TAMAT
.
Kisah Kaisar yang hidup dalam keluarga yang tidak utuh, Ayahnya menceraikan sang Ibu dan lebih memilih cinta pertamanya semasa muda dulu.
Sang Ibu terpaksa meninggalkan Kaisar karena ancaman suaminya sendiri, ia pergi membawa bayi perempuan yang masih berada diperutnya dan terlahir dengan nama Keiina yang tidak diketehaui keberadaannya oleh suaminya.
Kaisar tumbuh menjadi anak yang penuh dengan dendam dan sangat membenci sang Ayah juga istri yang sudah merebut posisi ibunya, di masa depan ia mencari keberadaan sang ibu dan adik yang belum pernah ia temui.
Apa yang terjadi dengan hubungan Kakak beradik antara Kaisar dan Keiina?
Akankah mereka saling mengenali saat bertemu untuk pertama kalinya?
Bagaimana saat cinta menghampiri Kaisar maupun Keiina, akankah pengkhiatan sang Ayah membuat mereka trauma dan membatasi diri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Adelia berjalan menuju kamar Kaisar, dilihatnya sang putra tercinta sedang bermain lego bersama pengasuhnya.
"Mamaaaa..." Panggil Kaisar yang kini barusia berusia 4 tahun.
Adelia mencoba tersenyum, "Kai.." Adelia mendekat pada Kaisar, disaat bersamaan, pengasuh bernama Mbak Nina pergi meninggalkan kamar Kaisar untuk memberikan ruang lebih pada Adelia dan Kaisar.
"Ma Lihat. Kai buat istana dali lego untuk Mama." Kata Kaisar dengan celotehan khas anak kecil.
"Bagus, apa istana ini untuk tempat Mama tinggal?" Tanya Adelia menanggapi cerita Kaisar.
Kaisar mengangguk. "Kalo Kai sudah besal, Kai mau buat istana benelan untuk Mama."
Adelia mengangguk, "Kai sayang Mama?" Tanya Adelia dengan membelai rambut Kaisar.
"Iya dong, Ma. Kai sayang sekali sama Mama." Balas Kaisar.
Adelia memeluk Kaisar, "Mama Kaisar cuma Mama. Kaisar tidak boleh memanggil orang lain dengan sebutan Mama ya, Kai." Pinta Adelia.
Kaisar yang belum mengerti apapun hanya mengangguk anggukan kepalanya didalam pelukan Adelia.
Setelah puas memeluk sang putra, kini Adelia membawa Kaisar keatas tempat tidurnya.
"Mama bacain Kai celita." Pinta Kaisar.
Adelia tersenyum, "Tentu saja, sayang."
Adelia mengambil sebuah buku cerita dari rak buku dikamar Kaisar, ia mengambilkan dan mulai membacakannya untuk Kaisar. Perlahan tapi pasti, cerita yang diceritakan oleh Adelia begitu terdengar memilukan.
Tes..
Air mata Adelia terjatuh mengenai kening Kaisar, membuat Kaisar seketika mendongak.
"Mama menangis?" Tanya Kaisar dengan mimik wajah takut.
Adelia dengan cepat mengusap sudut matanya dan tersenyum. "Tidak, Kai. Mata Mama hanya terkena debu." Ucapnya berbohong.
"Tapi tadi kamal Kai sudah dibelsihkan oleh Mbak Nina, Ma. Tidak ada debu." Ucap Kaisar, bocah berusia empat tahun itu sangat pintar saat menjawab hal yang tidak wajar menurutnya.
Adelia menghembuskan nafasnya pelan, "Mata Mama memang sedang sensitif, Kai. Harusnya Mama membaca memakai kaca mata, hanya saja Mama lupa." Jawabnya.
Kaisar mengangguk anggukan kepalanya layaknya orang dewasa yang mengerti, "Kalau begitu Mama jangan membacakan Kai celita lagi, Kai mau tidul aja dipeluk Mama." Ucapnya lalu mengambil buku cerita dari tangan Adelia dan meletakannya di meja nakas. "Ayo kita tidul, Ma."
Adelia membawa Kaisar untuk tidur dengan nyaman dan memeluknya.
"Kai.." Panggil Adelia.
"Iya, Ma."
"Bolehkah Mama bekerja?" Tanya Adelia ragu ragu.
"Mama kelja apa?" Tanya Kaisar.
Adelia mengusap kepala Kaisar sambil menepuk nepuk bo*kongnya. "Hemm, Kai tau kan kalo Mama suka membantu acara Amal di rumah sakit anak?" Tanya Adelia yang diangguki oleh Kaisar. "Mama harus kerja beberapa hari untuk menemani anak anak yang sakit." Ucap Adelia.
"Tapi kan biasanya Mama pulang." Balas Kaisar.
Adelia memutar otak mencari jawaban yang dapat dipahami oleh Kaisar. "Dokter dirumah sakit bilang, Mama harus membantunya lebih lama lagi." Kata Adelia pada akhirnya.
"Mama menginap di lumah sakit?" Tanya Kaisar.
"Iya." Jawab Adelia ragu.
Hening sesaat,
"Tapi Mama janji halus pulang secepatnya ya, Kai gak mau nulut lagi kalo Mama lama pulangnya."
Adelia mengangguk, "Mama akan pulang Kai, Kai harus nurut sama Oma, ya. Jangan buat buat Oma capek." Pinta Adelia, karna saat ini Adelia hanya percaya pada Mutia saja, membuat Adelia harus bisa membujuk Kaisar untuk slalu dekat dengan Mutia.
"Iya, Mama." Jawab Kaisar patuh.
Adelia mencium kening Kaisar, "Mama sangat menyayangi Kai."
"Kai juga sayang sekali sama Mama." Kaisar meraih kedua pipi Adelia dan menciuminya berkali kali, membuat Adelia tertawa karna tingkah laku kepolosan Kaisar.
Rupanya Anhar melihat interaksi Adelia bersama Kaisar, sungguh hatinya tidak tega untuk memisahkan Adelia dengan Kaisar. Namun Anhar tidak ingin Kaisar ikut bersama Adelia, karna bagaimanapun, Kaisar merupakan darah dagingnya yang pertama, yang akan mewarisi segala kekayaan keluarga Wiguna dimasa mendatang.
"Maafkan aku, Adelia. Maafkan Papa, Kai." Gumam Anhar dalam hatinya.
Anhar berlalu menuju ruang kerjanya, ia melihat foto pernikahannya bersama Adelia lima tahun yang lalu, gadis polos yang baik hati begitu tulus menerimanya. Saat itu Umur Adelia baru saja menginjak 20 tahun dan Anhar sendiri berumur 30 tahun. Adelia yang saat itu masih kuliah mau menerima lamaran Anhar dan menikah, hanya butuh waktu 4 bulan menjalani pernikahan sudah membuat Adelia hamil. Kehamilannya tidak membuat Adelia lalai akan tugasnya sebagai mahasiswa, ia tetap kuliah dan berhasil meraih gelar sarjananya saat Kaisar berumur satu tahun.
Meski Adelia anak yatim piatu, namun keluarganya meninggalkan harta yang cukup untuk kehidupan Adrian dan Adelia, hingga Adelia menikah dengan Anhar, dan Adrian bertugas ke pulau, membuat Adrian dan Adelia akhirnya terpisah. Begitupun dengan harta peninggalan orang tuanya yang sudah dibagi dua untuk Adrian dan Adelia.
Mutia masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Anhar.
"Ma..." Panggil Anhar yang terkejut saat Mutia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Apa yang kamu berikan pada Adelia setelah perceraian?" Tanya Mutia dengan serius, Mutia tidak ingin Adelia hidup dalam kesusahan setelah bercerai dengan putranya nanti.
"Anhar sudah menyiapkan sebuah rumah yang cukup besar untuk Adelia, mobil Adelia bisa Adelia bawa, dan Anhar memberikan tabungan untuk Adelia memulai usaha, tabungan itu juga bisa menopang kehidupan Adelia hingga beberapa tahun kedepan." Jawab Anhar.
Mutia memicingkan matanya, "Kamu sudah mempersiapkan semua ini? Mama tidak menyangka kamu bisa menyakiti wanita sebaik Adelia."
Anhar mengusap wajahnya kasar. "Semua tidak akan terjadi andai saja dulu Mama merestui hubunganku dengan Riska." Balas Anhar seolah menyalahkan Mutia.
"Riska bukan wanita yang baik, jika dia wanita baik, tidak mungkin dia berpisah dengan suaminya, dan jika Riska wanita yang baik, tidak mungkin membiarkanmu menceraikan Adelia dan dia menggantikan posisi Adelia." Kata Mutia dengan jelas. "Karna hanya wanita hina saja yang berani menjadi orang ke tiga di dalam rumah tangga orang lain." Imbuhnya lagi.
"Dalam masalahku, Adelia lah wanita ketiga itu, Ma. Adelia masuk diantara kehidupanku dengan Riska." Ucap Anhar.
"Adelia gadis baik baik, dia tidak merebutmu dari siapapun, saat kamu berkenalan dengan Adelia, hubunganmu dengan Riska sudah selesai bahkan Riska sudah menikah dengan pria lain, Anhar. Sadarlah akan hal itu." Tekan Mutia.
Anhar memijat pelipisnya.
Mutia duduk di sofa, "Di sini yang paling tersakiti adalah Kaisar. Entah apa yang harus Mama bilang saat Kaisar menanyakan dimana Adelia."
"Adelia bisa bertemu dengan Kaisar kapanpun, Ma." Ucap Anhar.
Mutia kembali menatap tajam sang putra, "Kamu pikir Adelia akan mau datang kesini lagi dan melihat wanita yang menempati posisinya?"
Anhar diam membisu.
"Jangan berpikir jika Adelia akan baik baik saja, Anhar. Kamu terlalu menyepelekan perasaan wanita. Kamu nikahi Adelia, lalu kamu buang Adelia begitu saja dan lebih parahnya lagi kamu mengambil hak asuh Kaisar padahal sudah jelas jika hanya Kaisar yang Adelia miliki." Ucap Mutia mencoba membuka mata hati sang putra.
"Cukup, Ma.." Kata Anhar dengan lirih.
"Penyesalan pasti akan datang padamu, Anhar. Jangan pernah berharap Mama merestui hubunganmu dengan wanita itu, meski dia tinggal disini, Mama tidak akan menganggapnya sebagai menantu Mama, dan jangan sekali kali kamu mengajari Kaisar untuk memanggil wanita itu dengan sebutan Mama. Karna Mama bagi Kaisar hanya satu, Adelia." Ucap Mutia penuh penekanan.
...****************...