"Papa sudah menjodohkanmu dengan Arion, putra dari sahabat Papa!"
Jedar, bak tersambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan dari sang Papa. Seketika tubuh Zeva langsung menegang dengan mulut terbuka.
"tidak, ini tidak boleh terjadi!"
Niat hati ingin meminta restu untuk hubungannya dengan sang kekasih, malah berakhir dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Bak buah simalakama, itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang Zeva rasakan saat ini. Dia tidak bisa berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai, tapi tidak juga bisa melawan kehendak kedua orangtuanya.
Apakah yang akan terjadi pada Zeva selanjutnya?
Bisakah dia membina rumah tangga sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan kegaduhan dan kejutan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32. Sakit di Balas Sakit.
Zeva memutuskan untuk langsung pulang tanpa memikirkan Arion lagi. Terserah laki-laki itu mau melakukan apa, yang pasti dia tidak akan peduli.
"Cih, dia marah karna aku punya kekasih. Sedangkan dia sendiri juga dekat sama perempuan lain."
Sepanjang perjalanan Zeva terus ngedumel kesal, sampai-sampai supir taksi yang mengantarnya berulang kali melihat ke belakang untuk memastikan kalau penumpangnya tidak gila.
Sesampainya di apartemen, Zeva langsung membayar biaya taksi dan bergegas untuk masuk ke dalam sana.
"Zeva!"
Langkahnya terhenti saat mendengar panggilan seseorang, sontak tubuh Zeva langsung kaku karena mengenali suara yang memanggilnya.
Gavin melangkahkan kakinya dengan cepat untuk mendekati Zeva, dia lalu berdiri tepat di hadapan wanita itu. "Kau ke mana saja, Zeva? Kenapa tidak mengangkat panggilanku?" Dia memegang kedua bahu Zeva dan mengguncangnya pelan.
Zeva tersadar dengan apa yang sedang terjadi saat ini, dengan cepat dia melepaskan tangan Gavin dari tubuhnya. "Ga-Gavin, apa yang kau lakukan di sini?"
Gavin menatap Zeva dengan tajam. "Tentu saja untuk melihatmu. Sejak semalam kau tidak mengangkat panggilanku, aku merasa sangat khawatir." Dia menarik kedua tangan Zeva lalu menggenggamnya.
"Ma-maaf, aku lupa mengambil ponselku yang ketinggalan,"
"Tapi kau tidak apa-apa kan? Apa laki-laki itu menyakitimu?"
Zeva langsung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, Gavin. Lebih baik kau pergi dari tempat ini sekarang juga." Dia takut kalau ada orang lain yang melihat mereka saat ini.
Gavin menatap Zeva dengan sendu, sungguh dia merasa kalau hubungannya dan Zeva sudah sangat jauh sekarang.
"Gavin." Zeva membalas genggaman tangan laki-laki itu. "Aku, aku minta maaf kalau sudah membuatmu khawatir, tapi sungguh tidak terjadi sesuatu padaku. Dan, dan yah kemaren malam aku sudah mengatakan tentang hubungan kita dengan Arion."
"Benarkah?" Gavin menatap dengan tidak percaya.
Zeva mengangguk. "Ya, dan dia marah besar atas pengkhianatan yang aku lakukan."
"Tidak, Sayang. Kau tidak berkhianat, karna sejak awal kita sudah menjalin hubungan sebelum kau menikah dengannya. Seharusnya dialah yang sadar diri, dan tidak melanjutkan pernikahan kalian."
Zeva terdiam saat mendengar ucapan Gavin, lidahnya terasa keluh untuk menanggapi apa yang laki-laki itu katakan. Biar bagaimana pun, tetap saja dia sudah menodai ikatan suci pernikahan.
"Sayang, lihat aku!" Gavin memaksa Zeva untuk menatap matanya. "Kita saling mencintai, dan tidak ada yang salah dengan itu. Jadi kita harus bertahan demi cinta ini, dan jangan sampai perjuangan kita selama ini menjadi sia-sia."
Gavin kembali mengungkit tentang perjuangan mereka dulu, dan tentu saja semua itu masih teringat dengan jelas dalam ingatan Zeva.
"Arion juga punya masa depan sendiri, Sayang. Tidak seharusnya dia berada di antara kita, dan biarkan suatu saat nanti dia bahagia dengan wanita lain."
Jantung Zeva berdegup kencang mendengar ucapan Gavin, dia lalu mendongakkan kepala untuk menatap laki-laki itu.
"Itulah takdir Arion, Sayang. Biarkan kita berdua bahagia, dan biarkan dia juga bahagia dengan wanita lain. Kau akan sangat bersalah jika tidak membiarkannya bersama yang lain."
Ya, mungkin yang Gavin katakan adalah benar. Betapa egoisnya dia jika tetap berada di samping Arion, tetapi kenyataannya dia mencintai laki-laki lain. "Kau benar, Gavin. Baiklah, aku akan memutuskan hubungan kami setelah 1 tahun pernikahan."
Gavin langsung memeluk tubuh Zeva dengan erat, dia merasa senang karena bisa kembali membuat wanita itu menuruti apa yang dia ucapkan.
Tanpa mereka berdua ketahui, saat ini ada 2 pasang mata yang menatap mereka penuh kemarahan. Dialah Arion dan juga Haris, yang saat ini berdiri tidak jauh dari mereka.
Haris yang melihat semua itu sungguh merasa tidak percaya dengan apa yang Zeva lakukan. Ternyata dugaannya sangat tepat, wanita itu sudah berani bermain api di belakang Tuan mudanya.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka begitu saja, Tuan. Izinkan saya untuk membunuh mereka berdua." Urat-urat yang ada di seluruh tubuh menonjol ke permukaan, dengan tangan terkepal dan gigi yang saling bergesekan.
Arion menarik napas dalam dan berusaha untuk menekan segala amarah yang sudah membuat darahnya mendidih. "Itu tidak perlu, Haris. Karna jika kau melakukannya, maka mereka tidak akan merasakan sakit yang sedang aku rasakan sekarang."
Haris terdiam mendengar ucapan Arion, sungguh dia ikut merasakan sakit yang laki-laki itu alami saat ini.
"Balas dendam terbaik adalah dengan memperlakukan mereka dengan baik, dan secara perlahan mengembalikan apa yang sudah mereka lakukan. " Arion tersenyum sinis. "Aku tidak akan memperlakukan Zeva dengan buruk, Haris, tapi sebaliknya. Aku akan memperlakukan dia dengan sangat baik, hingga dia jatuh ke dalam perangkapku. Di saat itulah, aku akan membalas mereka berdua."
Haris menganggukkan kepalanya karena baru paham dengan apa yang akan Arion lakukan. "Saya mengerti, Tuan. Dan saya akan mewujudkan semua yang Tuan rencanakan."
Arion lalu berbalik dan segera masuk kembali ke dalam mobil, begitu juga dengan Haris. Mereka tidak mau kalau sampai Zeva dan laki-laki itu melihat keberadaan mereka.
"Kau harus pergi sekarang, Gavin." Zeva mendorong tubuh Gavin agar laki-laki itu melepas pelukan di tubuhnya.
"Tapi aku masih merindukanmu, Sayang,"
"Aku mengerti, Gavin. Aku janji kalau akhir minggu ini akan menemuimu," ucap Zeva.
"Kau harus menghabiskan satu harian bersamaku, Sayang. Jika tidak, maka jangan salahkan aku jika membuat keributan."
Zeva langsung menganggukkan kepala. "Iya, Gavin, aku janji. Sekarang kau pergi ya."
Gavin mengangguk lemah, kemudian dia mengecup seluruh wajah Zeva sebelum pergi dari tempat itu.
Darah Arion kian mendidih saat melihat semua itu. Suami mana yang tidak sakit saat melihat istrinya bercumbu dengan laki-laki lain? Mungkin hanya orang gila sajalah yang tidak akan merasakan apa yang Arion alami saat ini.
"Kalian tunggu saja pembalasan dariku. Akan kupastikan kalau kalian menerima rasa sakit dua kali lipat dari apa yang aku rasakan saat ini, dan aku juga akan menghancurkan kalian sampai hancur berkeping-keping."
•
•
•
Tbc.
Sayang belum banyak peminat (diliht dr jumlah likers nya lo yaaa..)
Walau tokoh perempuannya di awal bikin Mak gereget, jengkel, dan kesel dg tingkahnya
Terimakasih atas karyamu yg menghibur ya Thor
Semoga makin bamyak yg minat utk baca karya2mu thor
Dan sukses selalu ya
Disatu sisi kasian, di sisi lain kamu bebal Ze..