"Ingat Queensha. Aku menikahimu hanya demi Aurora. Jadi jangan pernah bermimpi jika kamu akan menjadi ratu di rumah ini!" ~ Ghani.
Queensha Azura tidak pernah menyangka jika malam itu kesuciannya akan direnggut secara paksa oleh pria brengsek yang merupakan salah satu pelanggannya. Bertubi-tubi kemalangan menimpa wanita itu hingga puncaknya adalah saat ia harus menikah dengan Ghani, pria yang tidak pernah dicintainya. Pernikahan itu terjadi demi Aurora.
Lalu, bagaimana kisah rumah tangga Queensha dan Ghani? Akankah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dunia Terasa Tidak Adil Bagiku
Seorang wanita muda menghela napas panjang saat berhasil menginjakkan kaki di lantai kamar sang putri. Dia memejamkan mata sejenak, berusaha meredam emosi yang sempat keluar dan mengobrak ngabrik keadaan di TK tadi.
Queensha sangat puas saat berhasil mengalahkan Anne. Ibunda Farah jelas tidak akan bisa menandingi kekuatannya. Anne bermulut besar, tapi jika adu kekuatan maka wanita itu akan kalah.
“Huft!” Helaan napas terdengar kembali dari mulut Queensha, kali ini terdengar sangat berat. Namun, meski begitu hatinya merasa lebih ringan.
Queensha tidak boleh terus menerus memendam emosi. Bisa-bisa akan berefek buruk pada pekerjaan rumahnya nanti. Pun, dia tidak akan fokus mengurus Aurora.
Sekilas Queensha melirik Aurora yang sudah tertidur lelap, pasti gadis kecil itu sangat kelelahan setelah banyak bermain siang tadi. Dia menurunkan kaki dengan sempurna ke lantai dengan hati-hati setelah menarik selimut dan menutupi tubuh Aurora sampai sedada.
Pintu kamar terbuka, membuat Queensha sontak menoleh ke sana. Tampak seorang pria dengan kemeja putih dan dasi yang masih rapi, juga jas ditenteng pada lengan kanannya sudah berdiri di ambang pintu.
“Ke ruang kerja sekarang!" titah pria itu dalam satu kali tarikan napas.
Queensha tak menjawab, dia hanya mengangguk dan menghela napas pelan. Kemudian, melirik kembali Aurora, memastikan gadis itu sudah tidur.
Lantas, berjalan keluar dari kamar tersebut dan melangkah ke ruang kerja suaminya, Ghani. Sesuai dengan perintah pria itu, dia memenuhinya.
Tak bisa dipungkiri jauh dalam lubuk hati Queensha, dia merasa penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh Ghani. Pria itu selalu saja berhasil membuat jantungnya berparade ria walau sudah malam begini.
“Duduk,” ucap Ghani, kembali memberikan perintah dengan nada terdengar dingin saat melihat Queensha sudah ada di ambang pintu.
Perempuan itu mengangguk, menutup pintu dengan pelan. Kemudian, duduk di hadapan sang suami. Matanya yang sipit menatap Ghani dengan penuh tanda tanya.
Sejenak Ghani menatap Queensha sebelum akhirnya melempar ponsel pada wanita itu, lalu beralih meraih berkas dan membacanya. “Putar videonya!” tegas Ghani, mengetahui kebingungan sang istri.
Queensha mengikuti apa yang diperintahkan suaminya, menekan tombol panah dan berhasil memutar video. Alangkah terkejutnya dia saat melihat bahwa yang ada dalam rekaman tersebut adalah dirinya kala bertengkar siang tadi. Terpampang begitu jelas, jika dirinya tengah memarahi Anne dan semua ibu-ibu di sana dengan sikap arogan.
“Euh, a-anu. Ini tidak seperti yang Anda lihat, Pak. Saya bisa jelaskan semuanya,” kata Queensha dengan panik. Jelas, dia tidak ingin jika Ghani salah paham dengan video tersebut.
Akan tetapi, Ghani tak percaya dengan ucapan Queensha sebab semua bukti jelas di depan mata.
Ghani mengangkat tangan terlebih dahulu, pertanda dia tidak ingin jika wanita itu berbicara. “Saya tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun. Video itu sudah sangat jelas, kamu sudah mempermalukan diri sendiri dan mencoreng nama baik keluarga saya," katanya dengan tegas. Tatapan matanya berubah menjadi dingin dengan rahang mengeras.
Queensha menggeleng pelan, berusaha menjelaskan. Namun, tetap saja Ghani terus menolak mendengar penjelasannya.
“Tapi, Pak—“
“Stop, Queensha! Jangan berusaha membela diri! Apa kamu sadar yang dilakukan kamu itu salah? Kamu sudah tidak mengontrol diri dengan bersikap seperti itu. Kamu tahu nama baik keluarga saya sudah kotor karena kamu bersikap seperti preman," ucap Ghani panjang lebar, menekan kalimat terakhir. Matanya benar-benar terlihat berapi-api, ketara sekali jika pria itu tengah marah besar.
Queensha menggeleng pelan. Ia merasa tidak bersalah, tetapi mengapa suaminya itu tidak mau mendengarkan penjelasannya?
“Pak, tolong, dengarkan penjelasan saya dulu," protes Queensha, dia tidak ingin jika kesalah pahaman ini semakin panjang.
Ghani menggeleng cepat. “Tidak! Sampai kapanpun, saya tidak akan mendengarkan buaian penuh kebohonganmu itu. Dasar wanita kampungan! Pantas saja kamu tidak bisa mengontrol diri untuk tidak bertengkar dengan orang lain, secara kamu hanya lulusan SMA!”
Bagai petir di siang bolong, perkataan Ghani berhasil melukai hati Queensha. Wanita itu menatap sang suami dengan tidak percaya, semudah itu pria tersebut mengatakan hal buruk tentangnya.
Dia sangat kecewa dengan sikap Ghani yang semena-mena seperti itu, menghakimi tanpa mau mendengarkan penjelasan Queensha. Memarahi tanpa mengetahui titik permasalahannya seperti apa.
Queensha juga tidak akan melawan, jika mereka tidak keterlaluan. Namun, percuma saja dia menjelaskan pada sang suami. Karena pada nyatanya, Ghani benar-benar sudah menutup telinga.
Tanpa sadar, air mata keluar dan membasahi pipi Queensha yang langsung ditepis kasar oleh wanita itu. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan suaminya.
Dia mendongak, menatap Ghani dengan penuh kekecewaan. Kemudian, berdiri dan menarik napas dalam.
“Saya memang hanya lulusan SMA, hanya orang miskin, dan tidak mempunyai wawasan yang luas. Tapi, wanita yang Bapak hina ini nyatanya berhasil membuat orang pintar dan berpendidikan tinggi macam Pak Ghani menikahi saya!” tegas Queensha dengan suara yang gemetar dan terdengar parau akibat menahan tangis.
Mendengar kalimat yang diucapakan istrinya, Ghani diam saja seperti orang yang kehabisan kalimat. Sesaat dia menatap Queensha, melihat wanita itu berkaca-kaca ada rasa iba yang menyelinap ke dalam dada. Namun, segera ditepis kuat oleh egonya.
Queensha menghapus air mata yang mengalir di pipi tanpa diminta, lalu menarik napas dalam kembali. “Sudah malam, saya permisi.”
Pria dengan tatapan dingin itu tak menggubris tatapan istrinya, dia malah lebih memilih mengalihkan pandangan daripada melihat Queensha keluar dari ruang kerja.
Egonya yang tinggi, tidak ingin terlihat membelas kasihani sang istri. Ghani langsung membuka berkas agar hatinya bisa terkontrol dan sejenak melupakan permasalahan dengan wanita itu.
Sementara wanita yang dimaksud, masuk ke dalam kamar putri sambungnya. Memastikan untuk terakhir kali jika putri cantiknya itu sudah benar-benar terlelap.
Dia tersenyum getir saat melihat wajah Aurora yang tertidur dalam damai. Ada rasa sesak yang menguap dalam dada jika mengingat perkataan pria itu beberapa menit lalu.
“Aku harus pergi,” kata Queensha pada diri sendiri, lalu mematikan lampu kamar dan keluar dari sana.
Sudah dia putuskan untuk tidur di ruang tamu, menenangkan pikiran di sana. Meluapkan semuanya tanpa ada yang tahu, mungkin itu lebih baik.
Benar saja, air mata tak dapat lagi dibendung saat sudah berada di kamar tamu. Dia meluapkan air mata sejadi-jadinya, mengeluarkan semua sesak yang sejak siang tadi memenuhi dada.
“Kenapa dunia ini tidak adil? Kenapa? Kenapa harus aku yang menerima keadaan ini, kenapa?” rintih Queensha dengan tangisan yang meluap, memukul kasur beberapa kali untuk meluapkan amarahnya.
Dadanya semakin terasa sesak saat semua ingatan setiap kejadian hari ini hadir dalam benaknya. Dia menenggelamkan wajah di bantal, berteriak sekencangnya di sana, merutuki keadaan, dan menangis sepuasnya.
“Aku benci dengan semua ini!”
...***...
😂😂😂
Bahkan lulu sampai memperingati ghani harus menjaga queensha 🤔