NovelToon NovelToon
Terjerat Hasrat Sang Psikopat

Terjerat Hasrat Sang Psikopat

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Konflik etika / Cinta Paksa / Psikopat itu cintaku
Popularitas:12.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ira Adinata

Warning! Konten Dewasa!

Kehidupan Hana baik-baik saja sampai pria bernama Yudis datang menawarkan cinta untuknya. Hana menjadi sering gelisah setelah satu per satu orang terdekatnya dihabisi jika keinginan pemuda blasteran Bali-Italia itu tidak dituruti. Mampukah Hana lolos dari kekejaman obsesi Yudis? Ataukah justru pasrah menerima nasib buruknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Duka

Tiga jam berlalu, suasana ruang ICU yang semula tenang, berubah genting tatkala denyut jantung Pak Parman perlahan melemah. Hana dan Bu Esih ikut panik mengetahui kondisi Pak Parman yang justru memburuk. Seorang dokter spesialis bergegas masuk ke dalam ICU untuk memeriksa keadaan ayah Hana.

Bu Esih yang kalut, berusaha merangsek masuk ke dalam ruangan itu. Namun, Hana dan perawat lain menahan Bu Esih agar tetap di luar. Perawat tak mau, jika tugas dokter sampai terganggu karena kepanikan keluarga.

"Ma, sebaiknya kita tunggu di sini. Kalau kita ikut campur masuk ke dalam, nanti dokter nggak bisa konsentrasi," bujuk Hana merangkul ibunya.

"Hana, apa kamu nggak lihat? Kondisi bapak kamu semakin kritis! Kita nggak bisa duduk tenang berleha-leha melihat bapak kamu kesakitan," sanggah Bu Esih kesal, sambil berderai air mata.

"Iya, Ma. Hana tau. Tapi kalau kita masuk ke sana, yang ada dokter nggak bisa fokus menyembuhkan Bapak. Sebaiknya kita tunggu di sini, kita bantu usaha dokter dengan doa," jelas Hana.

Bu Esih mendesah kasar, kemudian duduk di kursi dengan perasaan gelisah. Tangannya gemetar hebat akibat ketakutan akan kehilangan sang suami. Wanita itu masih belum siap, jika sampai Pak Parman menghadap Ilahi lebih cepat.

Di sisi lain, Hana mengusap punggung ibunya. Kendati ia pun merasakan kekhawatiran yang sama, bersikap tenang dan berusaha menguatkan sang ibu merupakan pilihan terbaik untuk saat ini. Gadis itu berpikir, keadaan tak akan membaik kalau sama-sama panik.

Berselang beberapa menit kemudian, dokter menyimpan kembali alat pacu jantung. Seorang suster menutup seluruh tubuh Pak Parman dengan selimut. Bu Esih dan Hana yang menyaksikan akhir riwayat Pak Parman, hanya bisa tertunduk lesu sambil menangis tersedu-sedu.

Jenazah Pak Parman dibawa keluar dari ruang ICU menuju kamar jenazah. Bu Esih dan Hana mengikuti dari belakang dengan langkah tertatih-tatih. Semakin jauh berjalan, sekujur tubuh Bu Esih kehilangan daya, bahkan tak sanggup untuk berdiri.

Hana dengan sigap memeluk sang ibu. "Ma, kita harus kuat. Ini semua kehendak Yang Maha Kuasa."

Tangisan Bu Esih semakin kencang saja. Wanita itu benar-benar tak sanggup kehilangan suaminya lebih cepat. Alih-alih mengungkapkan kesedihannya, ia terus menangis. Tak peduli seberapa banyak orang berlalu-lalang, Bu Esih terus meluapkan rasa kehilangannya di pelukan putri sulungnya.

Setelah tangisan Bu Esih mereda, Hana memapah sang ibu menuju ruang jenazah dengan tertatih-tatih. Memang, air mata keduanya sudah tampak surut. Akan tetapi, itu semua tak berarti rasa sakit atas kehilangan Pak Parman memudar begitu saja.

Hana menyaksikan betapa pilunya sang ibu memeluk Pak Parman di kamar jenazah untuk terakhir kalinya. Ia jadi teringat pada saat Satria telah terbaring kaku di tempat serupa. Hana tau betul, menjalani jalinan kasih dalam waktu lama, membuat rasa kehilangan semakin kuat.

Dengan lembut, Hana mengusap punggung ibunya. Meski hatinya masih koyak atas kepergian sang ayah, ia tetap berusaha tegar demi menguatkan ibunya. Bu Esih pun lagi-lagi memeluk Hana begitu erat, seakan enggan melepaskan buah cintanya dari hubungan pernikahannya dengan Pak Parman.

"Hana, kamu jangan ke mana-mana, ya. Mama butuh kamu saat ini. Tolong kuatkan hati Mama. Sadarkan Mama agar dapat mengikhlaskan kepergian Papa," ujar Bu Esih, sembari menatap kedua mata Hana lekat-lekat.

"Pasti, Ma. Hana akan tetap bersama Mama," tegas Hana, mengusap air mata di pipi Bu Esih.

Ketika jenazah Pak Parman akan dibawa dengan ambulans, Hana mencoba menelepon Lusi. Bagaimanapun juga, kabar duka ini harus segera diketahui oleh adiknya.

Satu kali memanggil, nomornya tak aktif. Hana mencoba sampai beberapa kali menghubungi Lusi, jawabannya tetap sama. Nomornya tidak aktif dan di luar jangkauan.

Tak mau pasrah begitu saja, Hana mengirimkan pesan pada Lusi. Siapa tau saja, cepat atau lambat pesan itu pasti terbaca oleh adiknya.

Namun, saat jenazah sang ayah sudah tiba di kediaman Hana, pesan yang seharusnya diterima oleh Lusi masih belum dibaca. Hana pun bingung sekaligus khawatir, mengapa sang adik yang begitu mencemaskan keadaan ayahnya justru sulit dihubungi?

"Gimana, Hana? Lusi udah bisa dihubungi?" tanya Bu Esih cemas.

Hana menggeleng lemah sembari menunjukkan raut wajah khawatir. "Dari tadi susah banget ditelepon. Bahkan pesan WhatsApp dari aku aja nggak dibaca."

"Ya Allah ... gimana ini? Ah, coba kamu susul ke sekolahnya. Barangkali hapenya nggak aktif karena lowbat," usul Bu Esih.

"Iya, Ma. Aku coba nyusul Lusi ke sekolah, ya," kata Hana, lalu bergegas pergi.

Bu Esih memandang jauh ke arah Hana pergi meninggalkan kediamannya. Ia berharap, Hana segera bertemu dengan putri bungsunya agar dapat melihat wajah Pak Parman untuk terakhir kalinya.

Sementara itu, dari pinggir jalan Hana mendapatkan bantuan dari kerabat ayahnya, namanya Mang Jujun. Adik sepupu dari Pak Parman itu menawarkan Hana tumpangan agar bisa cepat sampai ke sekolah Lusi. Tanpa banyak berpikir, Hana menaiki motor Mang Jujun.

Laju motor Mang Jujun yang kencang, membuat perjalanan menuju sekolah Lusi menjadi lebih singkat. Setibanya di tempat tujuan, Hana bergegas masuk ke lingkungan sekolah adiknya. Dicarinya kelas tempat Lusi belajar, hingga akhirnya langkahnya terhenti di salah satu ruangan. Tampak guru dan murid yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar, terdiam sejenak tatkala Hana mengetuk pintu.

"Bu, saya mau ketemu Lusi. Saya harus segera membawa dia pulang sekarang buat ikut acara pemakaman bapak kami," jelas Hana ketika seorang guru perempuan menghampirinya.

"Tapi Lusi udah pulang duluan saat jam istirahat," terang guru itu.

Tercengang Hana mendengar perkataan gurunya Lusi. "Apa?! Jadi, Lusi udah pulang? Sama siapa?"

"Tadi teman-temannya bilang, Lusi dijemput sama pacar kakaknya buat datang ke rumah sakit karena kondisi bapaknya kritis. Emangnya kalian nggak ketemu di rumah sakit?" tutur sang guru.

Hana menggeleng cepat.

"Beneran? Terus, siapa dong pria tampan yang menjemput Lusi saat jam istirahat tadi? Dia ngakunya pacar kakaknya Lusi." Guru perempuan itu mengernyitkan kening.

"Ibu tau ciri-ciri pria itu?"

"Saya nggak lihat langsung, sih. Cuma tadi teman-temannya Lusi bilang, kalau Lusi pergi sama pria tinggi tegap, ganteng, pakai kacamata," jelas guru itu.

Terperangah Hana mendengar ciri-ciri pria yang disebutkan oleh gurunya Lusi. Ia pun langsung menduga, bahwa pria itu adalah Yudis.

"Terimakasih banyak informasinya, Bu. Nanti saya akan coba hubungi pria itu. Saya pamit dulu, ya," pungkas Hana.

"Iya."

Bergegas Hana menuju ke luar area sekolah. Sesekali, ia menghubungi nomor-nomor yang pernah digunakan oleh Yudis. Semuanya tidak aktif. Rahang gadis itu mengeras, tangannya meremas ponsel saking kesalnya.

Setelah keluar dari gerbang sekolah, terdengar ponselnya berdering. Tanpa banyak berpikir, Hana mengangkat panggilan itu sambil mendesah kasar.

"Halo," sapa Hana, sembari berusaha mengendalikan emosinya.

"Aku turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas kematian ayah kamu, ya, Hana," ucap suara berat seorang pria dari seberang telepon.

"Sialan! Sudah aku duga, pasti kamu yang sudah menghabisi bapak aku. Sekarang katakan, di mana adik aku! Tadi gurunya bilang kalau adik aku dijemput sama cowok yang ciri-cirinya persis kayak kamu. Cepat jawab!" cerocos Hana dengan tempo bicara cepat.

"Ssst ... Kamu jangan ngomel-ngomel gitu dong, sayang. Nggak baik perempuan cantik kayak kamu marah-marah," bujuk Yudis dengan nada memelas.

"Aku nggak mau main-main lagi, Yudis! Aku bakal laporin kamu ke polisi sekarang juga!" ancam Hana gusar.

"Oh, jadi kamu mau adik kamu kenapa-napa, gitu? Silakan, laporin aja."

"Apa?!" Mata Hana terbelalak. "Kamu jangan coba-coba celakai adik aku!"

"Adik kamu akan baik-baik saja, asalkan kamu menuruti kemauan aku. Gimana?"

"Ayolah! Aku ini sedang berduka. Apa kamu tidak punya sedikit pun rasa belasungkawa sama aku yang baru aja kehilangan ayah?"

"Kan tadi udah. Sekarang, pertanyaannya kamu mau nggak menuruti kemauan aku? Kalau nggak mau, aku akan memperlakukan adik kamu sama kayak memperlakukan Alin dulu."

"Jangan, Yudis!" bentak Hana dengan suara tinggi.

"Jadi, gimana? Kamu mau menuruti kemauanku nggak? Kalau mau, nanti malam kita ketemuan di hotel bintang lima. Kita habiskan malam bersama, sambil melupakan kesedihan atas berpulangnya ayah kamu ke hadapan Ilahi. Kamu setuju, kan?" tanya Yudis, diselingi tawa kecil.

Hana terdiam. Amarahnya yang semula berkobar, seketika padam memikirkan nasib adiknya. Ia sadar betul, bahwa kemauan Yudis pasti sesuatu yang tidak baik baginya. Kini ia harus mempertimbangkan, mempertaruhkan harga diri demi sang adik atau mencari cara lain.

1
heri mulyati
aku menunggu Thor 🤣🤣👍
Ira Adinata: udah tamat, kak 😅
total 1 replies
Jenny's
Yudis ganteng Thor, tapi gantengan yg di cover sih 😁
Jenny's
😭😭😭 patah hati aku Thor tapi gimana lagi ya aku juga bgung dengan mereka kalo hidup 😭
Ira Adinata: hehe... kalaupun hidup tetep aja menderita. Yudis dipenjara, lalu dijatuhi ŕ
hukuman mati. Hana pun bisa gila gara-gara trauma dan jauh dari Yudis. Menurut author, mending mati bareng aja biar cinta mereka tetap abadi 😅
total 1 replies
Jenny's
yaampun Thoorr 😭😭😭
Jenny's
Thor, jangan bilang sad ending 😭
Bella syaf
yah mati beneran ya 😭
Bella syaf
lagian Hana knp juga lu ngasih bukti Yudis 😌
heri mulyati
kebakar kan akhirnya,lagian si Hana main api ,udah tau si kudis nekat
Thor 💪👍🙏🙏😘
Putri vanesa
🥹🥹🥹
heri mulyati
ya mati dah si Hana 😔😔
Jenny's
kok ada rasa bosan Thor? ga rela aku. takut Hana dibunuh 😭
Putri vanesa
Aduh degdegan
Myra Myra
apa terjadi pada Hana Ae Thor?? kasihan Hana...
Putri vanesa
Boleh gk sih berharap Yudis bner2 sayang dan cinta sma Hana, gk mau Yudis bosen sma Hana 😭
Jenny's: sama, aku juga mau kayagini. tapi ada loh kak pernah baca psikopat yg ga bosenan. jadi dia justru kalo udh cinta sama 1 org yaudah sampe gila dia🤣
Ira Adinata: tapi psikopat itu orangnya emang gampang bosenan 😅
total 2 replies
Myra Myra
hrp semua berjalan Ngan lancar...Hana hati2 Ngan yudis...
Myra Myra
kasihan Hana... mintak 2 Hana tak dibuang oleh yudis
heri mulyati
dasar si kudis 🤣🤣🤣🤦🤦🤦
Jenny's
haduh, pusing aku 😅😭😭
Myra Myra
bahaya yudis...TKT perangkap jee
Jenny's
yah si Hana knp malah pengen Yudis ditangkep, katanya cinta. nanti Yudis malah semakin gapercaya Hana deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!