~Silahkan baca karya sebelumnya "Tiba-tiba Jadi Istri Pak Guru" supaya paham alurnya.
"Aku suka sama kamu"
"Tapi aku sudah menikah"
"Aku tunggu jandamu"
"Silakan saja"
Tidak ada yang menyangka, wanita yang menjadi dambaannya sejak lama ternyata istri dari sahabat nya sendiri.
Namun tidak ada yang mustahil di dunia ini, jodoh pasti bertemu.
Rafasya Dimas Anggara sejak lama mengagumi Tisya Andini, berulang kali dia menyatakan cinta pada Tisya namun Tisya selalu menolaknya. Tapi Dimas tidak menyerah begitu saja, setiap malam ia selalu meminta pada Tuhan untuk mempersatukan mereka.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Hari ini pertama kalinya Tisya menginjakkan kakinya di perusahaan Dimas. Dengan pakaian rapi ia berjalan memasuki kantor itu.
"Selamat siang bu." Ucap para karyawan.
"Siang" Jawab Tisya.
Tisya melempar senyum pada setiap karyawan yang menyapanya.
Tisya berjalan menuju meja resepsionis dan menanyakan di mana ruangan suaminya. Seluruh karyawan di kantor itu tahu siapa Tisya kecuali karyawan baru.
"Mari bu saya antarkan." Ucapnya.
"Terima kasih." Jawab Tisya.
Mereka berdua berjalan beriringan memasuki litf menuju ruangan Dimas.
'Tak tak tak'
Stefi baru saja menyelesaikan hajatnya di dalam kamar mandi. Ia keluar dan tak sengaja melihat dua orang wanita yang melintas di depannya.
"Tisya, itu kan Tisya, ngapain si janda itu datang ke sini?" Monolog Stefi.
Diam-diam Stefi mengikuti langkah kaki mereka, hingga akhirnya mereka masuk ke dalam litf.
Ia berdiri di depan litf menunggu liftnya terbuka sambil menebak-nebak apa tujuan Tisya datang ke perusahaan ini.
'Ting'
Pintu litf terbuka, seorang resepsionis yang mengantarkan Tisya keluar dari litf.
"Dari mana Bel?" Tanya Stefi.
"Dari ruangannya Pak Dimas nganterin Bu Tisya." Jawab Bela, ia langsung kembali ke tempat kerjanya.
"Kemarin Jessika sekarang Tisya, sebenarnya ada hubungan apa mereka sama Pak Dimas." Ucap Stefi dalam hati.
.
.
'Klek'
"Kakak." Tisya berteriak sambil lari ke arah suaminya.
Dimas kaget tiba-tiba istrinya datang ke kantornya.
"Sayang jangan lari-larian." Ucap Dimas.
Tisya langsung duduk di pangkuan Dimas dan menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya.
"Ada apa hem?" Tanya Dimas sambil mengusap-usap kepala Tisya.
Belakangan ini Tisya sering merasa rindu dengan suaminya, padahal belum ada lima jam suaminya pergi ia sudah merasa sangat rindu.
Biasanya Tisya hanya melakukan video call saja untuk mengurangi rasa rindunya namun entah mengapa tiba-tiba hari ini ia ingin datang ke kantor suaminya.
"Kangen." Jawab Tisya.
"Utututu manja banget bumil ku ini, ke sini naik apa?" Tanya Dimas.
"Naik mobil." Jawab Tisya.
"Sendiri?" Tanya Dimas.
"Heem." Jawab Tisya
"Ihh ngeyel banget dibilangin, jangan nyetir mobil sendiri." Tegas Dimas.
"Hehe sekali doang." Jawab Tisya.
'Cup'
"Jangan diulangi lagi." Pesan Dimas.
"Siap bos." Jawab Tisya.
Dimas membenarkan posisi duduk istrinya di pangkuannya kemudian ia melanjutkan pekerjaannya.
Nyaman, itu yang Tisya rasakan ketika berada di dekat suaminya.
Dimas melingkarkan tangan kirinya di perut Tisya sambil mengusap-usap lembut.
Sesekali ia mencium kepala istrinya menunjukkan rasa sayangnya.
"Kak pulang nanti mampir ke mall dulu ya." Ucap Tisya.
"Beli apa?" Tanya Dimas.
"Keperluan rumah udah banyak yang habis kak, sabun, beras, bahan makanan lainnya." Jawab Tisya.
"Iya sebentar lagi pekerjaan kakak selesai." Ucap Dimas.
'Cup' Tisya mencium bibir suaminya.
Tisya beranjak dari pangkuan suaminya karena ia merasa keberadaannya sangat terancam. Tisya dapat merasakan senjata Dimas sudah mulai bangun. Dari pada diterkam saat ini juga Tisya memilih untuk menjauh dari suaminya.
"Kalau pengen rebahan tidur di dalam aja yang." Ucap Dimas.
"Dalam mana?" Tanya Tisya.
Dimas memutar kursinya kemudian menunjuk sebuah pintu yang ada di belakang kursinya.
Tisya berdiri kemudian membuka pintu tersebut.
'Klek'
"Kakak punya kamar di kantor?" Tanya Tisya.
"Iya, buat istirahat kalau siang." Jawab Dimas.
Tisya masuk ke dalam kamar itu kemudian merebahkan tubuhnya yang sudah terasa sangat pegal.
"Dasar pinggang jompo" Ucap Tisya.
Tak butuh waktu lama Tisya langsung terlelap.
.
"Laporannya sudah siap belum?" Tanya Stefi.
"Sudah bu."
Stefi menerima laporan tersebut kemudian ia keluar dari ruangannya.
'Tak tak tak' Stefi berjalan menaiki litf menuju ke ruangan Dimas.
Tak disangka saat ia hendak menutup pintu litfnya tiba-tiba ada tangan seorang pria yang menahan pintu itu.
Pria tersebut langsung masuk dan menekan tombolnya.
"Mau ke mana?" Tanya Juan.
"Ruangan Pak Dimas." Jawab Stefi.
"Ngapain?" Tanya Juan.
"Makan" Jawab Stefi ngasal.
Setelah pintu terbuka Stefi langsung nyelonong keluar duluan.
"Nyebelin juga dia, tapi cantik" Ucap Juan saat Stefi sudah keluar dari litf.
Stefi berjalan menuju pintu ruangan Dimas kemudian mengetuknya.
'Tok tok tok.'
Dimas menekan sebuah tombol kemudian pintu itu terbuka.
"Masuk" Ucap Dimas.
Stefi berjalan menghampiri Dimas lalu duduk di kursi kosong di hadapan Dimas.
"Ada apa?" Tanya Dimas.
Stefi menyodorkan map berwarna kuning pada Dimas.
"Laporan penjualan minggu ini yang bapak minta kemarin." Ucap Dimas.
Dimas menerima berkas itu kemudian menyimpannya di laci.
Mata Stefi celingukan melihat sekeliling ruangan Dimas, ia tidak menemukan siapa pun di dalam sana.
"Perasaan tadi gue belum lihat Tisya keluar, kok di sini ga ada." Ucap Stefi dalam hati.
Stefi terus memandangi sekeliling ruangan tersebut dan tak sengaja matanya menangkap sebuah tas wanita yang tergeletak di sofa.
"Itu pasti tasnya Tisya." Batin Stefi.
Mata Stefi masih celingukan, ia melihat pintu kamar mandi yang terbuka itu artinya Tisya tidak sedang berada di dalam kamar mandi.
"Hasil pemotretan kemarin sudah dikirim?" Tanya Dimas.
"Pemotretan yang mana ya pak?" Tanya Stefi, sebab minggu ini ada 3 kali pemotretan dengan model yang berbeda.
"Parfum." Jawab Dimas.
"Sudah pak." Jawab Stefi.
"Kamu sudah hapus semua fotonya?" Tanya Dimas.
"Sudah pak sesuai yang bapak minta." Jawab Stefi.
"Bagus, ingat jangan pernah hubungi dia untuk jadi model produk perusahaan saya." Ucap Dimas.
"Baik pak." Jawab Stefi.
"Ngapain kamu masih di sini?" Tanya Dimas.
"I..iya pak saya keluar sekarang." Jawab Stefi kemudian ia langsung keluar.
Setelah menutup pintu ruangan Dimas Stefi duduk di sofa yang berada di dekat litf.
"Ada hubungan apa Pak Dimas dengan Tisya, lalu ada apa juga dengan Jessika." Ucap Stefi lirih.
"Humhh makin banyak aja saingan gue, jangan-jangan Tisya jadi ani-aninya pak Dimas, terus Jessika mantan ani-aninya Pak Dimas." Tebak Stefi.
"Tapi kan Pak Dimas udah punya istri." Sambung Stefi.
"Hah OMG helo jangan-jangan Tisya... Ga mungkin ga mungkin kepergian almarhum Bian aja belum ada satu tahun ga mungkin kan Tisya udah kawin lagi." Ucap Stefi.
"Gue harus cari tahu."
Ia berdiri dan melangkahkan kakinya menaiki lift menuju lantai lantai dasar.
Ketuk pintu litf sudah terbuka Stefi langsung menemui resepsionis yang mengantarkan Tisya tadi.
"Bel Bela." Panggilan Stefi.
"Hemm apa gue lagi sibuk nih." Jawab Bela.
"Lo tahu ga apa hubungan Tisya sama Pak Dimas?" Tanya Stefi to the point.
"Bu Tisya maksud lo?" Tanya Bela balik.
Stefi menganggukkan kepalanya.
"Lo ga tahu siapa Bu Tisya?" Tanya Bela.
"Ya kalau gue tahu gue ga bakal nanya ke elo." Jawab Stefi.
"Iya juga ya haha, Bu Tisya itu istrinya Pak Dimas gitu aja lo ga tahu." Jawab Bela.
"Hah istrinya?" Stefi kaget
" Iya, emangnya kenapa?" Tanya Bela.
"Ga papa cuma kaget aja kan gue belum tahu." Jawab Stefi.
"Yee lo naksir ya sama Pak Dimas, ihhh jangan jadi pelakor amit-amit jangan sampai di kantor ini ada pelakornya." Ucap Bela.
"Dih siapa juga yang mau jadi pelakor."
"Mendingan tuh sama Pak Juan, dia kan ga kalah jauh sama Pak Dimas." Ucap Bela.
"Amit-amit ya gue suka sama dia, mendingan gue jomblo seumur hidup." Ucap Stefi.
"Ati-ati kalau ngomong." Ucap Bela
TBC
Jangan lupa LIKE dan VOTE ❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️