Pernikahan tanpa cinta akankah bertahan? Cerita ini beberapa bab mengandung tema dewasa harap bijak dalam menyikapinya ya. Selamat membaca🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Avisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Sudah berapa hari aku disini? Sehari? Seminggu? Atau sebulan? Entahlah. Mungkin lebih tepatnya 18 bulan aku di sini. Meskipun hampir 2 tahun aku berada di dalam rumah yang bak istana kerajaan ini tapi aku seperti orang yang tak nampak.
Semua pelayan di mansion ini mengabaikanku karna aku adalah nyonya rumah yang diabaikan oleh suaminya sendiri yaitu tuan pemilik mansion ini.
Aku sadar pernikahan ku terjadi bukan atas dasar cinta, akan tetapi atas dasar kepentingan bisnis.
Meskipun aku tak mengharapkan cinta dari suamiku bukan berarti pula aku ingin diabaikan oleh para pelayan. Aku lelah. Itu yang aku rasakan.
Sebelum menikah aku hanyalah seorang karyawan biasa yang bekerja di sebuah perusahaan. Yang aku tau hanyalah kerja, kerja dan kerja. Karena dengan bekerja aku merasa bahagia.
Aku tipikal orang yang tak enakan dan selalu berhati-hati dalam bertindak, hal itu aku lakukan karena aku tak ingin di benci. Karena sikapku yang seperti itu aku selalu dimanfaatkan oleh rekan kerjaku. Pekerjaan yang tidak dapat mereka selesaikan selalu mereka limpahkan kepadaku. Akupun tak menolak dan tetap mengerjakannya. Hal itu membuatku sering lembur, tapi mereka tak peduli. Bahkan jika proyek itu berhasil maka merekalah yang mendapatkan pujian dan sebaliknya ketika proyek tak berjalan dengan baik mereka akan memaki dan bahkan menghinaku. Sama seperti saat itu.
Saat itu proyek yang aku kerjakan tak berjalan lancar. Atasanku memarahiku hingga memecat ku, aku merasa tak adil. Untuk pertama kalinya aku membalas makian bosku sekaligus menyerahkan surat pengunduran diri.
Sesampainya di kontrakan aku bertemu dengan kedua orang tuaku yang menunggu di depan pintu kontrakan ku.
Aku terkejut orang tua yang tidak pernah memperdulikan anaknya tiba-tiba datang berkunjung. Dan ternyata benar mereka datang dengan tujuan ingin menikahkan aku. Lebih tepatnya menjual diriku dengan atas nama pernikahan.
Rasanya aku hampir gila, ingin marah tapi aku mencoba menahanya. Dan akhirnya aku menerimanya. Dan siapa sangka aku menikah dengan seorang konglomerat.
Saking frustasinya dengan kesehatan mental yang terganggu beberapa bulan setelah menikah aku mengalami kesulitan berbicara selama kurang lebih 5 bulan. Aku hanya merasa lelah, dan hal itu memperburuk hubungan ku dengan suamiku. Karena hubungan yang buruk itu semua pelayan mulai mengabaikanku dan meremehkan ku. Bahkan tak sedikit dari mereka yang mulai mengerjai ku. Tapi aku hanya diam saja. Dan hal itu terus berulang sampai tak terasa sekarang hampir 2 tahun.
Mungkin memang butuh waktu yang lama untukku bangkit. Kini entah dorongan apa yang membuatku tiba-tiba sangat bersemangat dan bahkan aku ingin melakukan banyak hal. Mungkinkah karena hidupku tinggal sebentar lagi??
Asholatu khairum minan naum.
Suara azan berkumandang dengan sayup-sayup. Karena letaknya yang lumayan jauh dari mansion.
Akupun terbangun dan bergegas mengambil air wudhu. Dan kemudian sembahyang. Aku sadar aku bukanlah manusia yang taat beribadah. Tapi entah hidayah apa yang merasuki diriku ini. Tapi bukankah ini perubahan yang baik.
Setelah itu aku melihat sekeliling ku ternyata sangat berantakan. Gorden yang tak pernah di ganti oleh pelayan. Lantai yang jarang di sapu. Bahkan seprai ku entah kapan mereka ganti. Aku pun keluar mengambil beberapa peralatan untuk membersihkan kamarku.
Dua jam berlalu hanya untuk membersihkan debu di kamarku. Aku merasa puas melihat aroma kamarku yang bersih dan tidak pengap. Untuk gorden, seprai dan karpet nanti akan kuganti setidaknya sekarang cukup nyaman untuk dilihat.
"Alhamdulillah akhirnya selesai. Semoga perubahan ini membuatku menjadi lebih baik lagi. Fighting!" Ucapku menyemangati diriku sendiri.
Aku kemudian bergegas untuk mandi.
"Ahhh... Astaga emang paling nikmat setelah bekerja berendam air hangat." Ucapku bahagia sambil memainkan busa sabun.
Setelah puas berendam dan membersihkan diri aku menuju dress room.
"Oh astaga bukankah aku istri konglomerat? Kenapa aku baru sadar kalau aku tak pernah membeli pakaian dari uang suamiku? Bukankah terlalu sia-sia jika punya suami tajir melintir tapi gak bisa menikmatinya. Hahahha" Aku tertawa garing menertawakan diriku sendiri. Jujur aku merasa sangat bodoh.
Akupun akhirnya memilih midi dress dengan kerah V berwarna putih tulang dan ada bunga-bunga kecil. Kemudian memoles wajah dengan natural hanya agar tampak lebih fresh.
Jam sudah menunjukan pukul 06.30 aku mulai bergegas ke bawah menuju ruang makan untuk sarapan bersama suamiku.
Saat tiba di ruang makan aku melihat suamiku sudah duduk di sana sambil memegangi ipadnya. Jantungku berdebar melihat hal tersebut, suamiku sangat tampan. Tapi auranya seperti mafia yang terkadang aku tak mampu menatapnya.
Dengan mencoba menetralkan detak jantungku aku duduk di kursi paling ujung sebelah kiri dan suamiku paling ujung sebelah kanan. Meskipun kami duduk berhadapan namun jarak kami cukup jauh terhalang meja mungkin panjang meja ini lebih dari 3 meter. Entahlah aku juga tak mengukurnya.
Glek
"Maaf sepertinya aku terlambat. " Ucapku berusaha tenang.
Suamiku nampak menghentikan aktivitas nya dan melirik ku.
"Tidak, aku baru datang." Ucapnya sambil meletakkan ipadnya.
Pelayan mulai menyajikan makanan. Aku tidak tahu menu apa yang disajikan ini. Ada berbagai jenis roti, sayuran seperti salad dan macam-macam. Aku selalu heran padahal kami hanya memakan sedikit tapi menu yang di sajikan sangat banyak.
Mungkin karena suasana hatiku yang baik aku pun menikmati makanan yang disajikan dengan lahap. Tapi jujur saja suasananya sangat hening bahkan aku khawatir dengan suara denting sendok ahhhh aku sangat rindu makan sambil menonton kartun kembar kepala botak.
"Suamiku." Panggil ku dengan canggung karena hampir tak pernah aku memanggilnya duluan.
Suami ku menatapku, jantungku berdetak kencang menatap matanya seolah-olah aku adalah mangsa. Aura mafianya sangat kuat seperti ingin membunuh seseorang.
"Su suamiku bisakah kamu memberiku uang?"
...----------------...
Mohon maaf teman-teman sebelumnya aku ingin curhat sedikit. Dulu aku juga pernah nulis ini di sini tapi karyanya belum selesai karna leptop rusak jadi enggak aku selesai kan. Dan judulnya berbeda dengan yang ini. Dan aku buat akun yang baru ini. pengen aku lanjutin lagi dengan ending yang berbeda. Dan ini sebenernya juga terinspirasi dari berbagai cerita nyata dan bukan. ada juga beberapa cerita yang pernah aku baca. Jadi mungkin kalau ada beberapa adegan atau cerita yang mirip mohon di maklumi ya tapi bukan berarti aku copy paste ya. Hanya terinspirasi dan aku ubah dengan gaya ku sendiri. Bagi yang suka lanjutkan membaca yang tidak juga tak apa. Jangan lupa juga kritik dan sarannya aku selalu menantikan agar aku bisa lebih baik lagi.