau. Aku akan menunggumu sampai kamu meraih gelar dokter spesialis," tekan Bisma yakin.
"Tidak, aku tidak yakin kamu bisa menungguku selama itu. Sudahlah, Mas. Aku tidak ingin memberimu harapan yang tidak pasti, lagipula studiku kali ini benar-benar ingin fokus tanpa memiliki hubungan dengan siapapun. Aku harap kamu memahami obsesi dan cita-citaku, Mas. Dokter spesial merupakan angan-anganku sejak dulu," balas Jelita juga penuh penekanan.
"Kalau begitu, itu artinya kamu ingkari semua janjimu selama ini. Bukankah pernah kamu bilang, bahwa setelah kita selesai tugas di daerah konflik, kita akan segera melangsungkan pernikahan dan itu kamu ucapkan di depan kedua orang tuaku juga orang tuamu. Apakah kamu tidak ingat dengan janjimu, Jelita?" cetus Bisma mengingatkan Jelita atas janjinya setahun lalu setelah acara pertunangan mereka.
"Lupakan itu, Mas. Saat itu aku tidak berpikir jernih. Aku hanya ingin melanjutkan studiku dengan fokus tanpa menjalin hubungan dengan pria manapun, termasuk kamu, Mas," tekan Jelita lagi.
Bisma terdiam, dia membeku seribu bahasa dengan penyangkalan dr. Jelita. Hatinya bertambah sakit dengan pertemuan malam ini. Dia pikir bujukannya akan merubah keputusan perempuan cantik di hadapannya, tapi ternyata sama sekali tidak.
"Maaf, Mas. Aku tidak bisa lama. Aku harus segera kembali. Aku pamit, aku minta maaf karena telah mengecewakanmu." Dr. Jelita berdiri lalu pergi dari meja itu tanpa menunggu Bisma bicara lagi padanya. Hati Bisma benar-benar hancur dengan perlakuan dr. Jelita sampai Bisma tidak bisa berkata-kata.
***
"Akkkkkhhhhhhh."
Bisma menjerit sekuat tenaganya di depan sebuah danau buatan di taman kota itu. Melampiaskan amarah dan kecewanya. Dengan perasaan marah yang tidak terbendung, Bisma melemparkan cincin tunangan milik Jelita ke dalam danau. Hatinya telah hancur sehancur-hancurnya oleh penolakan dr. Jelita.
"Apa sebenarnya alasan yang mendasari kamu memutuskan hubungan pertunangan kita, Lita? Aku tidak percaya kamu ingin fokus studi tanpa menjalin hubungan dengan pria manapun. Kamu pasti bohong, kamu bohongggggg," pekik Bisma lagi seraya menjambak ubun-ubun yang rambutnya sudah agak memanjang.
Di ujung sebelah timur danau itu, Jelita menatap Bisma yang sedang frustasi. Dia merasa bersalah dengan keputusannya.
"Maafkan aku, Mas." batinnya lirih. Dr. Jelita membalikkan badan, ia tidak mau membuat kesal seseorang yang kini menunggunya.
"Sudah, Sayang?" tanya pria itu dengan lembut dan mesra.
"Sudah, Mas. Ayo." Mereka masuk ke dalam sebuah mobil, lalu mobil itu segera pergi dari tempat itu, meninggalkan Bisma yang sedang meratap di depan danau yang penuh kenangan antara dirinya dan dr. Jelita.
Bersambung. Jangan lupa dukungannya ya, like dan hadian juga votenya jangan lupa. Selamat membaca.
selamat berkarya yg lain sehat selalu 💪🙏
berharap kk 😆🙏🏻