My Hot Step Mother

Lelaki itu hanya menggeleng.

"Hmm.." Airin juga harap maklum, karena mungkin dia bekerja sama bukan dengan anggota Mafia lainnya, karena dari ke 4 pimpinan ini mereka pasti saling mengetahui nama rival nya.

"Kau bekerja sama dengan polisi..?" Tebak Airin tanpa menoleh wajah Rexi, lelaki itu tidak menjawab.

Jadi dia bisa mengambil kesimpulan bahwa itu benar.

"Jika kau bekerja sama dengan aparat, mereka pasti mengetahuinya, dan wajah- wajah ke 4 orang ini juga mereka mengetahuinya.

Kau berhati- hati, bisa jadi kau di pakai mereka sebagai pancingan. Dan saya harap kau tidak akan menceritakan pertemuan kita ini.

Sekali lagi saya katakan, Airin sudah mati. Jika kau ingin hidup lebih lama, sebaik berdiam saja, jika kau memiliki hal baru, cukup kirim ke email yang kemaren kamu hubungi.

Masalah kematian mereka, kau tinggal tunggu saja dengan sabar. Sebaiknya jauhi para polisi dan intelejen itu. Pakai ini untukmu bertahan hidup dan mulai cari pekerjaan sampingan.

Airin meletakkan sebuah amplop yang tebal di atas meja, dia berlalu keluar tanpa menoleh.

Rexi hanya diam termangu, dia mengepalkan tangannya. Seandainya dia punya kekuatan, dia ingin sekali menghancurkan para Mafia itu, hanya saja dia tidak bisa berbuat apa- apa.

Itu karena kebodohannya di masa lalu, ketika dia menjadi anggota teratas, dia memiliki kekayaan yang luar biasa, sekali menjalankan misi dia meminta tarif yang tinggi. Dan setelah itu dia malah berfoya- foya di klub malam sampai berhari- hari.

Setelah uang habis dia ambil misi lain dan begitu seterusnya, dan ketika dia tidak bisa apa- apa lagi, dia tidak memiliki simpanan untuk bertahan hidup seperti ini.

Maka dia menjual informasi kepada polisi dan orang lain agar dia bisa bertahan hidup.

Saat kecelakaan terakhirnya dia sangat mengerikan, seluruh tubuhnya terbakar. Ada yang parah dan ada yang ringan. Memang polisi yang menemukan dia dan merawat sampai sembuh.

Sebelah wajahnya juga terbakar tapi tidak terlalu parah karena kedua matanya masih bisa melihat, yang lebih parah adalah sebelah kakinya tertimpa balok kayu sehingga membuatnya pincang sampai sekarang.

Dia melihat kepergian Airin dengan sedikit dejavu, apakah dia harus mengikuti perkataan wanita itu atau tetap memberitahu kepada pihak polisi.

Dia meraih amplop yang ada dia atas meja, dia memeriksa, ada puluhan atau mungkin ratusan lembar uang merah.

Dia beranjak berdiri dan mengunci pintu, dia kuatir akan ada orang lain yang masuk.

Kehidupannya yang jauh dari kata bergaul semenjak berita kematiannya tersebar, dia menjadi seorang yang penyendiri.

Dahulu di kelilingi wanita- wanita cantik, sekarang untuk melihat keluar rumah saja dia sudah tidak percaya diri lagi.

Berjalan masuk kedalam kamarnya dengan membawa uang yang di dalam amplop coklat tersebut. Rexi menyimpan di tempat yang menurut dia sangat aman.

Dia mendudukkan dirinya di atas ranjangnya, wajahnya menunduk, masih ada kebimbangan di dalam hatinya. Dendam itu masih saja belum bisa dia hilangkan. Tapi sesuai pesan wanita itu, dia tidak boleh gegabah.

Di tatapnya dinding kamarnya yang penuh dengan wajah pria- pria sangar dan ada beberapa wanita juga.

Berjalan mendekati dinding tersebut, dia menarik foto yang ada gambar Airin. Merobeknya dan membakarnya.

Dia tidak ingin jika sewaktu- waktu polisi datang dan menemukan ada foto Airin terpampang di dinding yang berisi anggota- anggota dari Mafia terkenal.

Dia ingin merahasiakannya bahwa pernah ada yang bernama Airin yang menjadi teman satu lettingnya.