Langit yang sangat mencintai Monica merasa tidak bisa melupakannya begitu saja saat Monica dinyatakan meninggal dunia dikarenakan kecelakaan yang tiba-tiba. Diluar dugaan, arwah Monica yang masih penasaran dan tidak menerima takdirnya, ingin bertemu dengan Langit. Dilain tempat, terdapat Harra yang terbaring koma dikarenakan penyakit dalam yang dideritanya, hingga Monica yang terus meratapi nasibnya memohon kepada Tuhan untuk diberi satu kali kesempatan. Tuhan mengizinkannya dan memberinya waktu 100 hari untuk menyelesaikan tujuannya dan harus berada di badan seorang gadis yang benar-benar tidak dikenal oleh orang-orang dalam hidupnya. Hingga dia menemukan raga Harra. Apakah Monica berhasil menjalankan misinya? apakah Langit dapat mengenali Monica dalam tubuh Harra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S.Prayogie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 : MIMPI
..."Penyakit yang menggerogoti secara perlahan dari dalam dan menghancurkan pikiran dan hati, KEEGOISAN. Hingga tanpa sadar membunuh orang disekitarnya dan akhirnya membunuh jiwanya sendiri"...
...----------------...
Harra berdiri dengan rambutnya tertiup oleh angin disebuah padang rumput yang luas, tampak bunga-bunga daisy kecil disekitarnya. Harra melangkahkan kakinya perlahan sambil melihat ke sekitarnya. Tampak tak ada orang satu pun disana. Tiba-tiba dia merasakan sentuhan di pundaknya dari belakang. Dia segera membalikkan badannya dengan cepat.
Terlihat didepan Harra berdiri seorang wanita yang wajahnya tidak dikenalinya. Wanita berambut hitam dengan usia hampir sebaya dengannya tampak tersenyum sambil menyilangkan kedua tangan di belakang pinggangnya.
"Kamu siapa?" tanya Harra dengan pandangan tajamnya.
Wanita itu hanya tersenyum dan mendekat kearah Harra. Tangannya menyentuh halus wajah Harra dari kening hingga dagu Harra. Harra terdiam membeku.
"Aku adalah yang ada didalam dirimu" kata wanita itu dengan suara yang lembut.
Harra mengerutkan dahinya dan memundurkan langkahnya selangkah. Dia benar-benar tidak mengenal sosok didepannya dan apa maksudnya bahwa dia ada didalam dirinya.
"Harra-- Tolong Langit" kata wanita itu dengan wajah sedih. Lalu perlahan wanita itu menghilang bagai angin.
Harra menoleh dan mencarinya kesana kemari namun dia tak menemukan sosok wanita itu.
Harra terbangun dengan nafas tersengal. Dia memegang keningnya dan melihat kesekitar kamarnya. Sinar matahari sudah tampak masuk di sela gorden kamarnya.
"Mimpi-- cuma mimpi-- siapa dia? Langit? Kenapa dia menyebut Langit?" Harra bergumam sambil mengatur nafasnya.
...----------------...
"Kamu serius mau cari BA di Indonesia? Bukannya ambil BA dari luar negeri lebih membuat brand terangkat?" tanya Bu Thea kepadanya.
Bu Thea menatap wajah anaknya yang tampak dingin tanpa ekspresi sambil menikmati makanannya. Bu Thea memilih tetap diam tanpa meneruskan perbincangannya lagi. Harra memang memiliki watak yang keras sebagai wanita bahkan kepada kedua orang tuanya.
Perceraian kedua orang tuanya membuatnya terpukul dengan amat sangat karena melihat Daddy dan Mommy nya harus berpisah bahkan akhirnya membuat Mommy nya kembali ke negaranya, Indonesia. Harra menjadi anak satu-satunya sehingga Pak Agatha tidak mengizinkan Harra ikut dengan Mommy nya dan mendidik Harra sebagai ahli warisnya di Jepang.
"Terima kasih sarapannya" Harra mengatupkan kedua tangannya dan segera mengambil tasnya yang diletakkan di kursi sampingnya.
"Jangan terlalu lelah" kata Bu Thea sambil menatap wajah Harra.
Harra terdiam sabil menundukkan pandangannya. Dia mengangguk sekilas lalu memalingkan badannya dan segera keluar dari rumah Bu Thea.
Bu Thea melihatnya lalu menghembuskan nafas melihat anak semata wayangnya itu. Dia melihat layar ponselnya dan terdapat chat dari Pak Agatha meminta tolong kepada Bu Thea untuk memastikan bahwa Harra baik-baik saja di Indonesia dan meminta Harra segera kembali ke Jepang jika urusannya sudah selesai.
Bu Thea hanya menjawab singkat pesan dari Pak Agatha. Dia tidak ingin terlalu berurusan kembali dengan suaminya itu.
Perceraiannya dengan Pak Agatha adalah sebuah masalah klise karena dia yang orang biasa. TKW di Jepang yang bekerja sebagai administrasi disebuah Perusahaan Onderdil Otomotif bertemu dengan pemilik Perusahaan Otomotif besar di Jepang. Pergolakan batin yang terus dirasakannya selama hidup sebagai Nyonya Agatha yang adalah warga asing membuat banyak orang memandang rendah dirinya.
Bu Thea tahu, cerai adalah keputusan egoisnya untuk menenangkan hatinya. Walau Pak Agatha menolak keputusannya untuk cerai, dia masih tetap ingin melakukannya saat Harra yang saat itu duduk di bangku sekolah menengah pertama.
"Hari ini kita kemana Nona?" tanya pengawalnya dari bangku depan.
Harra melihat keluar kaca mobilnya sambil menyilangkan kaki dan menyilangkan kedua tangannya didada. Dia terdiam sejenak.
"Yayasan Dharata. Kita kesana" kata Harra dengan singkat sambil tetap melihat keluar jendela.
Tak lama kemudian mobil melaju melintasi jalanan. Sementara itu Harra sibuk dengan pemikirannya. Suara wanita dalam mimpinya terus terngiang di telinganya.
"Harra-- Tolong Langit"
Suara penuh kesedihan itu seperti terus berdengung ditelinganya. Membuatnya merasa sesak didalam hatinya.
"Siapa dia? Bagaimana wanita itu mengenalnya? Apa hubungannya dengan Langit?" Pertanyaan itu terus muncul didalam benak Harra.
Hal itu lah yang memutuskan Harra untuk datang ke Yayasan Dharata hari itu. Dia telah membaca beberapa artikel yang memberitakan berhentinya Langit dari dunia balap motor. Harra mencari benag merah setiap berita yang ada dan membuatnya menarik kesimpulan bahwa hal yang membuat Langit berhenti tak lain dan tak bukan adalah sosok pemilik Yayasan Dharata, Pak Hendra.
Mobil itu berhenti ditempat parkir dan Harra segera turun saat penjaganya membukakan pintu untuknya. Harra berjalan dengan langkah pasti memasuki area gedung itu dan mendatangi petugas resepsionis yang ada didepan.
Petugas Resepsionis yang bertugas sempat tertegun melihat Harra. Wanita muda yang wajahnya tampak tegas, dengan pakaian rapi dan mewahnya berdiri dengan pandangan dingin untuk meminta bertemu dengan Pak Hendra. Jadwal Pak Hendra hari itu sepertinya senggang, sehingga Harra dapat langsung bertemu dengan Pak Hendra tanpa janji temu sebelumnya.
Harra diantar oleh petugas ke lantai 4 tempat kantor Pak Hendra berada dan dipersilahkan masuk setelah petugas itu mengetuk pintu kantor Pak Hendra.
Pak Hendra terkejut melihat wanita muda yang berdiri dihadapannya itu. Harra tersenyum sekilas lalu mendatangi Pak Hendra dan menjabat tangan Pak Hendra. Pak Hendra mempersilahkan Harra untuk duduk.
"Bolehkan saya langsung berbicara ke intinya? Karena saya tipikal orang yang tidak terlalu suka basa-basi" kata Harra setelah meminum teh yang disuguhkan dan sambil meletakkan cangkir tehnya.
"Tentu saja" kata Pak Hendra mempersilahkan.
"Anda orang tua dari Langit?" tanya Harra sambil menatap Pak Hendra tajam.
"Hmm-- Iya Benar. Saya Papa Langit. Langit anak bungsu di keluarga kami" kata Pak Hendra sambil mengangguk.
"Apa yang membuat anda meminta Langit untuk mundur dari dunia balap?" tanya Harra tanpa basa-basi dengan pendangan yang tajam.
Pak Hendra terkejut mendengar pertanyaan Harra, dirinya merasa sedikitr terintimidasi dengan tatapan mata tajam yang dilemparkan oleh Harra. Pak Hendra menegakkan badannya sebelum menjawab Harra.
"Saya rasa itu sebuah keputusan orang tua semata yang mengkhawatirkan masa depan anaknya saat itu" kata Pak Hendra sambil tersenyum kikuk.
Harra tersenyum kecil disudut bibirnya mendengar jawaban klise yang diberikan oleh Pak Hendra. Lalu Harra mengeluarkan sebuah cek yang tertera 1 Milyar Rupiah disana dan diletakkan diatas meja tepat didepan Pak Hendra.
Pak Hendra melihat cek itu dengan wajah yang kebingungan dan kembali melihat Harra.
"Saya ingin Langit kembali ke dunia Balap dan memintanya sebagai Brand Ambassador Agatha Otomotif, jika itu berhasil maka cek itu akan saya berikan untuk Yayasan Dharata" kata Harra memberikan penawaran kepada Pak Hendra dengan tanpa basa-basi.
Pak Hendra menatap Harra dengan pandangan bertanya-tanya. Dirinya tidak tahu apa yang akan dikatakannya kepada wanita muda yang duduk didepannya tanpa rasa takut itu.
"Saya rasa inti dari semua permasalahan ini ada pada anda. Masa depan?" Harra menyunggingkan senyuman sinisnya.
"Sebuah alasan klise untuk menutupi keegoisan orang tua dan menuntut anaknya, benar bukan?" tanya Harra yang membuat Pak Hendra mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Sebagai sama-sama pebisnis, saya rasa anda akan memiliki pola pikir yang bijaksana dalam hal ini. Ahh-- Sekali lagi, bisakah anda mengeluarkan sisi egois anda lagi untuk hal ini?" kata Harra sambil menaikkan sudut alisnya.
Pak Hendra masih terdiam mendengar setiap kata-kata tajam yang keluar dari bibir Harra.
"Kalau begitu saya permisi, semoga anda dapat mengambil keputusan yang bijaksana kali ini" kata Harra sambil mengambil kembali cek yang tadi diletakkannya diatas meja lalu berdiri dan melangkahkan kakinya menuju pintu.
"Kenapa Langit? Dia hanya pembalap lokal yang bahkan belum terjun ke dunia Internasional. Masih ada banyak pembalap terkenal diluar sana. Kenapa harus Langit?" tanya Pak Hendra sambil berdiri yang membuat Harra menghentikan langkah kakinya dan membalikkan badannya.
"Bukankah anda sendiri juga tahu jawaban dari pertanyaan anda. Anda orang tuanya, anda pasti tahu bagaimana kualitas anak anda sampai harus menghentikan mimpinya untuk dia bekerja dibalik meja seperti saat ini" kata Harra sambil memandang tajam Pak Hendra.
Harra kembali membalikkan badannya dan keluar dari ruangan Pak Hendra. Pak Hendra masih berdiri dengan badan membeku. Baru kali ini dia merasa terintimidasi oleh seorang wanita muda yang baru dikenalnya.