Orang tua yang bercerai, keluarga yang berantakan, cinta yang menyakitkan di masa lalu sampai meninggalkan trauma yang mendalam, membuatnya tumbuh menjadi gadis yang nakal, suka membangkang, sering mabuk-mabukan, dan mengikuti balap liar. Sering kali dia ingin menyerah atas hidupnya, tetapi dia tidak senekat itu untuk mengakhiri nyawanya sendiri.
Marsya hanya sering menyakiti dirinya sendiri seperti menyayat lengannya, hanya untuk menyamarkan rasa sakit di hatinya.
Setelah lelah hidup di lingkungan yang menurutnya berantakan, ia memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, menempati rumah mendiang neneknya,
akankah setelah merantau kehidupan Marsya akan membaik dan bisa melupakan traumanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernyataan Rayhan
Marsya melangkahkan kakinya masuk ke pekarangan rumah, terdengar suara orang mengobrol bersahutan dari dalam paviliun, Marsya melangkahkan kaki menuju pintu paviliun dan melihat ada Wa Eli, Wa Lilis, dan Wa Dani sedang mengobrol sambil meminum kopi.
"assalamualaikum" ucap Marsya melangkahkan kakinya memasuki paviliun dengan ragu-ragu, dia takut di marahi karena semalaman tidak pulang, untung saja dia sudah menumpang mandi di rumah Rayhan jadi bau alkohol di tubuhnya sudah hilang.
"walaikumsalam" ucap mereka serempak.
"kamu dari mana Marsya, jam segini baru pulang, nggak kerja?" Wa Eli memberondong Marsya dengan pertanyaan.
"Marsya abis dari rumah Riana Wa, tadinya mau pulang tapi keburu kemaleman, jadi gaada yang nganter pulang, mau naek angkot juga gatau naek angkot apa" ucap Marsya mencari alasan, dalam hati dia meminta maaf kepada Riana karena sudah menumbalkan namanya, semoga saja Riana tidak membocorkan kepada Teh Melinda bahwa semalam mereka karaoke, minum-minum, dan berakhir dengan Marsya yang pergi dengan Rayhan, dan kalaupun Riana membocorkannya, berdoa saja semoga Teh Melinda tidak mengadukan kelakuannya pada para orang tua itu.
"terus sekarang kamu kerja jam berapa?" tanya Wa Eli lagi.
"hari ini libur Wa" ucap Marsya dengan masih berdiri di ambang pintu.
"yaudah masuk, udah makan belum? makan dulu" ucap Wa Lilis.
"udah Wa tadi dirumah Riana" ucap Marsya mendudukkan dirinya di samping Wa Dani.
"Yaudah istirahat sana mumpung libur" ucap Wa Lilis lagi.
Marsya terduduk sejenak di paviliun, lalu tak lama diapun beranjak masuk ke dalam kamar Wa Eli, mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan dan membawa piyama milik Kakak Rayhan dan pakaian bekas dipakainya tadi bersama dengan pakaian kotor lainnya untuk dia cuci.
Hari itu Marsya menghabiskan waktunya untuk mencuci pakaian dan beristirahat dirumah.
*****
Sudah 3 bulan Marsya bekerja di factory outlet dan menjadi sales di tempat itu, dan hari ini Marsya mendapatkan gajinya yang ke tiga kali, Marsya sangat senang, meskipun dirinya belum bisa menabung, dan uangnya selalu habis untuk dipakai keperluan sehari-hari olehnya, tetapi setidaknya dia sudah bisa menghidupi dirinya sendiri dan tidak bergantung kepada orangtuanya.
Setelah jam kerjanya berakhir, Marsya gegas membereskan barang-barang bawaannya lalu bersiap untuk pulang. Karena hari ini Marsya pulang sore, dia bisa sedikit santai dan tidak terburu-buru dalam perjalanan pulang.
Marsya memilih untuk beristirahat sejenak sebelum pulang. Dia menuju warung tempatnya dan Rayhan beristirahat pertama kali, membeli minuman kemasan dingin dan setelahnya memilih duduk tak jauh dari warung itu. Marsya mendudukkan dirinya pada kursi besi yang ada di dekat trotoar, dia menyalakan rokoknya dan duduk menghadap jalan sambil melihat kendaraan yang berlalu lalang, sambil berkhayal kapan dirinya akan memiliki kendaraan sendiri seperti orang-orang sedangkan gajinya saja hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
"Hai"
"Allahuakbar, ngagetin aja" Marsya terkejut saat bahunya di tepuk dari belakang dan ternyata Rayhan yang melakukannya. Suasana sore itu memang lumayan lengang membuat Marsya sedikit nyaman dan terlarut dalam lamunannya.
"ngelamun aja" ucap Rayhan mendudukkannya di samping Marsya.
"hmmm cape" ucap Marsya sambil menghembuskan asap rokoknya dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, Rayhan mengelus kepala Marsya dan menyelipkan helaian rambut pada telinganya karena rambutnya tertiup angin. Memang dalam waktu 3 bulan ini hubungan mereka menjadi lebih dekat, dan Marsya merasa sangat nyaman saat bersama dengan Rayhan, meskipun Rayhan selalu menggodanya dan berakhir membuatnya marah-marah. Tanpa Marsya sadari memang Rayhan sudah lebih dulu menyukainya sejak pertama kali bertemu dengannya. Ya Rayhan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Marsya.
"Marsya" Rayhan memanggil gadis itu dengan lembut sambil terus mengelus kepalanya.
"hmmm" Marsya hanya berdehem saja menjawabnya.
"lihat aku" ucap Rayhan yang seketika dituruti oleh Marsya. Marsya menoleh dan menatap dalam mata Rayhan yang sayu itu.
"ada apa?" ucap Marsya.
"aku suka kamu, aku sayang kamu, mulai saat ini kamu adalah milikku" ucap Rayhan sambil mengelus pipi Marsya.
Uhuk uhuk uhuk
Marsya tersedak dan hampir saja menyemburkan minumannya saat mendengar perkataan Rayhan yang sangat asal bunyi itu, Marsya bergidik melihat perubahan sifat Rayhan yang tiba-tiba, Rayhan yang biasanya menunjukkan sifatnya yang pecicilan dan hanya bisa menggodanya hingga dia jengkel dan marah, kini menampilkan tatapan mata yang dalam dan sayu, tidak ada raut bercanda dari wajahnya.
"pelan-pelan minumnya Marsya, gak akan ada yang rebut juga" ucap Rayhan mengelap bibir Marsya menggunakan ibu jarinya.
Rayhan merasakan gelenyar aneh dalam tubuhnya saat jarinya bersentuhan dengan bibir Marsya yang lembut dan kenyal seperti jelly, dia merasakan suhu tubuhnya memanas sampai ke ubun-ubun, sebetulnya saat Rayhan mabuk dan memeluknya pun Rayhan merasakan hal yang sama, tetapi Rayhan masih berusaha mengontrol dirinya agar tidak lepas kendali terhadap Marsya, dia tidak ingin berakhir dijauhi oleh Marsya, meskipun sebetulnya Rayhan sangat ingin mencium Marsya.
"aku keselek bukan karna minumnya cepet-cepet Rayhan bodoh, tapi karna omongan kamu, asal bunyi aja, ga pake bismillah" ucap Marsya bersungut-sungut.
"aku ga asbun Marsya, tapi kamu harus tau, ucapanku adalah mutlak, tidak ada penolakan" ucap Rayhan masih dengan raut wajahnya yang serius, dan tatapan matanya yang dalam dan sayu.
'ugh bisa-bisanya dia punya aura yang sama kaya orang itu, dan kenapa juga gua selalu kalah sama aura mendominasi ini, meskipun gua nyaman sama Rayhan tapi kenapa saat kaya gini aura nya malah mirip sama orang itu'
Merasakan aura yang terpancar dari Rayhan membuat Marsya mengingat seseorang yang ada di masa lalunya, orang yang menorehkan luka yang sangat dalam pada dirinya, luka lama yang sudah susah payah dia obati sendiri, kini kembali terbuka seolah mengingatkannya kembali pada sakitnya tiap goresan yang dia dapat di masa lalu.
'ya tuhan ini menyakitkan, kenapa harus ingat pada saat-saat itu, apa akan selalu seperti ini ketika gua akan memulai suatu hubungan yang baru? Apa rasanya akan selalu menyakitkan seperti ini? Apa jatuh cinta memang sesakit ini?'
Marsya meremas dan memukul-mukul dadanya yang merasakan sakit dan sesak, Marsya terus meyakinkan dirinya di dalam hati bahwa orang itu dan Rayhan adalah orang yang berbeda, tetapi tidak bisa, dadanya malah terasa semakin sakit hingga membuat matanya berkaca-kaca.
"Marsya, kamu kenapa?" ucap Rayhan terlihat sangat khawatir ketika melihat Marsya yang seperti sedang menahan sakit sampai matanya berkaca-kaca. Rayhan ingin menyentuh wajah Marsya tetapi seketika gadis itu menghindar, dan menjauh dari Rayhan.
"Sya, kenapa?" ucap Rayhan lagi, dia ingin mendekat tetapi takut gadisnya itu menghindar lagi.
"huuffftt maaf Rayhan, aku pulang duluan" Marsya menghela nafas kasar, dan bergegas pamit setelah berhasil mengontrol dirinya.
Rayhan hanya tertegun melihat sikap Marsya yang berbeda terhadapnya, Rayhan merasa sikap Marsya sedikit aneh setelah mendengar pernyataan cinta darinya, dia akan mencari tau ada apa dengan Marsya, dia akan menanyakan hal itu kepada Melinda lain kali.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊