BACA NYA PELAN-PELAN, MAACIHH.
Su Luxie memutuskan untuk bunuh diri menggantung lehernya dengan sebuah selendang setelah sang tunangan mengakhiri hubungan mereka dan lebih memilih untuk bersama sepupunya, Su Manman.
Setelah kematian nya, dokter yang bodoh dan juga jelek sepertinya itu hidup kembali dan berubah 100% dari dirinya yang sebelumnya.
Rupanya ada sebuah jiwa yang berasal dari abad 22 masuk kedalam tubuh Su Luxie akibat mengalami kecelaan pesawat.
Apa saja yang bisa dilakukan oleh jiwa baru itu? Apakah dia akan membalas dendam atas perbuatan Su Manman yang sudah merebut tunangannya?
"Aku adalah Medical Spirit, apapun bisa ku lakukan dengan kemampuan ku ini!"
"Menjadi kaya adalah target utamaku. Bersiap-siap lah menghadapi dokter hantu ini."
Yuk baca ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 32 : Pengakuan Su Luxie kepada ibunya.
"Apa aku selemah ini sampai anak-anak ku tidak mau melibatkan ku kedalam usaha mereka? Apa aku tidak bisa membuat mereka percaya karena telah menjadi seorang ibu yang lemah dan tidak bisa apa-apa?"
"Mereka menyembunyikan ini dariku dengan alasan jika aku akan memarahi mereka. Tapi... sekarang aku merasa tidak berguna, aku tidak bisa mendukung usaha mereka. Dengan bodohnya aku percaya jika mereka tidak melakukan apapun."
"Aku tidak menyangka, aku membuat anak-anak ku tidak percaya untuk mengandalkan ibunya."
Su An'yang membatin dalam keheningan kapal kala itu. Dia menunduk memikirkan semua yang telah terjadi dibelakangnya. Dia tidak merasa marah karena anak-anak nya telah menyembunyikan hal itu dari nya. Namun, dirinya malah merasa jika dia tidak berguna karena kedua anaknya memilih untuk menyembunyikan hal itu darinya.
Yah, hal ini jauh lebih baik ditimbangkan jika harus mengetahui dari mulut orang lain. Dirinya juga merasa cukup lega karena Su Luxie menceritakan itu padanya. Meski terlambat tapi lagi-lagi sebuah keterlambatan jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Dirinya melihat pada Su Luxie yang sedang tertunduk dengan mata yang sendu. Pandangannya terlihat sebuah rasa berasalah yang dalam.
Su An'yang turut merasa bersalah karena membuat anak-anak nya berpikir Jika dia benar-benar marah pada mereka.
Dengan mengatur napasnya dia mulai bicara "Kalian sangat hebat. Kalian bisa berjuang sejauh ini tanpa rasa lelah yang kalian tunjukkan pada ibu," Ujarnya mulai buka suara.
Suara yang lembut itu menyapa hangat indra pendengaran Su Luxie.
"!" Su Luxie terenyuh dengan pandangan yang membola
"Kalian anak-anak ibu yang hebat. Terima kasih ya karena mau berjuang sejauh ini. Ibu bangga, ibu bahagia." Lanjutnya dengan sebuah tetesan air mata yang mengalir dipipi cantiknya.
Su Luxie meremas bajunya, dia menggigit bibir bawahnya karena menahan sebuah air mata yang selalu meronta untuk keluar dari matanya.
Dia menunduk, menahan itu semua.
"Maaf ibu, kami tidak seharusnya menyembunyikan itu darimu. Kami tahu, kami salah." Kata Su Tiao yang sudah dalam keadaan berlinang air mata.
"Kalian sudah melakukan sesuatu yang sangat luar biasa. Tidak mudah untuk berada dititik ini. Ibu lah yang seharusnya merasa bersalah karena tidak membuat kalian percaya untuk melibatkan ibu dalam hal ini." Ujarnya mengusap air mata Su Tiao dengan lembut.
"!"
"Tidak! Ibu adalah ibu kami, ibu tidak sama sekali menyusahkan kami. Kami hanya mau membuat ibu bahagia tanpa memikirkan hal berbahaya yang kami lakukan diluar sana," Sahut Su Tiao dengan cepat.
"Aku dan adik hanya tidak ingin membuat ibu kepikiran dan malah menimbulkan penyakit bagi ibu." Lanjutnya.
Su An'yang terenyuh dengan jawaban yang diberikan oleh Su Tiao. Air matanya kembali menetes dipipi cantiknya.
Dia memeluk Su Tiao dengan erat dan kemudian mengulurkan tangan pada Su Luxie agar berada juga didalam pelukkannya.
Mata Su Luxie berlinang akan air mata. Dengan cepat dia bergerak dan memeluk Su An'yang.
"Ibu." Ujarnya jatuh dalam tangisan yang selalu memberontak sedari tadi.
"Iya, aku ibu kalian. kalian adalah anak-anak ibu."
Mereka bertiga saling tenggelam dalam kesedihan dan rasa haru. Mereka saling berpelukkan dengan erat. Bahkan mereka terlihat tidak ingin melepaskan pelukan Masing-masing.
Merlyn yang menyaksikan kejadian itu turut bahagia sehingga matanya berlinangan air mata. Dia teringat akan keluarganya setelah melihat keharmonisan didepan matanya.
"Aku senang karena kau bahagia, nona." Benaknya tersenyum dengan tulus, menatap hangat kearah Su Luxie yang sedang tersenyum dengan lebar.
Setelah drama yang terjadi dikapal itu, banyak sekali hal yang menyenangkan yang dilakukan oleh mereka berempat.
Sampai mereka bahkan tidak mau mengingat tentang kondisi keluarga utama Su yang mengalami banyak sekali masalah akhir-akhir ini.
Keluarga utama Su semakin dipusingkan dengan kasus yang menimpa Su Miaomiao. Keadaan Su Miaomiao tetap sama, tidak kunjung sembuh dan malah semakin memburuk.
Kulitnya yang pucat dan tubuh yang kurus bak seorang tengkorak itu terlihat begitu memprihatinkan. Kini dirinya tidak memiliki daya untuk bergerak dari posisi tidurnya. Dia seperti orang yang lumpuh dan tidak bisa bergerak.
Kala itu Su Taipong dan Su Manman sedang berdiri disana, sambil meratapi kondisi Su Miaomiao yang semakin memburuk.
Mereka benar-benar depresi memikirkan kondisi kesehatan Su Miaomiao.
Sudah banyak sekali para tabib dan parmacy hebat yang mereka datangkan di kediaman Su. Namun, hasilnya nihil!
Kondisi kesehatan Su Miaomiao semakin memburuk karena telah diberi berbagai obat yang bahkan berbeda khasiatnya.
Mereka benar-benar mengambil sebuah langkah yang salah dengan mendatangkan para tabib dan parmacy yang begitu banyak yang bahkan tidak bisa mendeteksi penyakit yang dialami oleh Su Miaomiao.
"Bagaimana? Apakah sudah ada balasan dari Medicinal spirit?" Tanya Su Taipong pada kepala pelayan.
"Belum. Beliau bahkan sudah dikabarkan tidak pernah datang ke pelelangan lagi, tuan." Jawab kepala pelayan itu dengan menunduk ketakutan.
Su Taipong memejamkan matanya, dia menelan air liur atas kabar yang begitu buruk baginya.
Mau bagaimana lagi? Apa yang harus dia lakukan? Dia bahkan berpikir ingin mengakhiri ini semua dengan secepatnya. Tapi, bagaimana? Hal itu terus saja berputar dikepalanya.
Sementara itu, Su Manman masih diam menatap pada Su Miaomiao yang terlihat seperti mayat hidup diatas ranjang. Air mata bahkan terus mengalir tanpa dia pinta.
Su Taipong yang menyaksikan kondisi mental Su Manman merasa semakin khawatir. Dia menggenggam erat tangannya sambil berkata "Makanlah, kau bahkan tidak menyentuh makanan sama sekali." Suruhnya meminta Su Manman untuk makan tanpa melihat pada Su Manman itu sendiri.
"Ayah saja belum makan, kan?" Jawab Su Manman dengan lirih dan suara serak.
Su Taipong hanya bisa memejamkan mata sambil menunduk. Jujur saja dia sangat tidak tahan melihat kondisi kesehatan yang dialami istrinya.
Apalagi sekarang dia juga mengkhawatirkan kondisi mental Su Manman. Hati seorang suami dan ayah sedang hancur bertubi-tubi saat ini.
"Bagaimana dengan Mu Anlong? Mengapa dia tidak datang menjenguk?" Tanya Su Taipong secara mendadak menyadari jika dirinya bahkan tidak melihat batang hidung Mu Anlong dikediaman Su.
Jangan kan menampakkan batang hidungnya, dia bahkan terlihat tidak peduli.
"...dia sedang diselidiki oleh kepala kepolisian. Dia tidak bisa keluar karena bukti kuat telah mengarah padanya." Jawab Su Manman dengan pandangan yang kosong.
"!"
"Ma, maksud mu?" Mata Su Taipong membesar saat mendengar jawaban yang diberikan Su Manman.
"...aku tidak tahu, ayah. Aku benar-benar bingung. Mengapa masalah-masalah ini datang dengan bertubi-tubi padaku. Bagaimana jika...jika saja dia ditetapkan sebagai tersangka? Lalu... nasib ku, bagaima?" Ujar Su Manman dengan suara yang bergetar dan air mata yang selalu bercucuran tiada henti.
"Sialan!" Gumam Su Taipong penuh dendam didalam hatinya.
Pantas saja Su Manman terlihat sangat hancur, rupanya bukan hanya memikirkan tentang kondisi kesehatan sang ibu, melainkan juga memikirkan sebuah kasus yang menimpa tunangannya.
Pikirannya benar-benar blank saat memikirkan semua masalah yang menimpa keluarga kecilnya. Ingin sekali dirinya berteriak untuk melepas semua beban-beban yang menumpuk dihatinya. Namun, dia sadar dia tidak bisa melakukkan hal tersebut.
^^^To be Continued_^^^